Part 17

459 45 0
                                    

2 minggu berlalu.

Hana duduk termenung diatas ranjangnya.  Menatap kosong pemandangan melalui jendela didalam ruangannya. Menatap langit cerah diluar sana dengan ekspresi datar.

Membuat Tuan Kim selaku sang Ayah begitu cemas melihat keadaan sang anak.

Sejak hari itu.  Hana banyak diam, tak banyak berbicara,  sering melamun, dan terkadang tatapannya kosong. Tak ada Hana yang selalu tersenyum, yang tegar, ataupun yang terlihat kuat.

Meski begitu agaknya Tuan Kim masih merasa lega, setidaknya Hana tak mencoba untuk melukai dirinya lagi. Pria itu bahkan meminta putra bungsunya untuk menjaga sang kakak ketika tidak ada siapapun yang menjaganya.

Entah apa yang harus Hana lakukan. Ia hanya bisa berdiam diri. Namun ia juga tak akan mungkin terpuruk selamanya.
Mencoba menguatkan dirinya, menjadi seseorang yang tabah dalam menjalani hidup. Biarlah sang ibu membencinya. Hana tak akan pernah memaksakan kehendaknya. Dan Hana akan dengan senang hati tak akan pernah muncul dihadapan wanita paruh baya itu lagi.

Dan sang Ayah juga mengerti dengan hubungan keduanya.

Tuan Kim menghampiri sang anak yang masih melamun memandangi langit cerah diluar sana.

Membawakan sebuah bingkai foto kehadapannya, dan menaruhnya kedalam genggamannya.

"Apa anak Ayah tak merindukan kekasihnya?".

Tuan Kim mengusap lembut puncak kepala sang putri. Seraya berujar. "Waktu itu Hana terlihat begitu bahagia setelah memperkenalkan kekasihnya pada Ayah. Apa Hana tak ingin bertemu dengannya?."

Hana menatap bingkai foto dalam genggamannya, melihat wajah Jungkook didalam sana yang tersenyum membuat gadis itu menitikan air matanya.

"Hana ingin bertemu dengan Jungkook Ayah, Aku harus mengakhiri hubunganku dengannya. Hana tak pantas untuk Jungkook."

Tuan Kim membawa putrinya kedalam dekapannya. Ia tahu betul apa yang sang anak takutkan selama ini. Hana selalu memedulikkan perasaan seseorang disekitarnya tanpa tahu jika ia juga terkadang melukai perasaannya sendiri.

"Hana tak boleh berkata begitu. Anak Ayah berhak bahagia, Jungkook pasti akan menerima Hana, Ayah yakin Jungkook mencintai putri Ayah."

Hana menggeleng pelan. "Hana harus melepaskan Jungkook, dia tak boleh terluka karenaku Ayah."

Tuan Kim merasa pilu setelah mendengarkan penuturan putrinya. Ia pun hanya bisa menepuk pelan punggung sang anak. Mencoba memberinya ketegaran.

"Percayalah Hana, Tuhan selalu punya rencana untuk anak Ayah yang baik ini. Ayah yakin suatu saat nanti Hana pasti akan bahagia. Rencana Tuhan itu tidak terduga, dan Hana harus percaya jika keajaiban itu ada."

"Terima kasih Ayah, karena sudah menyayangi Hana selama ini."

🍉🍉

Hana menyalakan ponselnya dan melihat setiap rentetan pesan yang Jungkook kirim. Dan banyak panggilan tak terjawab darinya. Membuat gadis itu merasa kian bersalah. Hana tau betul jika Jungkook pasti kebingungan sekarang. “Maafkan aku ya Jungkook.”

Meski kondisi Hana sebenarnya belum membaik, ia ingin menyempatkan waktunya untuk bertemu dengan sang kekasih.

Memakai polesan make-up tipis pada wajahnya yang masih terlihat pucat.

Sampai akhir pun Hana akan tetap menyembunyikkan penyakitnya dari Jungkook, menjadi gadis yang kuat dihadapannya.

Hana menatap pantulan dirinya dicermin meja rias. "Jungkook kau harus menerimannya ya, ini demi kebaikan kita. Kau tak boleh terluka hanya karena mencintai gadis sepertiku, aku akan membuatmu menjauh dariku, meski kau harus membenciku."

[M] SORRY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang