Kita berdua, sama sama merasa tersakiti meski dalam posisi yang berbeda.
Malang, 23 September 2020
06:20 WIB
Pagi ini Dimas sudah duduk di ruang tamu Naava sambil berbincang dengan Rendra. Sementara Naava sedang memutar otak bagaimana caranya dia membuat Dimas kapok dengan sikapnya dan membatalkan perjodohan konyol ini.
Naava turun ke arah dapur, dilihatnya Novi tidak ada disana. Oke bagi Naava dewi fortuna memihaknya kali ini. Naava membuka pintu belakang, dimana ada taman dan juga jalan akses ke garasi depan, dimana itu adalah tempat mobil Papahnya dan Dimas diletakkan.
Sekarang Naava sudah menjalankan aksinya, apalagi kalau bukan mengempesi ban mobil Dimas. Setelah selesai Naava tersenyum puas, Dimas harus kapok dengan sikap nakalnya ini.
Naava kembali masuk rumah lewat pintu belakang lagi, tapi...
"kamu ngapain dari pintu belakang, Va?"
Glekk. Naava menelan ludahnya susah payah, Mamahnya sudah memergokinya. Alasan apalagi sekarang?
"Va..?"
"ya." Jawab Naava cepat, otaknya masih berfikir keras. Apa alasan untuk menjawab Mamahnya? Oh ini saja "ituu.. Ma, Naava habis liat-liat taman belakang. Kangen soalnya hehe" jawabnya sembari menampakkan cengiran kudanya.
Mata novi masih dengan intens menatap anak gadisnya yang sekarang sudah berjalan keluar dapur, dan jangan lupakan dengan cengiran konyol Naava yang sangat jarang tampak.
"Tumben banget kangen taman belakang? Ke taman belakang aja kalo nggak disuruh juga nggak kesana" gumam Novi saat Naava sudah pergi.
Naava menutup pintu kamarnya cepat, dengan detak jantung yang tidak bisa dikatakan normal. Semoga saja Mama nya percaya dengan alasannya tadi.
"NAAVA..." panggil Rendra lantang dari bawah. "Cepat sayang, Dimas sudah menunggu lama"
"Iya Papa.." teriak Naava lagi.
Naava langsung mengambil tas ranselnya dan segera turun kebawah, sebelum Papa nya memanggil lagi.
Sampai dibawah Naava menatap jutek Dimas, sekarang setiap pagi memang Dimas lah yang harus Naava lihat.
"Kamu ngapain aja sih lama, kalau dandan gausah lama-lama. Dimasnya udah suka kamu kok" ucap Rendra sembari mengelus rambut Naava. Naava? Dia sudah menatap Dimas dengan tatapan membunuhnya, tapi yang di tatap justru cengengesan.
"Sudah sana kalian berangkat"
Naava menggumam dan menyaimi tangan Papa nya, begitu juga Dimas. "Kami berangkat dulu, Om" Pamit Dimas sopan. Dan dibalas anggukan oleh Rendra.
Sampai di depan Dimas terkejut mendapati ban mobilnya kempes, seingatnya tadi masih baik-baik saja, kenapa sekarang mendadak kempes? Naava melihat Dimas yang seperti panik pun berpura-pura bertanya.
"Kenapa, Dim?"
"Ban nya kempes."
"Yaaah, jadi lo gabisa anterin gue ke sekolah dong?" ucap Naava pura-pura sedih, padahal dialah dalangnya disini.
"Bisa dong, pakai mobil Papah." Ucap Rendra yang sedari tadi mengamati interaksi Dimas dan Naava.
Naava mendengus pelan, bahkan tidak akan didengar Dimas sekalipun.
"Tidak usah Om, biar saya berangkat dengan Naava naik taxi saja"
"Ohh gitu, ya sudah. Tidak apa-apa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan (S&M) END
JugendliteraturSaat luas nya kesabaran Samudra menerima keegoisan Maheswari yang menolak perjodohan mereka. Siapa yang akan menang, luasnya kesabaran Samudra atau tingginya keegoisan Maheswari? Aku mengajak kalian menjadi saksi, bagaimana kisah ini terjadi. Naava...