Part 14

450 48 0
                                    

Sudah berapa lama hari berlalu ya? Hana bahkan tak bisa menghitungnya lagi. Gadis itu hanya menatap kalender dalam ponselnya. Serta pengingat yang mengharuskannya untuk meminum obat secara rutin, sudah ia senyapkan entah kapan. Bahkan sekarang ia meninggalkan obat itu didalam apartemen kecilnya dan tak pernah membawanya lagi.

Mungkin bisa dihitung Hana selama seminggu ini menghabiskan waktunya tinggal dirumah kediaman Jeon. Menikmati malam dalam dekapan hangat Jungkook. Saat pagi menjelang keduanya akan selalu melakukan kencan ataupun melakukan hal-hal sederhana layaknya pasangan diluar sana.

Hana hanya ingin menikmati hari-harinya bersama Jungkook saat ini. Seperti melihatnya tertidur pulas. Ataupun membuka matanya saat dipagi hari dengan senyuman yang menyambutnya dengan hangat. Menyiapkan sarapan bersama. Menikmati langit sore yang berganti dengan rembulan serta bintang yang menghiasi langitnya.

Untuk pertama kalinya Hana merasakan apa yang dinamakan kebahagiaan.

Seperti saat ini. Hana mengulas senyumannya menatap wajah Jungkook yang masih betah menutup kedua matanya. Jungkooknya begitu pulas sekarang. Bahkan  Pria itu sangat sulit untuk dibangunkan. Atau Jungkook memang betah tertidur diranjang dengan memeluknya layaknya seperti sebuah guling ya?

“Jungkook kau tak ingin bangun?.”

Dengan mata yang masih terpejam Jungkook menggeleng pelan. Tangannya melingkar erat keperut Hana. mengendus perpotongan lehernya yang sontak saja membuat Hana merasa geli.

“Jungkook geli. Hentikan!.”

Tangan Hana meraih pinggang Jungkook menggelitik tubuh pria itu. Membuat sang pria spontan membuka matanya merasa geli saat tangan itu menggelitik perutnya.

“Hentikkan Hana kau membuatku geli.”

Jungkook segera menangkap tangan sang kekasih. “Kubilang hentikan!.”

Hana terkekeh. “Baik-baik aku mengerti. Kau sih yang mulai Jeon Jungkook.”

BRAK!.

Mendengar suara dentuman pintu yang terbuka dengan keras membuat Jungkook langsung mendudukan dirinya. membuat Hana terheran dengan reaksi Jungkook. Namun tak dipungkiri jika ia juga mendengar suara dentuman yang keras itu.

Jungkook menatap wajah Hana dengan lekat. Kedua tangannya menutupi kedua telinga Hana dengan tangannya. “Hana apapun yang terjadi kau harus menuruti perkataanku. Kau mengerti kan?.”

Hana mengangguk.

Meski Hana sama sekali tak mengerti apa maksud dari perkataan Jungkook. Saat menatap sorot matanya membuat Hana yakin jika apa yang dikatakan Jungkook adalah sebuah pertanda. Hana merasakan sesuatu hal yang berbeda. Jungkook tak seperti biasanya. Ia seperti merasakan jika akan ada sesuatu hal yang buruk terjadi.

“Jungkook—“

“Sstt. Apapun yang terjadi jangan dengarkan apapun, kau paham kan? Dan jangan pernah keluar dari kamar, kali ini turuti perkataanku ya. kali ini dengarkan aku. Mengerti kan?”.

“Tapi—“

Jungkook segera mengecup bibir Hana. “Aku keluar sebentar. Dan jangan pergi kemana pun sebelum aku kembali. Mengerti kan sayang?.”

Jungkook mendekatkan wajahnya mencium kening Hana. setelahnya ia pun beranjak meninggalkan sang kekasih didalam kamarnya. Meninggalkan Hana dengan sejuta pertanyaan dalam benaknya.

🍉🍉

Jungkook mengunci pintu kamarnya dari luar. Menuruni anak tangga. Ia pun sudah melihat sang Ayah yang menatapnya dengan bengis.

[M] SORRY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang