S&M 7

233 21 8
                                    

Naava bersiap-siap dengan dirinya. Hanya tinggal menyemprot parfum dia akan selesai. Saat selesai dia turun ke lantai satu, disana Dimas sudah menunggunya. Kata Dimas, dia akan mengajak Naava ke kantornya.

Saat Naava turun, Dimas tertegun dengan penampilan gadis di hadapannya ini. Naava cantik, sangat cantik. Seperti namanya keindahan bidadari.

Gadis itu memakai dress berwarna merah muda sepanjang lutut, flat shoes berwarna hitam dengan pita merah muda sebagai hiasan, Sling bag hitam kecil yang di bawanya, juga rambutnya yang dia biarkan ter-urai. Juga jangan lupakan, kalau gadis ini terlihat ber make up sedikit.

Kheemm.

Deheman dari Rendra, ayah Naava menyadarkan Dimas dari lamunannya. Dimas merasa salah tingkah sendiri sekarang.

Dia menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal sambil tersenyum kikuk pada Rendra. "Maaf, om"

"Gapapa" jawabnya sambil menepuk pundak Dimas. "Sudah kalian berangkat"

Dimas mengangguk, lalu berpamitan pada Rendra. Begitu juga Naava.

Saat duduk di mobil Naava diam saja, sementara Dimas? Dia masih sangat mengagumi Naava.

Mobil Dimas melaju, membelah jalanan kota, menuju ke kantor tempatnya bekerja.

"Lo ngapain sih mau ngajak gue ke kantor lo?" Tanya Naava saat sudah memasuki area gedung kantor Dimas.

"Gapapa, biar tau aja."

Setelah sampai, Dimas berjalan memutari mobilnya hendak membukakan pintu untuk Naava. Tapi gadis itu sudah keluar terlebih dahulu.

Dimas memberikan lengannya agar di pegang Naava, tapi gadis itu diam saja. Akhirnya Dimas yang mengarahkan tangan Naava melingkar di lengannya.

Naava sempat terkejut, saat akan menarik tangannya Naava ingat posisinya sekarang. Setidaknya dia harus menghargai Dimas sebagai calon suaminya, meski Naava menolak itu.

🕊️🕊️🕊️

Setelah masuk, Naava langsung di suguhkan pemandangan semua karyawan Dimas yang sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri. Beberapa karyawan yang berpapasan dengan mereka menundukkan tubuh sopan, menyapa Dimas. Dibalas tak kalah ramah pula dengan Dimas.

Naava? Dia tau, dia harus menghargai para karyawan Dimas yang usianya lebih tua dari nya. Lagipula kan Naava hanya siswi kelas 3 SMA.

"Permisi pak, ini berkas yang tadi bapak minta kepada saya" ucap Aryo pada Dimas. Dia menganggukinya.

"Ya, kamu nanti berikan pada Siska"

"Baik pak" Aryo tersenyum ramah pada Dimas, lalu pada Naava.

Naava membalas dengan senyum ramahnya juga. Kemudian berjalan dengan Dimas menuju lift yang akan membawa mereka ke ruangan Dimas.

"Tunangan pak Dimas cantik." Puji Aryo sendiri "aahh kalau aja papa gue punya inisiatif kayak papanya pak Dimas, jodohin anaknya gitu. Mungkin gue juga udah punya gandengan sekarang"

Di lain sisi, Dimas dan Naava keluar dari lift. Berjalan beberapa meter sekretarisnya sudah menyambutnya.

"Selamat pagi, pak Dimas" sapa Siska.

Perjodohan (S&M) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang