"atau apa?"
"atau kamu pergi dengan pacar kamu. tapi, besok pagi langsung nikah sama aku." Naava membulatkan matanya. Tidak percaya dengan syarat Dimas.
"gak mau!" tolaknya. "lo kok ngelunjak sih mintanya?"
"kamu yang hutang pada ku. Jadi, terserah ku mau minta apa dari kamu."
Dering telfon dari Oji masih terdengar. "keputusan ada ditangan kamu. disini dengan aku malam ini atau pergi dengan pacar kamu untuk terakhir kali."
Naava diam sejenak. Ia rasa bisa lain waktu membicarakan ini dengan Oji. Dari pada ini terakhir kalinya bisa bertemu dengan lelaki itu. Naava memejamkan matanya. "oke. Gue gak jadi pergi sama dia."
Dimas tersenyum. Menarik sudut bibirnya sambil mengcak puncak rambut Naava. Sementara disisi lain. Oji. Lelaki itu mengumpat kesal karena gadisnya tidak mengangkat telfonnya. Apakah ini yang Bobby bilang gadis itu khawatir dan mencarinya?
Tidak ada pilihan lain. Oji segera menaiki motor besarnya melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah seorang gadis. Saat tiba disana gadis itu terkejut mendapati Oji didepan rumahnya.
"kamu? katanya tadi kita gak jadi keluar." Ucap gadis itu. Tapi melihat lelaki didepannya diam. "urusan kamu memangnya sudah selesai?" lanjutnya.
"semua urusan ku sudah selesai." Jawabnya langsung merengkuh gadis didepannya.
Gadis itu membalas rengkuhan Oji. "sayang." Ucapnya manja dalam rengkuhan Oji.
Oji merasakan sesuatu menyayat hatinya. Tapi dia sembunyikan dengan manciumi rambut gadisnya.
***
Dimas dan Naava sudah duduk di kursi makan saling berhadapan. Dibawah lampu-lampu gemerlap terang. Sebenarnya tempat gelap tadi sudah disulap menjadi tempat yang begitu indah.
Dibawah hamparan langit penuh bintang seorang Dimas Samudra menatap bidadarinya. Sementara yang ditatap sibuk melihat-lihat bintang di langit.
"Va," panggil Dimas.
Naava mengalihkan fokusnya. "iya?"
"kapan kamu bisa menerimaku?" Air muka Naava berubah seketika. Netranya berlaih memandang yang lain. Tidak mau memandang Dimas yang tepat didepannya.
Cukup lama Naava diam. Membuat Dimas merasa bersalah pada gadis ini. Apakah dia terlalu mendesaknya? Terlalu memberi tekanan pada Naava?
Sementara Naava? Dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau sebenarnya sedikit kepercayaannya mulai tumbuh pada Dimas. Tapi, disatu sisi ada Oji. Bagaimana cara mengatakan hal ini pada lelaki itu?
Dimas berdecak. "udah ah, gausah bahas itu kita." potongnya saat Naava membuka mulut untuk menjawab. Membuatnya kembali mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"kamu dicariin Mama." Ujar Dimas.
"tante Dina?"
"ya Mama ku siapa lagi kalau bukan Mama Dina." Dimas mengacak puncak kepala Naava karena gemas.
"ada apa tante Dina cariin gue?"
"katanya besok mau di ajak makan malam dirumah."
"sama lo nggak besok?"
"iyalah. Emang kamu berani sendiri?" Naava langsung menggeleng kuat. Membuat Dimas terkekeh.
"Dimas.." darah Dimas tiba-tiba berdesir mendengar Naava memanggilnya dengan lengkap. Sial! Hanya dengan memanggil saja gadis ini sanggup membuatnya seperti ini. Naava yang merasa dikacangkan langsung memegang lengan kekar Dimas yang terbalut kemeja dan ditekuk sampai siku. "Dimas, ih."

KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan (S&M) END
Teen FictionSaat luas nya kesabaran Samudra menerima keegoisan Maheswari yang menolak perjodohan mereka. Siapa yang akan menang, luasnya kesabaran Samudra atau tingginya keegoisan Maheswari? Aku mengajak kalian menjadi saksi, bagaimana kisah ini terjadi. Naava...