Assalamualaikum
Selamat membaca
~lovestory~
"Siapa, gue gak denger?" ucap gio lagi
"Papa hiks" lirih Sinta lagi, masih enggan membuka matanya, ia hanya takut air mata itu kian menetes deras tanpa bisa dicegah
"Kenapa harus Lo tahan, dan kenapa gue seakan juga merasakan sakit" batin gio
"SIAPA SINTA, DAN KENAPA?" teriak gio. Memancing emosi Sinta.
"PAPA GIO, SEMUA NYA KARENA PAPA hiks," air mata Sinta luruh seketika "TUHAN JAHAT GIO, KENAPA DIA MEMBIARKAN KELUARGAKU HANCUR, KENAPA TUHAN HARUS HADIRKAN WANITA ITU DALAM KEHIDUPANku, sakit hiks, sesak, SETIDAKNYA SETELAH APA YANG TELAH TUHAN TAKDIR KAN, KENAPA TUHAN TIDAK MEMBIARKANKU LUPA INGATAN SAJA, apa salahku hiks, apa salah mama" teriak Sinta kencang, hingga akhirnya gadis itu kehilangan kekuatannya sendiri, duduk berlutut di tanah sembari terus menangis tersedu sedu
"cinta pertama seorang anak gadis, kini berubah menjadi kekecewaan untuku, hiks, papa gue jahat hiks gio, sakit"lirih nya lagi
Dari belakang gio datang menghampiri, meraih tubuh itu untuk ia dekap, memberikannya ketenangan, sungguh sesak rasanya,
"Please don't cry Sinta" lirih gio mengelus Surai rambut Sinta lembut
"hiks apa salah gue gio, kenapa papa ninggalin gue hiks, bahkan sudah lama luka ini ada hiks tapi kenapa gue masih belum lupa hiks. Kenapa sejahat ini gio, tidak membiarkan luka ini sembuh hiks, sakit" ucap Sinta sesenggukan, membalas pelukan gio dengan erat, melupakan sejenak siapa itu gio sebelumnya.
"Sttt tuhan pasti akan mengirimkan kebahagian buat kamu setelah ini, jangan nangis, aku gak suka" balas gio.
"tapi sakit hiks, papa gio hiks"
Gio semakin mengeratkan pelukanya, "aku tau, cup cup"
Tidak ada jawaban, selama setengah jam lamanya gio membiarkan Sinta menangis didalam pelukannya, Gadis itu terlalu rapuh, selama ini gio hanya melihat Sinta yang selalu tegar dan kuat tanpa tau luka yang Sinta simpan.
"Sinta"seru gio lembut
"Hm, ah sorry gue gak bermaksud peluk Lo" ucap Sinta melepaskan pelukannya sekaligus sedikit membuat jarak.
"Mau cari makan dulu gak?" tanya gio
Sinta menggeleng keras "anterin gue pulang aja" ucap nya.
Gio mengangguk menyetujui, membantu Sinta untuk bangun kemudian berjalan beriringan menuju motor membiarkan keheningan menyelimuti keduanya hingga sampai di depan rumah gadis itu.
Gio maju lebih dulu, menyembunyikan Sinta dibalik tubuh nya "mau ngapain Lo kesini malem malem?" tanya gio mulai waspada.Sinta memberontak "ada apa?" tanya nya, tidak mengerti kenapa argas sampai datang dirumah nya semalam ini, dan kenapa time nya sangat tepat saat ia sedang keluar bersama gio.
Argas mengernyit, "lo apain Sinta, dia nangis" tanya argas berang.
"bukan urusan Lo EH WOI" pekik gio kaget.
Argas menarik kerah baju gio dengan kasar, menatap mata sahabatnya tajam, membuat gio merinding begitupun Sinta "lo apain Sinta" tanyanya lagi, kali ini penuh penekanan disetiap kalimatnya.
"bukan karena gue itu elah, tanya aja noh kalau gak percaya" melirik Sinta meminta pertolongan.
