FOUR : THE DAY

829 50 10
                                    

Happy reading❤️
Tandai typo yaw.

Hari ini hari dimana Alena dan Dion berstatus suami istri, jika orang menikah pasti tidak jauh dari kata bahagia dan berkesan, tapi berbeda dengan Alena dan Dion.

"Alena kamu sudah siap nak?" Ucap Sekar

"Emm insyaallah Alena siap bu" Jawab Alena lemah.

"Jadi istri yang baik ya Al, nurut sama suami, anak ibu sekarang tinggal kamu. Seana udah bahagia di sana dan sekarang anak ibu yang bisa ibu harapkan hanya kamu nak, jangan kecewain ibu dan ayahmu ya Al" seketika air mata Sekar luruh begitu saja, tak terbayang sudah jika anak bungsunya ini akan menikah dengan Suami kakaknya sendiri.

"Iya bu, Alena ngga bakal kecewain ibu sama ayah, Al juga insyaallah bisa jadi istri yang baik buat Dion" Ucap Alena dengan suara bergetar, dan tak lama air matanya ikut luruh, dipeluknya Sekar membuat tangisan keduanya semakin pecah.

"Udah sayang, jangan nangis, anak ibu mau nikah kok malah nangis-nangis gini, udah yuk, Dion juga udah nungguin" dan tak selang lama ibu Dion menghampiri mereka, merekapun berjalan beriringan dengan Alena ditengah.

Kini tiba dimana Dion mengucapkan ijab kabul untuk kedua kalinya. Sebenarnya ia juga berat mengucapkan ijab kabul ini, karena ia juga masih mencintai Seana.

***

Resepsi mereka di adakan disebuah Ballroom hotel, dan tiba dimana para tamu-tamu bercengkrama dengan pengantin.

Alena melihat seorang wanita menghampiri Dion dengan langkah yang sengaja dibuat-buat, wanita itu hanya mengucapkan selamat pada Dion, dan hanya sesekali melirik Alena.

"Hai Dion, Happy wedding, ngga nyangka kalau kamu nikahnya sama Adik iparmu sendiri, padahal aku siap jadi istri kamu" Ucap wanita itu sambil menatap sinis Alena.

"Makasih ya cha udah dateng" Ucap Dion, ia pun tidak menggubris perkataan icha tadi.

"Yaudah aku kebawah dulu ya" Ucap icha lalu pergi tanpa mengucapkan kata selamat kepada Alena.

"Saya mau kebawah, ketemu sama klien-klien saya" Ucap Dion datar, dan hanya dibalas anggukan oleh Alena.

Alena hanya sendirian di atas pelaminan, dan tiba-tiba Dela berjalan cepat ke arah Alena, Alena benar-benar merindukan sahabatnya itu.

"Alena, Ya ampun. Happy wedding bebcuuu, semoga kamu bisa menjadi seorang istri yang baik buat suami kamu, dan yang penting kamu harus sabar sama jangan menyerah Al, kalo ada apa-apa, atau kamu masalah, aku bisa jadi pendengar yang baik buat kamu Al" Ucap Della untuk Alena.

"Makasih banyak Del, sahabat yang aku percaya cuma kamu, dan sekali lagi makasih udah nasehatin aku banyak-banyak" Ucap Alena seraya merengkuh tubuh sahabatnya itu.

***

Saat ini resepsi yang di adakan sudah selesai, para tamu sudah pulang, dan kini tinggal sanak saudara keluarga wicaksana dan wardoyo yang ada.

"Dion, Alena. Kalau kalian capek langsung ke kamar aja, ini juga udah hampir jam 12 malam" Ucap Kumala.

"Iya bu" Ucap Dion mendahului Alena yang susah berjalan dengan gaun yang panjang.

Alena hanya bisa bersabar menghadapi sifat Dion yang seperti itu, ini baru awal dimana ia menghadapi Dion yang seperti ini.

Sampailah dimana Alena dan Dion dikamar hotel mereka. Alena melihat Dion yang sudah masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Alena sedang kesusahan untuk menurunkan resleting gaun yang sangat membuatnya kerepotan ini. Hampir 15 menit Alena masih berkutat dengan Resleting gaunya. Dion pun yang baru ke luar dari kamar mandi dengan wajah segarnya itu tak sengaja melihat Alena yang sedang kerepotan dengan resleting gaunya itu, Dion tiba-tiba sudah dibelakang Alena.

