Latihan 3, puisi duet
*Jaipong dan Mauludan*
Oleh: Risma Alfatih dan AmengSayup terdengar irama maha karya anak bangsa
Yang sejak lama sudah tak asing lagi bagi tanah sunda
Lekuk tubuh sang penari gemulai indah di atas latar berlampu besar
Wajah yang ayu rupawan, gerak lincah dan menggoda begitulah raga sang penari jaipong
Ketukan kaki yang seirama dengan musik yang disebut degung, menambah pesona tersendiri bagi para penikmatanya
Ketuk tilu, wayang golek, pencak silat, seakan menjadi seni dalam sebuah pesan yang tak terlepas dari penguasa sang penari jaipong
Duhai sang penari... tebarlah senyum yang merekah indah, lebarkanla helaian selendang sutra yang terjuntai penuh gairah, dan buatlah dunia tergoda dengan seni dan budaya indonesiaSemilir angin meniup tradisi yang terbang dari tanah sunda menuju jawa tengah yang membawa kebaragaman budaya nya yang menawan di mata pertiwi, mauludan misalnya
Matahari mulai terbenam
Semua warga mulai mempersiapkan diri
Menyediakan buah-buahan dan anak bumi untuk mengaji bersama
Tanpa terkecuali orangtua merekaAyam mulai berkokok
Waktunya warga berkumpul di tempat suci bertemu yang lain
Merayakan hari itu dengan berdoa dan berbagi makanan
Masing-masing warga membawa makan
Dan kitab berwarna kuning untuk berdoa serta bersalawat bersamaHari itu adalah hari yang dinanti
Oleh seluruh isi bumi terutama umat islam
Ketika tiba saatnya semua khusyuk berdoa
Seperti seketika bumi sunyi tanpa penghuni
Acara berlangsung dari pagi hingga malam hariseperti menyatukan semua yang ada di bumi dan pelosok wilayah
Bahkan ada yang tidak saling mengenal namun tegur sapa
Saling bersatu untuk tujuan yang sama
Memohon dan saling mendoakanPurwakarta dan Bekasi, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu
Short Storydenting berbunyi di keheningan malam, awan ber iringan di langit pekat kelip cahaya menghiasinya.. angin berhembus.. menghempas dedaunan kering di sekeliling taman... kamu duduk di bangku tua itu... berselimut jaket tebal.. kotak cahaya itu menyina...