S&M 15

242 22 2
                                    

Cahaya matahari pagi belum terlalu cerah menembus kamar nuansa biru muda itu. Gadis yang tidur disana justru sudah membuka mata dari tidurnya. Mata Naava masih mengerjap beberapa kali. Memastikan keberadaannya sekarang dan juga kejadian semalam.

Itu bukan mimpi. Itu nyata. Naava segera bangkit dari ranjangnya lalu menarik ujung spreinya agar kembali terlihat rapi. Kemudian ia beranjak memasuki kamar mandi untuk bersiap-siap pergi sekolah.

Setelah Naava keluar dan memakai seragamnya. Ia melihat pantulan dirinya dicermin. Untuk merapikan rambut. Memakai bedak juga lip cream tipis agar terlihat segar. Tidak ingin terlihat pucat hanya karena putus tadi malam. Saat melihat pantulan dirinya dicermin tanpa sengaja pula Naava melihat pantulan buket bunga mawar merah yang ia letakkan di ujung ruangan.

Entah kenapa kilasan balik tentang laki-laki itu kembali bermunculan dalam ingatannya. Rasa sesak kembali terasa didadanya. Naava memukuli dadanya berharap rasa sakit itu menghilang.

Ia beralih mengambil paper bag besar. Memasukkan buket bunga itu kedalam serta beberapa barang yang ia tidak inginkan meski hanya untuk melihatnya.

Naava keluar dari kamarnya dan turun ke lantai satu. Keadaan rumahnya masih sangat sepi. Tidak ada orang satupun. Papanya mungkin masih tidur, Mamanya mungkin belum pulang dari pasar. Kebiasaan Mamanya memang lebih suka ke pasar sendiri daripada belanja di tukang sayur keliling.

Naava keluar dari rumahnya berjalan ke halte untuk mencari angkutan umum. Entah itu buss atau angkot. Yang penting bisa membawanya ke sekolah. Saat berjalan Naava melihat tukang kebun tetangganya sedang membakar sampah ditempat pembakaran. Ia menatap lama api yang berkobar disana. Tangannya meremas kuat tali paper bag yang ia genggam. Tanpa ba-bi-bu lagi Naava melempar paperbag beserta isinya kedalam kobaran api didepannya.

Sudah sepantasnya semua itu dibuang, bahkan dibakar. Tidak ada lagi alasan untuk menyimpan barang-barang itu.

🕊️🕊️🕊️

Naava sampai disekolah masih dalam keadaan sangat sepi. Dia beralih pergi ke kantin saja untuk sarapan. Tadi kan dia tidak sempat sarapan dirumah.

"Bu. Bubur ayam nya satu ya." Pesan Naava pada Bu Maysaroh.

"oh iya Neng. Neng Naava tumben pagi-pagi udah pesan makan." Sambut perepuan berbadan sedikit gemuk itu pada Naava.

"iya, Bu. Naava tadi belum sempat sarapan."

"iya, Neng datangnya kayaknya kepagian. Jadi gak sempat sarapan ya." Naava mengangguki ucapan Bu Maysaroh. "eh gapapa atuh, Neng. Ibu jadi dapat pelaris cantik pagi-pagi."

Naava tertawa renyah. "ah. Ibuk mah bisa aja."

"ini, Neng. Silahkan buburnya." Naava menerima mangkuk bubur ayamnya. Tidak lupa juga mengucapkan terima kasih dan memberikan sejumlah uang pada Bu Maysaroh.

Naava duduk disalah satu bangku kantin. Sendirian. Vera yang tidak sengaja menemukan Naava sudah makan pagi-pagi dikantin langsung menghampirinya.

Vera menepuk bahu Naava. Membuat gadis itu menoleh padanya. "lo tumben pagi-pagi udah nangkirng disini?" ucap Vera. Kemudian mengambil duduk disebelah Naava.

Naava mendengus. "emang lo gak bangga temen lo udah tobat gini?"

"lo berangkat sama calon kakak ipar atau sama Oji?" tanya Vera sambil membuka botol air mineral yang barusaja ia keluarkan. Tapi urung Vera minum karena Naava sudah lebih dulu merebutnya. "sialan!"

"pagi-pagi jangan sarapan sama ngomong kotor." Ucap Naava setelah meminum sedikit air Vera. Lalu dia kembalikan lagi pada pemiliknya. "mending kayak gue. Pagi-pagi makan bubur. Kan enak bin kenyang."

Perjodohan (S&M) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang