Zai tidak mendengar kabar apapun setelah kedatangan Tama minggu lalu. Ia menjalani kehidupannya seperti biasa. Namun, ada hal yang semakin mengganggunya. Selain satu orang pengawal yang kini selalu berada di dekatnya, ia menyadari lebih banyak orang yang terus berjaga di sekitarnya. Ia mulai lelah. Geraknya juga terbatas.
Zai berencana akan berbelanja di salah satu supermarket di dekat kampus dan kebetulan Pattar menolak untuk ikut karena katanya ayahnya akan datang dan membawa segala kebutuhannya. Akhirnya Zai memutuskan untuk pergi sendirian. Langkahnya terhenti ketika laki-laki yang sudah seminggu tinggal di bangunan yang sama menghadangnya di depan puntu utama.
"Anda mau kemana, Tuan Muda?" Laki-laki itu berbisik.
"Sudah gue bilang, jangan panggil tuan muda. Panggil aja Zai. Kalau orang lain dengar gimana?" Zai melanjutkan langkahnya dan meninggalkan laki-laki tadi sendirian.
"Saya akan mendampingi Anda, Tuan Muda."
Zai menghela napas panjang. Ia bertanya-tanya apa bedanya kondisi saat ini dengan ia tinggal di rumah keluarga Arkanayaka, "Jaga jarak! Jarak terdekat adalah 3 meter. Gue nggak mau lo mengikuti gue dari jarak dekat."
"Siap, Tuan Muda."
Zai menyusuri lorong-lorong yang ada di supermarket tersebut. Berjalan-jalan sambil berbelanja juga mampu membuat perasaannya jadi senang. Ia menyusuri lorong susu kemasan. Ia menyentuh satu merek yang selalu ia minum, kemudian memasukkannya dalam keranjang.
Ketika tiba di lorong yang memajang tisu dan pembalut wanita, Zai melihat seorang gadis yang sedang kesulitan untuk meraih sebuah pembalut yang ada di ujung pada rak paling atas. Tadinya ia ingin membantu, tetapi akhirnya Zai pura-pura tidak melihat dan melewati gadis itu begitu saja.
"Oy, bucing."
Entah mengapa Zai malah menoleh ke sumber suara. Sepertinya ia mengenali suara itu.
"Tolongin gue dong. Lo kan lebih tinggi, ambilin itu." Gadis itu meminta tolong dan menunjuk barang yang diinginkannya.
Zai menghela napas kemudian meraih benda yang diinginkan gadis tadi. Gadis itu tersenyum dan memasukkan benda itu ke keranjangnya. Zai bisa melihat ada sebungkus makanan kucing berukuran sedang yang ada di keranjang itu.
"Lo suka kucing?"
"Lo nggak ingat ketemu gue di pelataran teknik minggu lalu? Gue emang suka kucing." Gadis tadi terperangah karena Zai tidak mengenalinya.
Mata Zai bergetar. Ia baru ingat ketika ia melihat kalung yang menggantung di leher gadis itu.
"Sorry, gue duluan." Zai segera beranjak dari tempat itu. Ia berjalan menuju kasir dan segera meninggalkan supermarket itu.
***
Zai segera mengunci kamarnya dan menelepon Tama. Ia gusar. Kepalanya dipenuhi banyak pertanyaan. Tangannya mulai bergetar saat Tama tak kunjung mengangkat teleponnya. Ia sontak berdiri dari duduknya ketika ada suara yang menjawab panggilannya.
"Bang, gue ketemu sama cewe dengan kalung itu lagi." Zai terburu-buru menyampaikan maksudnya.
"Zaivan, kamu harus tenang dulu. Bisa jelaskan dengan detail apa yang kamu ingat?"
"Kalung yang muncul di mimpi gue sama persis sama kalung seorang cewe. Kayaknya anak Jatayu juga. Sudah dua kali gue ketemu dia di dekat Jatayu."
"Oke. Jadi kamu sudah kenalan sama cewe itu? Atau saya perlu melakukan pemeriksaan latar belakang?"
"Belum. Yang gue ingat, tingginya sekitar 170 cm dan rambutnya panjang hingga pinggang."
"Ada detail lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelembung Mimpi ✓
Teen FictionApakah kekayaan bisa membawa kebahagiaan? Jika pertanyaan itu diajukan, maka kebanyakan orang akan menjawab bisa. Tidak begitu dengan Zaivan Oktora Arkanayaka, ia akan menjawab pertanyaan itu dengan tawa. Menurutnya, kekayaan tidak bisa membawa keba...