38. Saran

380 62 23
                                    

Disebuah gedung penyimpanan abu, didalam sebuah ruangan dengan lemari-lemari kaca tempat penyimpanan abu, seorang pria berdiri didepan sebuah lemari kaca yang menyimpan guci dan beberapa bingkai foto.

Oh hyunbin.

Pria itu berdiri tegap didepan lemari penyimpanan abu seo joo hyun. Menatap nanar bingkai foto yang terpajang rapih disana.

Hanya disinilah ia bisa melihat potret perjalanan pertumbuhan sehun dari kecil hingga ia tumbuh dewasa. Tidak masalah meskipun tidak ada potret dirinya sama sekali disana, karna ia cukup sadar diri bahwa untuk menemui abu seo joo hyun saja ia tidak pantas.

"Joo hyun-ah, maaf baru sempat menemui-mu sekarang. Akhir-akhir ini aku sedikit sibuk. Jadi, tidak sempat menemui mu" ucap oh hyunbin menatap kearah potret seorang gadis yang nampak begitu cantik.

"Joohyun-ah, jika kau mendengarkan aku dari sana, bisakah kau berikan aku sedikit kekuatan? Aku... sepertinya mulai lelah dan tidak kuat menghadapi semua ini" cairan dipelupuk mata hyunbin mulai menggenang

"Aku.. tahu kesalahanku tidak akan pernah habis untuk bisa dimaafkan. Tapi, bisakah aku mendengarkan suaramu? Sekali saja, jaebal."

"Aku rindu.. aku rindu padamu, joohyun-ah.." kedua kaki hyunbin tidak sanggup lagi menahan beban tubuhnya sehingga ia akhirnya berjongkok dengan kepalanya yang ia sembunyikan diantara kedua lututnya yang tertekuk.

Bahu oh hyunbin bergetar. Hanya Isakan yang samar-samar terdengar yang terdengar di ruangan sunyi itu.

Oh hyunbin yang nampak selalu tegas, berkarisma dan mempesona, ternyata menyimpan sejuta rasa sakit dan penyesalan yang menyesakkan dadanya selama ini.

"Joohyun-ah, mianhae. Jeongmal mianhae..." kalimat hyunbin itu terasa sangat menyakitkan saat ia keluar bersama dengan isakan pria itu yang akhirnya tak dapat dibendung.

Menumpahkan tangisnya dan rasa sesaknya dihadapan abu sang istri, oh hyunbin hanya bisa mengucapkan kata maafnya, meskipun itu semua tidak bisa mengembalikan keadaan seperti dulu.

Yang bisa oh hyunbin lakukan hanyalah menghukum dirinya sendiri.

———————————————————
Diruang rawat sehun, joohyun setia duduk disamping ranjang sehun. Dan Saat ini, joohyun sedang menyuapi sehun makan siangnya.

"Sunbae, aaaa...." Ucap joohyun yang dibalas Sehun dengan menggeleng lemah.

"Ayolah.. ini yang terakhir. Eoh?" Namun sehun tetap menggeleng. Sepertinya dia benar-benar sudah kenyang.

"Arraseo.." joohyun pun mengalah. Setidaknya ada beberapa sendok bubur yang masuk kedalam pencernaan sehun.

"Sunbae tunggu sebentar. Aku akan panggilkan suster untuk mengambil obat sunbae" ucap joohyun bangkit dari kursinya dan hendak beranjak dari samping ranjang sehun. Namun, sehun terlebih dulu meraih jemarinya dan joohyun bisa merasakan genggaman kecil sehun meskipun diujung jarinya.

"Ha—ji—ma..." gumam sehun menatap joohyun.

"Sunbae, aku hanya pergi sebentar memanggil perawat. Aku janji tidak akan kemana-mana. Eoh?" Namun sehun menggeleng pertanda ia tidak menyukai gagasan joohyun itu.

Joohyun pun menghela nafasnya. Ia tidak menyangka sifat keras kepala sehun tetap ada meskipun pria itu dalam kondisi lemah seperti sekarang.

"Yasudah, kalau begitu sebentar. Aku akan meminta tolong ahjussi yang berjaga didepan ruangan sunbae. Eoh?"

Setelah diam beberapa saat, akhirnya sehun mengangguk.

Dan tak berapa lama, joohyun pun kembali duduk disebelah ranjang sehun. Gadis itu menggenggam tangan sehun tanpa bosan. Rasanya, ia tak ingin melepas genggaman itu meski sedetik saja.

ONE DAY SOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang