21.Tiktok

26 3 0
                                    

-Happy Reading-

BAGIAN DUA PULUH SATU

NOW PLAYING : LAUV - NEVER NOT

****
Ada yang memilih menunggu bahkan setelah tau bahwa yang ditunggu tidak akan pernah datang.

****

Sejak tadi Ersya hanya mengetuk-ngetukan penannya di atas meja. Entah kenapa hari ini suasana hatinya tidak begitu tenang, terlalu banyak yang sedang ia pikirkan.

"Woyy guys bu Indah kaga hadir hari ini, kita free sampe istirahat." Seru Abi si ketua kelas.

Ersya hanya menghela nafas pelan. Teman-temannya sedang tidak di dalam kelas, dia tidak ikut kakinya terlalu malas melangkahkah.

"Wih mantep nih daebak emang bu Indah, tau aja kalo gue belum selesai ngerjain tugas." Seru Fabian yang duduk di bangku belakang Ersya.

"Sya." Panggil Fabian mencolek bahu gadis itu.

"Hmm." Gumam Ersya tanpa menoleh.

"Pinjem tugas kimia lo dong, gue kurang dua soal nih otak gue udah mentok." Ucap Fabian.

Ersya menoleh melihat ke arah Fabian lalu mengambil buku di dalam tas berwarna hijau army miliknya.

"Lo ngapain disini, kaga ikut yang lain ke ruang osis?" Fabian langsung mengambil buku yang disodorkan Ersya, kemudian duduk di sampingnya.

"Lo sendiri ngapain disini." Tanya Ersya balik.

"Gue belum selesai ngerjain kimia, lagian gue juga rada-rada males ke ruang Osis melulu." Kekeh Fabian.

"Lo masih marah sama Aldian?" Lanjutnya.

"Emang gue marah sama dia?" Balas Ersya.

"Ck." Decak Fabian.

Kemudian Fabian kembali melanjutkan kegiatannya menyalin tugas milik Ersya. Sedangkan Ersya, gadis itu tengah bergelut dengan pikirannya, entahlah hari-hari ini banyak sekali yang ia pikirkan.

"Gue udah inget." Ucap Ersya tiba-tiba, pandangannya lurus kedepan.

Fabian langsung menoleh. "Lo... lo udah inget?"

Ersya menoleh sekilas, kemudian kembali menatap kedepan.

"Iya."

"Beneran lo udah inget semua?" Tanya Fabian masih tidak percaya.

Ersya kembali menatap lurus ke depan. "Ya enggak semua, tapi ingatan gue sedikit lebih jelas."

"Perjuangan Aldian nggak sia-sia ternyata." Kekeh Fabian sambil fokus pada buku tugasnya.

"Lo tau Sya Aldian tuh sayang banget sama lo, dia orang yang paling khawatir pas lo kecelakaan sampe koma dulu." Jelas Fabian tanpa melihat lawan bicaranya.

"Khawatir." Ersya tertawa miris.

"Aldian, Dimas." Fabian tersenyum. "Mereka berdua paling frustasi pas tau kalo lo koma, mereka berdua juga yang jagain lo setiap hari di suruh pulang aja kaga mau, sampe kayak mayat hidup tuh orang berdua."

Fabian menutup bukunya kemudian membenarkan posisi duduknya menghadap Ersya. Sedangkan gadis itu hanya diam masih memandang ke depan, memperhatikan beberapa murid yang tengah berdiri di depan kelas.

"Gue pernah sekali gak sengaja mergokin Aldian nangis, gue sampe kasihan lihat nya. Sampe akhirnya lo sadar dari koma di situ Aldian seneng banget asal lo tau, tapi pas itu lo nggak inget dia, kata dokter lo mengalami amnesia meski cuma sementara tapi bagi dia semua itu terlalu sulit Sya."

RUMIT [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang