Dengan sweater yang melekat pada tubuhnya. Hana merasakan hawa tubuhnya yang terasa sedikit panas. Sepertinya ia terkena demam setelah bermain hujan.
Seketika Hana tersenyum tipis mengingat aksi keduanya kemarin yang melewati guyuran hujan. Rasanya gadis itu merasa senang.
Hana memberikan satu suapan nasi pada mulutnya. Jungkook datang padanya membawa nampan berisi makanan mengambil tempat dihadapannya.
"Aku duduk disini ya. Aku ingin sarapan bersamamu."
Hana tersenyum tipis. "Tentu saja kau boleh duduk disini."
Bisa Hana dengar jika para mahasiswa tengah membicarakannya. Berbisik-bisik tentangnya. Namun tampaknya Jungkook sama sekali tak memperdulikan itu semua. Apa Jungkook memang seacuh itu ya? Hana merapalkan doa dalam hati. Harap-harap jika tak ada seorang pun yang akan mengusiknya atau menjadikannya bahan bullyan setelah ini akibat kedekatannya dengan Jungkook yang secara tiba-tiba mendekatinya.
Mendadak Hana menjadi tak berselera untuk makan. Ia pun segera berdiri mengambil nampannya. Sebelum pergi ia pun berpamitan dengan Jungkook meninggalkannya sendirian dimeja itu. Meski ia pun sedikit merasa tidak enak karena tiba-tiba saja meninggalkannya begitu saja.
Kedua tungkainya menyusuri lorong kampus. Mendadak kepala Hana terasa begitu pening. Merasakan denyutan pada kepalanya yang semakin membuatnya meringis. Ia pun mendudukan bokongnya pada anak tangga. Memegangi kepalanya yang semakin berdenyut nyeri. Cairan kental berwarna merah keluar dari indra penciumannya. Tangannya memeriksa hidungnya dan mendapati noda darah menempel pada tangannya.
Nampaknya Hana pun tak begitu terkejut setelah mendapati jika ia sedang mimisan.Deg.
"Akhh!."
Hana kembali merasakan sakit pada jantungnya yang bereaksi dengan tiba-tiba. Bahkan terasa lebih sakit dari biasanya. Membuat gadis itu memegang kuat pagar pada tangga. Mencoba untuk mengatur deru nafasnya yang terasa sulit. Merapalkan doa dalam hati semoga saja rasa sakitnya cepat ia lalui begitu saja.
Ayo Hana! Kau harus kuat.
Dengan sisa tenaga yang ia miliki. Hana menutupi hidungnya yang terus saja mengeluarkan darah dengan sapu tangannya. Rasa sakit yang menyerang rongga dadanya ia abaikan begitu saja. Segera berjalan keluar dari kampus memanggil taksi dan ingin segera menuju kerumah sakit.
Sesampainya Hana dirumah sakit. Gadis itu pun segera dibawa keruang perawatan. Bau khas obat-obatan menyeruak masuk kedalam indra penciumannya. Beberapa jarum infus sudah menusuk kulitnya. Ia pun kembali mengenakan tabung oksigen.
Hana yakin tubuhnya pasti sudah terasa begitu lelah akibat dirinya yang terlalu memaksakan diri.Satu hari dirawat dirumah sakit sepertinya sudah cukup bagi Hana. Setelah membereskan ruangannya dan membayar biaya administrasi. Gadis itupun segera keruang dokter dan membicarakan kondisinya yang ia yakini pasti semakin memburuk.
Dokter itupun tersenyum menyambut kedatangannya dalam ruangannya. Hana mengambil tempat duduk didepan pria berjas putih itu. "Bagaimana keadaan saya dok?."
Dokter itu pun sejenak menghela nafas pelan dan menatap Hana setelahnya. "Kondisimu semakin memburuk Hana. Saya menyarankan anda untuk segera melakukan operasi."
"Jika aku melakukannya. Apa yang akan terjadi padaku?."
"Jika operasinya berhasil tentu saja anda akan sembuh."
"Jika tidak?."
"Hana-ya kau sudah berusaha keras selama ini. Jangan terlalu memaksakan diri dan minumlah obatmu secara rutin. Kau harus berjuang untuk hidup."
Hana hanya mengangguk setelah mendengarkan apa yang dikatakan dokter itu. Ia pun hanya bisa tersenyum tipis. Ia tau betul kondisinya. Ia tau jika ia tak baik-baik saja sekarang. Hana akhirnya memutuskan untuk pamit meninggalkan ruangan itu.
Hana terbaring diatas ranjangnya seraya menatap sebuah botol obat yang selalu ia konsumsi sejak ia masih kecil. Jujur saja jika ia merasa begitu lelah dengan hidupnya selama ini. Setiap meraskan rasa sakit pada jantungnya yang terasa amat menyesakkan. Kerap kali ia selalu berfikir ingin mengakhiri hidupnya. Lelah dan muak itu yang selalu ia rasakan.
Aku ingin mati saja.
Cairan bening lolos begitu saja dari pelupuk matanya membasahi pipinya. Ia pun menangis tersiak dalam ruangan yang sunyi. Mendengar suara isakan tangisnya sendiri. Tak ada seorang pun yang bisa membagi lukanya. Tak ada seorang pun tempat untuknya berkeluh kesah. Tak ada seorang pun tempatnya untuk bersandar. Ruangan itu pun menjadi saksi tempatnya menyalurkan segala kesesakan yang selama ini selalu ia sembunyikan dibalik wajahnya yang menampilkan senyuman yang seakan membuatnya baik-baik saja.
"Aku ingin hidup normal!.'
"Tuhan kumohon... tolong aku..."
🍉🍉
Dua hari berlalu begitu saja. Dan di hari-hari itu Jungkook sama sekali tak menemukan presensi Hana dimanapun. Diperpustakaan. Ditaman. Bahkan saat kelas Jungkook pun sama sekali tak bisa menemukan kehadiran Hana dimanapun. Membuat Jungkook berfikir sejenak apa yang telah terjadi pada gadis itu?
Apa yang terjadi dengannya?
Apa dia sakit gara-gara bermain hujan denganku kemarin?
Rasanya Jungkook ingin sekali menemui Hana dan memeriksa keadaan gadis itu. Namun ia akhirnya merutuki betapa bodoh dirinya yang tak tahu alamat dimana gadis itu tinggal ataupun nomor ponselnya saja ia tidak punya. Kenapa Jungkook bisa sebodoh ini?
Jungkook tak henti-hentinya memikirkan gadis itu. Mengingat senyumannya yang begitu cerah saat melewati guyuran hujan selalu terlintas dalam fikirannya. Sepertinya saat itu. Untuk pertama kalinya Jungkook melihat gadis itu tersenyum menampilkan kebahagiaan pada wajah jelitanya. Dan anehnya Jungkook seperti terhipnotis dengan senyuman itu dan ingin melihatnya berulang-ulang kali.
"Aku merindukanmu... Kim Hana..."
Dengan tiba-tiba Taehyung merangkul pundak Jungkook. Membuat pria itu tersadar dari lamunannya. "Apa tadi yang kau katakan? Kau merindukannya Jeon?."
"Tentu saja tidak!."
"Aku hanya ingin bilang. Jangan sampai kau jatuh dalam jebakanmu sendiri. Semakin kau mengenalnya lebih dalam. Kau akan luluh padanya, kurasa dia gadis yang baik."
Jungkook menghempaskan tangan Taehyung dari pundaknya. Menurutnya Taehyung hanyalah seorang kakak yang sekedar ingin menasihati adiknya saja. Dan tentu saja Jungkook tak perduli dengan ucapan yang dilontarkan Taehyung padanya.
Jungkook bukanlah orang yang mudah luluh hanya karena seorang gadis seperti Kim Hana. Tak mungkin bukan?
Keeseokan harinya Jungkook mengulas senyum kala mendapati kehadiran Hana yang tengah berjalan melewati lorong kampus. Membuat pria itu segera menghampirnya dan menarik lengan gadis itu ke sebuah ruangan yang sepi.
"Apa yang ingin kau lakukan?."
"Aku selama ini mencarimu! Kau kemana saja?."
Kenapa rasanya Jungkook begitu cemas dengan gadis didepannya ini? Seharusnya ia tak perduli bukan dengan keadaan Hana? Atau karena sifatnya yang pendiam dan kelewat tenang itu membuatnya sulit untuk menerka-nerka apa yang ada dalam fikirannya? Untuk pertama kalinya Jungkook merasa begitu penasaran dengan seorang gadis seperti Hana.
"Untuk apa kau mencariku?."
Mendengar pertanyaan itu entah kenapa rasanya Jungkook ingin marah. Kenapa Hana sama sekali tak mengerti maksud dari kecemasannya? Jungkook mengulurkan tangannya mengusap pipi Hana. Menatap netra itu yang juga menatapnya. Pandangan keduanya saling bertemu. Seakan mencari kebenaran masing-masing melalui netra itu. Jungkook mendekatkan wajahnya mencium bibir Hana. Merasakan tak ada pergerakan ataupun penolakan dari Hana membuat Jungkook menggerakan bibirnya dengan lembut memainkan bibirnya diatas bibir Hana. Tangannya menekan tengkuk Hana memperdalam ciuman keduanya namun tampaknya Hana tak bisa mengimbangi Jungkook yang terus memonopoli dirinya. Membuat Jungkook tersenyum disela ciumannya.
Perlahan Jungkook melepaskan pagutannya. Menatap wajah Hana yang pastinya tentu saja terkejut dengan aksinya yang tiba-tiba. "Jadi milikku ya?". []
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] SORRY.
FanfictionCOMPLATE ✔︎ JJK Story 📖 VERSI REVISI. (M) Mature content. Judul awal "JUST ONE DAY" Alur cerita dirombak, dan akan memiliki ending yang berbeda. Silahkan baca ulang ya. Demi sebuah taruhan yang dibuat oleh teman-temannya. Jungkook rela mendekati se...