Ruangan berdinding abu-abu hitam dan langit-langit putih itu kosong ketika Zai memasukinya. Sebelum datang ke bengkel, ia sudah mengirim pesan pada Pattar, tetapi tidak ada balasan. Zai sakit kepala karena sedari tadi ponselnya tidak berhenti berdering. Panggilan itu berasal dari salah satu pacar Pattar. Zai sudah menduga kalau ia akan merasakan dampak dari perbuatan sahabatnya yang punya banyak pacar itu.
Zai menatap ponselnya yang masih saja berdering tanpa jeda. Pintu bengkel tiba-tiba dikuak. Seorang pria dengan rambut diikat setengah masuk dan duduk di samping Zai.
"Tuh nomor nggak berhenti telpon gue. Tanggung jawab lo." Zai mengajukan protes seraya menunjukkan layat ponselnya pada Pattar.
"Udah matiin aja." Pattar menjawab santai. Ia malah tersenyum hingga deretan giginya terlihat, "Gue laper, makan ketoprak depan enak kayanya."
"Jangan dibiasain deh. Awas kualat!" Zai mematikan ponselnya kemudian mengikuti Pattar. Semenjak tinggal di indekos, Zai jadi lebih hemat, ia punya kebiasaan mematikan lampu sebelum keluar.
***
Hana mendapati ruangan bengkel kosong dengan lampu padam. Ia sempat menduga kalau kedua sahabatnya itu tengah sibuk mengerjakan proyek terbaru mereka di bengkel. Ternyata dugaannya salah. Hana langsung saja masuk dan merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang baru mereka beli sekitar dua bulan lalu. Setelah hampir satu tahun, bengkel sudah mengalami banyak perubahan. Kini ada karpet abu-abu, sofa dengan bantal warna-warni, beberapa pot tumbuhan yang diletakkan di dekat jendela dan dua etalase kaca tempat hasil kerja Pattar dan Zai dipajang.
Hana menatap langit-langit dan menghela napas. Ia datang ke bengkel untuk mengganggu Pattar dan Zai, tapi kedua orang itu hilang bak ditelan bumi. Hana mencoba menelepon mereka bergantian, dengan kompaknya kedua nomor mereka tidak aktif. Akhirnya Hana membuka Instagram untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia melihat satu notifikasi yang mampu membuatnya terduduk dan tidak mempercayai matanya sendiri. @Jeffnarendra mengikuti anda. Satu kalimat yang mampu membuatnya berteriak girang.
Bersamaan dengan teriakannya, pintu bengkel dibuka. Pattar dan Zai dibuat terkejut hingga hampir bertabrakan satu sama lain.
"Kenapa sih teriak-teriak?" Pattar meraih satu bantal dan melemparkannya ke arah Hana sebagai hukuman karena sudah membuatnya terkejut.
"Kak Jeff follow gue. Kak Jeff yang ganteng itu follow gue." Hana bercerita dengan antusias.
"Jeff mana?" Zai berbisik pelan pada Pattar.
"Jeff anak kedokteran?" Pattar bertanya dengan nada tidak senang.
"Iya. Beberapa hari lalu kami sempat ketemu dan sekarang dia follow gue." Hana menatap layar ponselnya tidak percaya.
"Jeff itu nggak baik. Gue tahu record track dia. Dia itu playboy kelas berat. Kalau dia hubungi lo, jangan ditanggapi." Pattar jadi sewot.
"Maaf, coba lo ngaca dulu sana. Lo juga playboy dan gue baik-baik aja tuh temenan sama lo. Kapan lagi gue punya temen secakep Kak Jeff?"
Pattar terdiam. Zai masih mengamati situasi. Ia tengah mencoba menghubungkan kepingan ingatannya. Bisa saja Jeff yang sedang dibicarakan oleh Hana adalah Jeff yang sama dengan yang ia tahu. Kebetulan lainnya, Jeff adalah mahasiswa kedokteran.
"Oh iya, lo berdua dari mana? Kenapa nomor kalian nggak aktif?" Hana bangkit berdiri dan berkacak pinggang.
Dengan wajah yang tidak menunjukkan rasa bersalah, Pattar duduk di sofa dan mengabaikan pertanyaan Hana.
"Zai?" Hana menatap Zai dengan tatapan menyelidik.
"Biasa, Pattar baru putusin Mira. Tadi dia telpon Pattar terus, akhirnya Pattar matiin handphone. Setelah nomor Pattar nggak aktif, dia neror gue." Zai bercerita dengan ekspresi yang meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelembung Mimpi ✓
Teen FictionApakah kekayaan bisa membawa kebahagiaan? Jika pertanyaan itu diajukan, maka kebanyakan orang akan menjawab bisa. Tidak begitu dengan Zaivan Oktora Arkanayaka, ia akan menjawab pertanyaan itu dengan tawa. Menurutnya, kekayaan tidak bisa membawa keba...