#20 Matahari yang telah pergi

6.5K 604 363
                                    


Hai minna-san, sebelum membaca....
mohon tonton video yang di atas ya👆.
Yang udah nonton bisa lanjut membaca nya. Dan coment bagaimana menurut kalian video itu.
Selamat membaca~
.

.

.

.

.

"S-shouyo? " mata sang ibu terbelalak ketika anaknya tak bergerak lagi, dan genggaman tangan sang anak sudah lepas. Sang ibu panik dan takut, ia mulai mengguncang tubuh Hinata yang sudah tak bergerak lagi. "SHOUYO!, BANGUN NAK! " kata sang ibu berteriak. Tak ada reaksi apa pun dari tindakannya.

Sang ibu mulai keluar dari ruangan dengan tergesa-gesa dan tak lupa air mata yang bercucuran sangat deras bagaikan air terjun. Ia berlari menuju ruangan sang dokter, untuk meminta pertolongan.

Brakk

Pintu ruangan terbuka secara keras, memperlihatkan seorang ibu yang berantakan. "Dokter!, shouyo tidak bergerak!, tolong ia! " kata sang ibu dengan sangat panik.

"Baiklah!, ibu tenang dulu, saya kesana sekarang! " ucap sang dokter.

Mereka kembali menuju ruangan Hinata. Sang ibu sangat sangat panik, ingin rasanya pingsan namun takkan ada orang yang akan membantu nya.

"Sebaiknya ibu tunggu diluar dulu! " kata sang dokter setelah sampai di ruangan Hinata. "Tapi dok!, saya juga ingin melihat shouyo! " sang ibu meminta untuk ikut. Namun tetap dilarang dokter. "Biarkan kami bekerja dengan keras!, ini juga demi kebaikan ibu!, dan sebaiknya ibu menunggu diluar dulu! " kata sang dokter lagi meyakinkan sang ibu. Sang ibu pun mulai menuruti perkataan dokter. Bagaimana pun ia tak boleh mengganggu pekerjaan nya.

Dokter pun memasuki ruangan Hinata dan tak lupa dengan suster yang selalu mengikutinya dari belakang.

Saat menunggu diluar sang ibu tak pernah berhenti untuk panik. Ia terus berjalan kesana kemari, dan hanya sesekali duduk untuk menghilangkan rasa lelah nya. Sang ibu juga tak berhenti untuk berdoa, "Tuhan tolong jangan ambil Shouyo dariku! " kira kira seperti itulah batin sang ibu. Sang ibu menatap pintu ruangan Hinata, namun tak ada tanda tanda sang dokter keluar, dan ia kembali berjalan kesana kemari.

Diruangan Hinata.

Sang dokter tampak sedang menyiapkan alat alatnya. Ia mengambil sebuah alat kejut jantung.Dan sang dokter mulai membuka pakaian Hinata bagian dadanya.

Bunyi yang sangat nyaring memenuhi ruangan tersebut, pertanda tak ada lagi pergerakan dari jantung Hinata.

Perlahan sang dokter mulai mengesekkan dua buah alat tersebut, dan mulai menempelkannya pada dada Hinata.

Satu kejutan, Hinata tak bergerak sama sekali. Dua kejutan, Hinata masih seperti tadi,tak bergerak sama sekali. Tiga kejutan, dan Hinata juga tidak memperlihatkan tanda tanda. Namun sang dokter tidak sampai disitu saja, ia terus melakukannya berkali kali, karena ia tak ingin melihat wajah kecewa yang terpampang di wajah seorang ibu.

Kembali pada sang ibu.

Sang ibu saat ini sadang duduk sambil menutup mulut dengan kedua tangannya. Ini sudah satu jam lamanya ia menunggu sang dokter keluar dari ruangan anaknya, namun sang dokter itu belum menampakkan batang hidungnya. Dan sekarang perasaan khawatir sang ibu sudah digantikan dengan perasaan takut, tak ada lagi kekhawatiran melainkan ketakutan. Kini seluruh tubuh sang ibu seolah olah sudah dikuasai oleh ketakutan.

Remember Me [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang