EIGHT : BERBEDA

866 53 0
                                    

Happy reading gaiss❤️
Baru banget bisa lanjutin.
Akhir akhir ini sibuk banget,huhu :(
Tandai typo yaw.

Pagi hari ini Alena sudah siap dengan setelan kemejanya. Saat ini ia tengah menyiapkan sarapan untuk Dion, sebenarnya ia masih sangat merasa bersalah kepada Dion, lalu ia memutuskan ke kemar Dion untuk menyuruhnya sarapan ke bawah.

Tok.. tok.. tok..

"M-mas.. sarapannya udah siap" ucap Alena sambil mengetuk pintu kamar Dion.

Dion pun keluar dari kamar dengan wajah yang segar dan setelan jasnya.

"Hemm. Baiklah, Ayo ke bawah" ucap Dion dengan senyum tipis, bahkan bisa di bilang sangat tipis.

Alena justru mematung dengan mulut menganga karena sikap Dion yang bisa di bilang agak hangat. Lalu Alena pun menyusul Dion ke bawah.

Kini di meja makan hanya dentingan alat makan yang menemani mereka.

"Emm mas, makanannya ngga ke asinan kan?" Tanya Alena memecah keheningan, yang hanya di balas gelengan kepala oleh Dion.

"Enak kok" Ucap Dion.

"Nanti kamu ke butik biar saya yang antar" Ucap Dion.

"Nggak usah, nanti aku bisa pakek mobil sendiri mas" Jawab Alena.

"Yaudah" Ucap Dion datar lalu berjalan ke menuju depan rumah.

'apa mas Dion marah ya? Nggak mungkin lah Alena jangan berharap banyak' batin Alena pada dirinya sendiri.

Lalu Alena melangkahkan kakinya menyusul Dion ke depan.

"M-mas dasi kamu kurang rapi, boleh aku rapi in dikit?" Tanya Alena namun tidak ada jawaban dari Dion. Lalu dengan segera mungkin ia merapikan dasi Dion.

Dion yang melihat Alena membenahi dasinya hanya diam saja, membiarkan Alena dengan wajah fokusnya. Dion terfokus dengan wajah Alena yang sebenarnya sangat cantik, dan bahkan benar-benar sempurna. Tanpa disadari Alena sudah selesai membenahi dasinya.

"Mas udah selesai" ucap Alena sambil menatap Dion.

Dion pun gelagapan lalu saat ia akan melangkahkan kakinya tiba-tiba Alena membuka suara.

"Mas" panggil Alena dengan tangan Dion yang sudah ia bawa ke dahinya.

"Hati-hati" ucap Alena dengan senyum yang sangat manis yang dibalas deheman oleh Dion.

***

Kini Dion sudah berada di ruangannya, tapi pikirannya jatuh dengan sikap manis Alena tadi pagi. Dion yang memikirkan itu pun lantas senyum-senyum sendiri, tanpa disadari Bima sudah masuk ke dalam ruangannya.

"Weh, pak bos kenapa nih senyum-senyum sendiri" Ucap Bima menghampiri meja Dion.

Dion yang sadar bahwa dirinya senyum-senyum sendiri pun lalu mengusap kasar wajahnya.

"Kenapa Di? Gara-gara Alena ya? Aaacieee benih-benih asmara nih" goda Bima kepada Dion.

"Lo mau apa ke sini?" Ucap Dion to the point.

"Yah pak bos gak asik." Balas Bima.

"Cepetan" Ucap Dion dengan dingin.

"Yaelah, nih ada berkas yang harus lo tanda tanganin dari devisi pemasaran" Ucap Bima.

"Taruh situ aja" Jawab Dion.

Berbeda dengan Alena sekarang, justru ia di sibukkan dengan banyaknya rancangan gaun dan meeting dengan beberapa klien sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa Dion menelfonya.

Wife To My Brother-In-LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang