Part 15

612 51 0
                                    

Semenjak hari itu Jungkook sama sekali tak membicarakan apapun. Ataupun memberitahu sesuatu pada Hana tentang apa yang dialaminya hari itu. Jungkook bersikap layaknya tak terjadi apa-apa. Bersikap seperti biasa. Membuat Hana jadi ragu untuk menanyakannya.

Wajah Jungkook yang tak menampilkan luka apapun. Tetap saja tak membuat Hana merasa tenang. Hana tahu jika Jungkook menyembunyikan lukanya. Menyembunyikan semua rasa sakitnya. Hana tau jika Jungkook sedang berusaha untuk menjadi pria yang kuat dihadapannya. Dan Hana menghargai itu.

Jungkook kembali mengajaknya berkencan. Dan Hana dengan senang hati akan mengikuti kemanapun langkah kaki itu akan melangkah.

Keduanya duduk diatas sebuah tikar. Dengan rumput hijau, berbagai bunga cantik yang menghiasi taman di tengah kota. Menikmati kebersamaan yang entah kapan akan berakhir.

Jungkook berbaring diatas pangkuan sang kekasih. Menikmati usapan lembut tangan Hana yang mengusap puncak kepalanya dengan sayang. Menatap wajah sang jelita diatas sana.
Tangannya sedari tadi tak henti menggerakkan pensilnya diatas sebuah kertas.

"Jungkook kau sedang apa? Menulis apa hm?." Tanya Hana. Gadis itu penasaran. Sedari tadi ia sudah melihat tangan Jungkook menggerakkan pensilnya tanpa henti.

"Tunggu. Sedikit lagi selesai."

Dan benar saja. Tak butuh waktu lama. Jungkook membalikkan kertasnya dihadapan Hana. Menunjukkan hasil gambarnya kehadapan sang kekasih.

Hana tertegun melihat hasil gambar Jungkook yang terlihat begitu indah dan juga sangat mendetail. Ukiran tangan Jungkook yang menggambar wajahnya saat ini terlihat begitu cantik. Gambar itu adalah gambaran wajahnya saat ini. Dan Hana sama sekali tak menduga jika Jungkook begitu mahir.

“Gambarmu indah Kook. Kenapa kau malah mengambil jurusan bisnis dibandingkan seni? Kau bisa menjadi pelukis terkenal.”

Pria itu mendudukan dirinya. Menatap wajah sang kekasih. Tersenyum tipis mengusap pipinya. “Karena Ayah tak suka aku melukis ataupun menggambar. Jadi aku mengambil jurusan itu, menuruti kemauan Ayah. Katanya seni itu tak ada gunanya dan membuang-buang waktu.”

Hana meraih tangan Jungkook dan menggenggamnya. Mencoba memberikan sang kekasih ketenangan. Hana jadi merasa tak enak dengan Jungkook.

Jungkook tau betul jika Hana mencoba menenangkannya saat ini. Melihat netra sang kekasih serta raut wajahnya yang terlihat sedih. Pria itu pun mengulas senyumannya.

“Tenang saja Hana. Aku masih tetap melakukan hobiku kok, seperti saat ini contohnya? Lalu kau juga kenapa mengambil jurusan bisnis juga?.”

“Aku? Karena aku ingin membantu Eomma menjalankan bisnisnya. Bukankah setidaknya aku harus mempelajarinya? Setidaknya aku harus jadi orang yang berguna kan untuknya?.”

Jungkook mengusap lembut puncak kepala Hana. “Kau memang gadis yang baik ya Hana. Orangtuamu pasti bangga memiliki putri sepertimu.”

Hana hanya bisa mengulas senyumannya. Andai Jungkook juga tahu jika keluarganya juga tak jauh beda dengan dirinya. Dan Hana hanyalah sebuah benalu dalam keluarganya.

Hana merogoh tasnya mengambil kamera polaroid dalam genggamannya. “Jungkook ayo kita mengambil banyak foto. Aku ingin menyimpan banyak kenangan bersamamu.”

Jungkook menarik pinggang sang gadis. Mengambil alih kamera yang Hana pegang dan mengarahkannya didepan wajah keduanya. “1... 2... 3..."

[M] SORRY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang