Setelah mengantar Naava pulang Dimas duduk didepan pagar pembatas balkonnya. Pikiran dan hatinya bergelut didalam tubuhnya. Semua ini tengtang Naava. Gadis itu sepertinya harus ia lepaskan.
Dia mengingat ucapan Naava malam itu.
"nggak menjamin kan, Dim. Kalau pemaksaan pernikahan itu membawa bahagia?"
"kalau ternyata malah pernikahan itu mendatangkan kesengsaraan dan keterpaksaan. Dimana letak bahagianya?"
Bagaimana jika itu benar? Perjodohannya dengan Naava hanya akan membuat gadis itu sengsara karena menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak ia cintai. Itu bukanlah hal yang mudah.
Kalau itu benar terjadi. Keinginan Rendra agar anak semata wayangnya bahagia dalam pernikahan tidak akan terwujud. Bukan Naava yang bahagia. Tapi orang tuanya, orang tua Dimas, juga Dimas sendiri. Naava? Gadis malang itu dipaksa melakukan hal begitu besar untuk membuat orang lain bahagia.
Naava terlihat begitu bahagia denga Oji. Saat pertama Dimas bertatap muka dengan pemuda itu dia bisa tahu betul kalau Oji sangat mencintai Naava. Mungkin Oji bisa membuat bidadarinya bahagia daripada bersamanya.
Bukankah katanya bukti cinta sesungguhnya adalah saat kita membiarkan orang yang kita cintai bahagia meski bukan bersama kita.
Dimas mencintai Naava. Sangat mencintai Naava. Tapi bagaimana lagi? Gadis itu bahkan tidak pernah terlihat menaruh hati padanya.
Tidak ada senyum Naava yang terlihat benar-benar tulus untuknya. Ia bahkan tidak mendapat tempat dihatinya.
Dimas menekan sesuatu di ponselnya lalu menempelkannya ditelinga. Setelah tiga kali nada sambung berbunyi seseorang diseberang sana mengangkat panggilannya.
"....."
"Pa, kalau seandainya perjodohan ini Dimas batalkan apa yang akan terjadi?"
🕊️🕊️🕊️
Dimas ada perteumuan dengan salah satu Debiturnya. Pertemuannya ada di Mall yang Debiturnya miliki. Sekalian juga Dimas di ajak berkeliling untuk melihat kondisi perusahaan Debiturnya. Mulai dari barang apa saja yang dijual, merk apa saja yang ada, berapa konsumen yang keluar masuk, dari kalangan apa saja konsumen perusahannya.
Seorang Dimas Samudra yang notabennya adalah CEO muda di PT Samudra. Siapa yang tidak akan memandangnya. Lelaki tampan dan tinggi dengan balutan kemeja rapi, setelan jas dan celana bahan yang begitu pas ditubuhnya. Dasi yang terkalung rapi di lehernya. Jangan lupakan sepatu hitamnya yang mengkilap.
Pesona seorang Dimas Samudra tidak bisa disepelekan. Semua kaum hawa yang ia lewati hanya mampu menatapnya penuh kagum dan menahan teriakan histerisnya. Mereka mungkin bertanya-tanya siapakah gadis beruntung yang akan mendapatkan si tampan ini.
Kalian lihatkan bagaimana dahsyatnya pesona Dimas. Hanya Naava Maheswari yang berusaha menolak. Tapi diluar sana banyak yang ingin menggantikan posisi itu andai saja Dimas melepaskan Naava juga.
Tapi entahlah. Ia masih menimbang-nimbang keputusannya untuk membatalkan perjodohannya.
Mata Dimas terfokus pada satu titik. Kedalam sebuah restoran dengan dinding kaca, dimana orang yang ada didalam bisa dilihat dari luar. Restoran itu ramai pengunjung. Diujung sana ia melihat seseorang yang familiar baginya. Meski hanya bertemu sekali Dimas tidak akan salah orang.
"ada apa, Tuan. Apakah anda ingin masuk ke reotoran tersebut?" tanya Debiturnya.
"ehm. Tidak. Apakah pertemuan kita sudah selesai?"
"iya, Tuan. Setelah kami mengajak anda berkeliling pertemuan ini telah selesai."
Haruskah Dimas lakukan hal yang ada diotaknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan (S&M) END
Teen FictionSaat luas nya kesabaran Samudra menerima keegoisan Maheswari yang menolak perjodohan mereka. Siapa yang akan menang, luasnya kesabaran Samudra atau tingginya keegoisan Maheswari? Aku mengajak kalian menjadi saksi, bagaimana kisah ini terjadi. Naava...