Sesuai janji Dimas kemarin Naava akan menemaninya untuk makan siang dikantor. Sekarang pun Naava sudah ada didalam ruangan Dimas.
"kamu duduk aja dulu, tunggu di sofa. Aku selesaikan pekerjaan aku dikit lagi. Lalu kita makan." Ucap Dimas sambil berjalan ke arah meja kerjanya.
Naava duduk di sofa empuk ruangan Dimas. Memperhatikan Dimas dari kejauhan. Lelaki dengan setelan kemeja dan celana bahan itu fokus pada layar ber-radiasi didepannya. Jas nya ia lepas dan diletakkan di sandaran kursi.
Lelaki itu tidak jelek. Bahkan wajahnya diatas KKM. Naava beralih pada ponselnya menuju pencarian di Google. Ia tertarik untuk mengetahui arti nama Dimas.
Tok tok.
"masuk." Sahut Dimas pada orang yang mengetuk pintu. Sinta. Sekretaris Dimas keluar dari ambang pintu. "Ada apa?"
"dokumen ini perlu bapak periksa." Ujarnya sembari menyodorkan berkas.
Dimas menerimanya. Membuka halam demi halaman, menemukan satu persatu kesalahan didalamnya. Sedari tadi Naava tidak terlalu memperhatikan bila ada Sinta disana.
Setelah Naava selesai dengan pencariannya. Ia hendak mengajak Dimas makan karena sadar perutnya sudah kelaparan. "Dim—" ucapannya menggantung di udara. Saat melihat Sinta yang terlalu dekat dengan Dimas dalam membahas kesalahan dalam laporan itu.
Entah kenapa Naava merasa tidak terima. Ia bangkit berdiri. "Khem." Dimas langsung menatap Naava. Sedangkan Sinta yang baru menyadari kelancangan posisinya langsung berdiri dengan tegak. "Gue haus."
"Sin, kamu suruh OB un—"
"gak perlu." Sela Naava sebelum Dimas selesai bicara. "gue mau ke kantin sendiri." Lalu berjalan pergi keluar dari ruangan Dimas.
Apakah naava cemburu? Bagaimana menurut kalian?
Sampainya Naava di dalam kantin dia langsung mengambil minuman. Saat hendak membayar sebuah tangan lebih dahulu memberikan uang pada kasir disana. Dia Dimas. Entah kenapa Naava merasa sebal. Bahkan untuk dekat-dekat dengan Dimas pun rasanya tak mau.
Ia berjalan menjauh dari Dimas. Mencoba membuka botol minumnya. Tapi, entah mengapa tutup botol ini sulit sekali di buka. Membuat Naava tambah merasa jengkel.
Dimas meraih botol minumnya. Membuka segel dengan sekali putaran lalu menyodorkannya kembali pada Naava. Gadis itu menerima botolnya dan kembali berjalan menghindari Dimas. Tapi... ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Membuat tubuhnya menegang seketika.
Harus nya Naava berontak. Harusnya ia marah. Harusnya ia menolak. Tapi tubuhnya tidak melakukannya. "kamu marah?"
"gak."
"kamu cemburu?"
"dalam kamus Naava Maheswari gaada kata 'cemburu sama Dimas.'" Dongkol Naava.
"terus kenapa pergi buru-buru?"
"ya karena haus lah." Naava mengedarkan pandangannya kesekelilingnya. Merasa diperhatikan. "lepasin ih, semua ngeliatin tuh."
"biarin. Kan mereka karyawan aku sendiri."
"lo gak malu apa kalau dibilang bos bucin?"
"jadi kamu khawatirin aku?"
Naava menyikut perut Dimas. Muak. "ngelunjak lo!" kemudian ia berjalan meninggalkan Dimas.
Dimas mengejar Naava. Memang kodratnya begitu kan? Cewek itu dikejar bukan mengejar. Didepan ruangan Dimas sudah ada Sinta yang menghentikannya untuk masuk.
"Nona, maafkan atas kelancangan saya tadi." ucap Sinta penuh penyesalan.
"gak apa-apa kok." Naava tersenyum. "saya permisi." Kemudian masuk ruangan Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan (S&M) END
Teen FictionSaat luas nya kesabaran Samudra menerima keegoisan Maheswari yang menolak perjodohan mereka. Siapa yang akan menang, luasnya kesabaran Samudra atau tingginya keegoisan Maheswari? Aku mengajak kalian menjadi saksi, bagaimana kisah ini terjadi. Naava...