Naava baru saja selesai menunaikan kewajibannya sebagai umat Allah SWT. Ya, ia baru selesai sholat Ashar. Saat keluar dari dalam masjid tanpa sengaja bertemu Dimas. Lelaki itu memperhatikannya dengan pandangan memicing. Seolah tidak percaya kalau didepannya adalah Naava Maheswari.
"apa liat-liat?!" tanya Naava garang.
"ini beneran kamu?" Dimas memperhatikan dari ujung kepala sampai ujung kaki. "kamu—"
"kenapa? Kaget liat gue sholat?" ia menggibaskan rambutnya kebelakang. "gue meski kelihatan bar-bar and no akhlak gini tuh tau kewajiban pada tuhan gue."
Dimas kicep. Mengangguk menurut dengan menahan mati-matian senyumnya. "kamu baru pulang sekolah?" Naava menggeleng. "kok masih pakai baju sekolah? Tadi kamu kirim pesan gak mau dijemput."
"pulang sekolah emang seperti jam biasanya. Tapi kan udah mendekati ujian-ujian. Jadi ada bimbingan belajar tadi." jelasnya. Diangguki lagi oleh Dimas.
"aku antar pulang?"
"ayo." Naava sudah berjalan mendahului Dimas. Dari jarak jauh ia membuka kunci mobil nya menimbulkan sebuah bunyi.
Setelah mereka berdua masuk mobil. Dimas melajukan mbolnya membelah jalanan menuju rumah Naava. Sampainya di rumah Naava menawarkan Dimas untuk mampir.
"mau mampir gak?" tawar Naava sambil melepas sabuk pengamannya.
"kamu pengennya aku mampir atau enggak?" Goda Dimas mencoba memancing Naava.
Gadis itu menatapnya. "enggak sih. Cuma sekedar buat basa-basi."
"oke. Aku mampir." Dimas langsung keluar dari mobil. Meninggalkan Naava yang meringis karena kebodohannya menawari lelaki itu mampir.
"mau minum apa?"
"teh hangat ada?"
"gue gak suka ya kalau gue niatnya basa-basi malah elu nya ngelunjak." Dimas terkekeh pelan karena omelan Naava.
"yaudah dirubah."
"apa?"
"teh manis hangat." Raut wajah Naava langsung berubah datar.
"menurut buku yang pernah gue baca. Sebaik-baiknya suami itu yang tidak menyusahkan istrinya."
Tunggu-tunggu. Ada kah buku seperti itu?
"memang judul bukunya apa?"
"buku dari Naava Maheswari." Jawab Naava ketus. Kemudian berlalu ke dapur. "gue bawain air putih aja. Gue mager!" teriaknya.
Dimas sudah tertawa tanpa suara di ruang tamu. Baginya Naava mengomel seperti itu saja lucu. Apalagi perhatian? Ahh sebaiknya ia tidak berharap sejauh itu. Menyemogakan Naava mau menerimanya saja sudah cukup bagi Dimas.
"Naava kamu teriak-teriak sama siapa?" Novi yang baru turun dari lantai dua menyadari kehadiran Dimas. "lho. Dimas ada disini?"
"iya, Tante." Dimas beranjak dari duduk dan mencium punggung tangan Novi.
Bersamaan dengan itu Naava keluar dari dapur. Membawa gelas yang sudah terisi teh sesuai pesanan Dimas.
Tuh kan. Cuek-cuek tapi sebenarnya perhatian.
🕊️🕊️🕊️
Naava menghampiri Vera yang terlihat sedang berbicara dengan Riko. Salah satu teman Oji. Tapi, saat ia sampai disana Riko sudah lebih dulu pergi.
"yah, Riko udah cabut." Desis Naava. Vera yang mendengar pun inisiatif bertanya.
"kenapa, Va?"
"gue ada perlu sama Riko. Ada yang harus gue omongin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan (S&M) END
Fiksi RemajaSaat luas nya kesabaran Samudra menerima keegoisan Maheswari yang menolak perjodohan mereka. Siapa yang akan menang, luasnya kesabaran Samudra atau tingginya keegoisan Maheswari? Aku mengajak kalian menjadi saksi, bagaimana kisah ini terjadi. Naava...