"Kita putus saja ya? Aku merasa jenuh sekali dan tidak sanggup melanjutkan hubungan denganmu Haechan, maaf"
Haechan belum membuka mulutnya tapi cowok itu langsung bergegas pergi begitu saja. Dan sekarang yang bisa ia lakukan hanya memandang punggung Mark yang semakin jauh meninggalkannya dengan tatapan nanar. Beginikah akhir kisah mereka? Beginikah balasan atas kesabarannya selama ini?
"Selamat tinggal Mark hyung. Terima kasih untuk waktunya selama ini", gumam Haechan dengan setetes cairan bening yang turun membasahi pipi.
Menjalin hubungan selama 4 tahun dan berakhir dengan cara tragis seperti ini tidak pernah terlintas dibenaknya sama sekali, tapi bukankah ia tetap harus merelakan itu semua dan belajar terbiasa? Terbiasa tanpa mendengar suara tertawa Mark Lee atau rengekan kecil dari cowok itu saat lapar misalnya.
Ya, Haechan harus terbiasa.
"Haechan, kau mau pulang?"
Haechan mengerutkan kedua alisnya. Ia membalik tubuh dan melihat Jaehyun sedang berlari kecil dengan senyum yang begitu teduh saat menghampirinya.
"Jaehyun hyung?"
"Kau mau pulang?", Jaehyun mengulang pertanyaannya.
Haechan mengangguk.
"Bersama hyung ya?", Haechan menoleh dan menatap Jaehyun penuh tanda tanya.
"Cuacanya sangat mendung, bahaya kalau kau pulang naik bus", ujar Jaehyun seakan mengetahui maksud dari wajah bocah manis itu,"Lagipula aku juga ingin bertemu Johnny hyung. Jadi, mau kah?"
Haechan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum simpul. Ia tidak mau menolak tawaran baik yang diberikan sahabat kakaknya itu, lagipula juga tujuan mereka sama kan? Haechan ingin pulang, dan Jaehyun ingin bertemu Johnny.
**
Sepanjang perjalanan suasananya terasa begitu hening. Haechan hanya memandang keluar jendela tanpa minat sedangkan Jaehyun sesekali meliriknya. Tadinya cowok tampan itu ingin menyalakan musik, tapi diurungkan begitu saja saat ia ingat tentang apa yang terjadi di taman tadi.
Haechan belum memberitahu, tapi Jaehyun memang tahu dan dengar sendiri karena kebetulan saat itu ia sedang berada disana.
"Having a bad day, huh?", Jaehyun membuka suara begitu mobilnya berhenti di perempatan lampu merah.
Haechan menoleh, lalu tersenyum tipis sambil mengangguk,"Aku putus dengan Mark hyung"
Di satu sisi ia merasa senang karena itu artinya ia bisa bebas mendekati Haechan. Tapi disisi lain hatinya ikut sakit melihat bayi kesayangannya terlihat murung.
"Aku bisa gak ya, ngelewatin hariku tanpa Mark hyung?"
Jaehyun dapat melihat raut kesedihan yang begitu jelas tampak. Selain Johnny, selama ini Haechan sangat bergantung pada Mark. Makanya Jaehyun tahu betul pasti sekarang hati anak itu sedang hancur. Dan ia membenci dirinya sendiri karena tidak tahu harus melakukan apa.
"Kau, kau pasti bisa Haechan", Jaehyun berdehem pelan,"Kau adalah anak yang kuat bukan?"
"Tidak. Aku sering menangis di malam hari kalau sedang rindu mama dan papa"
Jaehyun terdiam
"Dan sekarang aku memiliki satu alasan lagi untuk menangis di malam hari"
Ah, anak itu. Tidak tahukah hati Jaehyun merasa sakit ketika mendengarnya? Mengapa dia seolah merasa sendiri sedangkan disana masih ada Johnny yang selalu dengan senang hati membuka lebar kedua tangannya untuk Haechan?
KAMU SEDANG MEMBACA
The sun and his happiness
FanfictionJaehyun yang sudah lama menyukai Haechan akhirnya memiliki kesempatan untuk mendekatinya. Tetapi tentu tidak mudah, dia bukan orang yang percaya diri dan saat ini sinar yang dimiliki Haechan sedang redup karena tertutupi oleh kesedihan dan kesepian...