"Hadap sana" Ujar Dion.

Alena kaget dengan perlakuan Dion. Ia hanya tersenyum kecut mendapat perlakuan Dion kepadanya.

"Terimakasih" Ucap Alena yang tak di gubris oleh Dion. Alenapun segera belalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Saat Alena keluar dari kamar mandi dengan menggunakan piyama pink dengan gambar kookie. Ia tidak melihat Dion sama sekali saat keluar dari kamar mandi.

Alena langsung merebahkan dirinya diatas tempat tidur, karena tubuh Alena sudah sangat lelah ia pun memutuskan untuk tidur terlebih dahulu.

***

Alena terbangun ketika jam menunjukkan jam 04:45, ia melihat Dion yang masih tidur dengan memunggungi dirinya, Alena hanya bisa menghela nafas berat, ia paham dengan sifat Dion yang seperti itu.

Alena langsung berjalan untuk mengambil air wudhu ke kamar mandi.
Tak lupa Alena membangunkan Dion.

"Em m-mas, bangun. Sholat subuh dulu" Ucap Alena lirih.

Dion pun terkejut dengan panggilan Alena untuk dirinya. Alena yang sekarang mencoba untuk membiasakan diri untuk memanggil Dion dengan sebutan 'mas' karena tidak selamanya ia memanggil Dion hanya dengan Namanya.

Dion pun langsung bangun dan beranjak dari tempat tidur lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Alena menyiapkan mukena dan sarung untuk Dion, yang sudah disediakan oleh pihak hotel.

Kini mereka sholat dengan Dion sebagai imam, sebenarnya Alena merasa canggung dengan Dion, tapi Dion juga sadar dengan posisinya sebagai suami yang harus mengimami Alena.

Setelah malaksanakan Sholat subuh, Alena langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai Alena mandi, disusul dengan Dion yang mandi setelah Alena keluar.

Pagi ini mereka akan pulang ke rumah Dion pukul 07:00. Saat ini Alena sedang beres-beres karena sebentar lagi mereka akan pulang, dan ia tidak sama sekali melihat Dion di dalam kamar hotel.

Saat Alena sudah selesai beres-beres, tiba-tiba ia melihat pintu kamar hotel terbuka, dimana Dion berjalan menuju ke arahnya.

"Koper saya mana?" Tanya Dion datar kepada Alena.

"I-ini mas" ucap Alena lirih sambil memberikan koper itu kepada Dion.

Dion pun mengambil kopernya itu dari tangan Alena, ia berlalu begitu saja dari hadapan Alena, tanpa menoleh sekalipun terhadap Alena.

***

Di dalam mobil hanya keheningan yang mengiringi mereka. Dion hanya menatap lurus fokus pada jalan, sementara seperti biasa Alena hanya menatap jendela dengan melihat keadaan luar jalan.

Tanpa disadari mereka sudah sampai di kediaman Dion dan Seana dulu. Seperti biasa, Dion berlalu begitu saja tanpa menghiraukan Alena yang kesusahan mengangkat kopernya.

Mereka sudah memasuki rumah kediaman Dion.

"Itu kamar kamu, dan ini kamar saya. Jangan masuk kamar saya jika tidak izin saya" ucap Dion dingin.

"Baiklah" jawab Alena.

Mereka sudah memasuki kamar masing-masing. Kini Alena sedang menata barang-barang Alena dari dalam kopernya itu. Setelah selesai dengan acara beres-beresnya. Alena merebahkan dirinya di atas ranjangnya. Sebenarnya ia masih sangat lelah, tanpa sadar Alena sudah terlelap.

Berbeda dengan Dion yang sedang melamun menatap langit-langit kamarnya.

'maafkan saya Alena, kamu masih saya anggap seperti adik saya sendiri, bagi saya posisi Seana tidak bisa ada yang menggantikan' batin Dion.

Tbc.

Jangan lupa votmen ya gais❤️

//27.10.2020//

Wife To My Brother-In-LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang