Disinilah Chanrin berada, disebuah kafe duduk sendirian sembari membaca sebuah buku. Dirinya tidak ingin terlalu lama berada di ruang yang sama dengan Kyuhyun. Lebih baik dia pergi untuk menenangkan diri.
Chanrin yakin jika kepulangan Kyuhyun malah akan menambah beban pikiran nantinya. Ia khawatir dengan keadaan bayinya jika terus seperti ini. Emosi Kyuhyun yang sering meledak secara tiba-tiba mulai membuat Chanrin merasa lelah.
Chanrin tidak mengerti --tidak pernah mengerti-- apa yang sebenarnya Kyuhyun inginkan. Pria itu yang menyuruhnya menjauh tapi pria itu juga yang marah ketika dirinya menjauh.
Jujur saja, sedari awal tidak pernah sedikit pun terbayang dipikirannya jika kehidupan pernikahannya akan seperti ini. Walaupun terlahir dari keluarga yang tidak bisa dibilang baik, tapi Chanrin selalu berusaha agar dirinya tidak seperti keluarganya.
Namun perkataan Kyuhyun semalam seolah menamparnya. Membuat Chanrin kembali merasa jika dirinya memang bukanlah orang yang baik, meski sekuat apapun dirinya berusaha. Kyuhyun membuka kembali kesedihan lama itu.
Chanrin mulai merasa putus asa dengan Kyuhyun. Jadi untuk saat ini melarikan diri adalah pilihan terbaik bagi Chanrin. Ia tidak ingin membiarkan Kyuhyun terus saja menyakitinya.
Chanrin membuka halaman pertama bukunya. Suasana kafe yang sepi seketika berubah ketika jam siang datang. Banyak orang yang datang untuk sekedar melepas penat. Chanrin memperhatikan dalam diam. Meski terlihat lelah, mereka yang datang tidak ada yang menampilkan raut sedih seperti dirinya.
Senyum terukir di wajahnya ketika matanya melihat kearah sebuah keluarga kecil. Mereka tampak begitu bahagia. Seketika hatinya merasa iri, apa nanti dia dan juga anaknya akan merasakan bahagia?
Kepala Chanrin menunduk. Setetes air mata jatuh keatas atas meja. Setelah sedari tadi berusaha menahannya, akhirnya Chanrin tetap menangis. Dia tidak sanggup lagi.
Banyak hal yang Chanrin pikirkan sebagai alasannya untuk tetap bertahan. Mulai dari anaknya hingga kedua orangtuanya. Chanrin takut anaknya tidak akan bahagia nantinya, jika dia memutuskan berpisah dari Kyuhyun. Belum lagi raut kecewa yang akan Chanrin terima dari orang sekelilingnya.
Pernikahannya dengan Kyuhyun terhitung masihlah baru. Apa yang akan orang pikirkan mengenai mereka nanti? Apalagi Kyuhyun adalah orang yang terpandang, perpisahan dapat membuatnya terlihat buruk.
Terkadang Chanrin ingin bersikap egois saja. Tidak perlu memikirkan orang lain asalkan dirinya bahagia. Tapi dia tetap tidak bisa.
Chanrin mengerjap ketika mendengar ketukan pelan pada mejanya. Kepalanya mendongak, seorang pria dengan seragam pelayan mengulurkan sebuah sapu tangan kearahnya."Untukmu."
Dengan ragu Chanrin mengambilnya. "Terima kasih."
Pria itu mengangguk. "Hmm, lain kali jangan menangis di tempat umum. Anda terlihat menyedihkan, nona."
Chanrin mengernyit mendengarnya. "Lain kali jangan memberikan komentar serta sapu tangan pada orang yang tidak dikenal, itu tidak sopan."
Pria itu tersenyum tipis. "Saya pernah melihat anda." Ujar pria itu.
"Dimana?"
"Waktu itu didepan sebuah kafe. Anda sedang menagis juga." Ujar pria itu kemudian pergi dari sana.
Chanrin mulai berpikir, kapan dan dimana dirinya bertemu laki-laki itu?
--------
Kyuhyun berjalan mondar-mandir sedari tadi. Matanya menatap nyalang kearah jam yang tergantung di dinding. Waktu terus berputar menuju angka empat, tapi Chanrin belum juga kembali ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold on or Give up (Complete)
FanfictionPernikahan yang baru seumur jagung itu kini berada di ujung tanduk. Mereka menikah bukan karena perjodohan, tapi karena saling mencintai. Namun apa jadinya jika Kyuhyun-sang suami tidak percaya lagi dengan Chanrin-istrinya? Kesalah pahaman Kyuhyun...