Chanrin menatap ponselnya dengan ragu. Apa tidak apa jika dia menghubungi Kyuhyun? Apa Kyuhyun tidak merasa terganggu?
Menghembuskan napasnya, akhirnya Chanrin menaruh kembali ponselnya diatas meja. Ia tidak ingin mengganggu Kyuhyun, apalagi pasti disana sudah tengah malam.
Dirinya merasa ingin menangis saat ini. Bagaimana tidak, saat ini tak ada satu orang pun yang menemaninya di rumah sakit. Ia sendirian ditengah gelisah hatinya. Sendirian tanpa ada yang tahu kesakitannya.
Hingga pada akhirnya Chanrin meneteskan air mata dan terisak pelan. Tidak. Chanrin lupa jika saat ini ia tidak sendirian. Anaknya sedang menemaninya didalam sana.
Menghapus air mata dengan tangan pucatnya kemudian Chanrin tersenyum sembari mengusap pelan perutnya.
"Kita hadapi bersama, sayang. Eomma menyayangimu. Sangat." Bisiknya parau.
>>>>>>
Hyunjin menatap bingung gedung didepannya, kemudian ia menoleh kesamping.
"Ini tempat apa, noona?"
Yura tersenyum sembari mengusap rambut anak itu. "Ini gedung apartement, rumahmu salah satu unit disini."
"Benarkah?"
"Ya, Hyunjin akan tinggal disini selama di Korea."
"Noona juga?"
"Tidak, noona tidak tinggal disini. Noona tinggal ditempat yang berbeda. Hyunjin disini tinggal dengan appa."
"Appa?"
"Eh, maksud noona Daddy. Hyunjin akan tinggal bersama Daddy disini."
Hyunjin kembali menatap bangunan bertingkat itu. Ia merasa kagum melihatnya. Namun sedetik kemudian ia mengernyit bingung.
"Noona, bukankah Daddy berada di kantornya?"
"Eoh, kantornya juga ada disini. Hyunjin kan tahu jika Daddy itu memiliki dua kantor."
"Tapi bukankah-"
"Sudahlah, sekarang kita masuk saja ya." Potong Yura. Hyunjin akan terus bertanya jika dia tidak menghentikannya. Anak itu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Yura menuntun Hyunjin di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menarik koper milik Hyunjin. Ia memperhatikan tingkah Hyunjin yang masih terkagum-kagum dengan desain gedung apartement.
Mereka menaiki lift menuju lantai yang dituju. Untung saja tadi petugas keamanan gedung hanya meminta kartu pengenalnya dan tidak bertanya macam-macam. Bisa mati ia jika terus diintrogasi.
Sesampainya mereka di salah satu unit apartement, Yura menatap Hyunjin yang masih terkagum-kagum.
"Nah ini rumah Hyunjin di Korea. Hyunjin hanya perlu menekan tombol itu." Ucap Yura sembari menunjuk bel yang terletak di pintu.
"Kenapa aku harus menekan tombol itu, noona?"
"Begini, nanti saat Hyunjin menekan tombol itu seseorang akan membukakan pintu, lalu Hyunjin akan bertemu Daddy didalam sana. Bukankah Hyunjin ingin bertemu Daddy?" Jelas Yura.
"Iya, aku merindukan Daddy. Aku ingin bermain dengannya."
>>>>>>
Chanrin menatap sedih makanan didepannya. Bukan tidak bersyukur, hanya saja saat ini ia sedang ingin makan kue beras pedas. Sedangkan yang tersaji didepannya adalah makanan khas rumah sakit yang tidak ada rasanya.
Dengan perlahan Chanrin memulai makan siangnya. Ia harus tetap makan demi anaknya. Namun sayang pada suapan ketiga rasa mual kembali muncul. Meletakkan kembali sendok di tangannya, lalu Chanrin mengusap lembut perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold on or Give up (Complete)
FanfictionPernikahan yang baru seumur jagung itu kini berada di ujung tanduk. Mereka menikah bukan karena perjodohan, tapi karena saling mencintai. Namun apa jadinya jika Kyuhyun-sang suami tidak percaya lagi dengan Chanrin-istrinya? Kesalah pahaman Kyuhyun...