"Pergi" usir argas melepas cengkraman nya
Gio melotot tidak terima setelah itu menggeleng keras, seketika saja argas kembali menatap tajam sahabatnya membuat gio nyengir "iya iya gue pergi,"
"Apa?" tanya Sinta setelah gio sudah benar benar pergi
"kenapa"
Sinta mendengus "kepo"
"jangan nangis, apapun masalah Lo gue yakin Lo bisa, Lo cewek kuat, jangan tetesin air mata Lo didepan orang lain kecuali gue, dan keluarga Lo. Percaya atau gak, gue pencemburu" ucap argas singkat, mengelus Surai rambut Sinta lembut, tersenyum hangat penuh ketulusan.
Sinta melongo, ada apa ini? Cowok didepan nya ini benar benar bersikap sangat manis dan hangat. "Bukan urusan Lo" saut Sinta cepat kemudian berlalu pergi dari hadapan argas.
Argas tidak peduli, ia melenggang begitu saja mengendarai motor nya meninggalkan rumah Sinta begitu saja menuju basecamp
"Gue pencemburu"
Sial, hanya karena satu ucapan dari argas sampai membuat Sinta uring uringan kamarnya, elusan di kepalanya dari argas tadi masih terasa efek, jantung nya berdetak cepat, sepertinya ia memang harus periksa ke dokter.
"Bodo amat, emang dia siapa, cih" gumam Sinta kesal, menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuhnya
******
Argas turun dari motornya bersamaan dengan gio. Kedua pria itu menatap satu sama lain dengan tajam. Berjalan beriringan menuju basecamp tanpa mengurangi rasa kesal di diri masing masing.
Gio duduk di sofa samping Haykal, begitupun dengan argas, pria itu sudah mendaratkan bokong nya disamping Alfin, menatap tajam gio seolah pria itu adalah mangsa yang memang harus ia basmi. Semua orang memandang mereka bergantian, penuh rasa penasaran yang menumpuk tanpa berani untuk ditanyakan.
"Ada apa" tanya Alfin.
Argas tidak bergeming, itu sudah biasa bagi Alfin, tapi gio? Tidak biasanya pria itu mendiamkannya seperti ini. "Ini lagi lomba adu tatap atau gimana sih" seru Haykal tidak mengenal situasi
Gio menoleh "diem atau gue gorok leher Lo" ucap nya
Haykal meringis "sok sok an mau gorok gue, sama kecoa aja takut" seru Haykal lagi terkekeh.
"Sok sok an ngatain orang, jemput cewek aja depan gang" saut Reno menanggapi
Haykal menoleh cepat "apa hubungannya kutil kuda"
"Gak ada, tapi di sambung sambungin aja" saut Reno
"Beli otak Sono, seperti nya Lo gak punya" jawab Haykal
Gio menggeram "masih gue lihatin ya kal, belum gue kawinin"
"BANGKE LO NGE GAY?" teriak Haykal berdiri.
"Lo tau konsekuensinya menjadi lawan gue" ucap argas mengalihkan topik, masih menatap gio dengan tajam
Gio mengangguk "tau,"
"Ada apaan sih anjir" tanya Alfin lagi geram
"Oke" ucap nya singkat lalu beranjak berdiri menuju ruangan pribadinya
"WOI GAK ADA YANG MAU JAWAB GUE" teriak Alfin.
"Sabar bos, kita cuma badut" saut Haykal
Alfin menatap nya nyalang, seketika Haykal menunduk diam, gio berdiri dari tempat nya, menepuk pundak Alfin dua kali.
"Sampai dia nentuin pilihanya, Lo sendiri gak berhak ngelarang gue gas" ucap gio menghentikan langkah argas.
"Dan Lo tau apa peraturan dalam hidup gue,"saut argas lagi kemudian pergi
Gio diam mematung, argas tidak mungkin mau kalah dari siapapun, bahkan walaupun itu adalah sahabat nya sendiri. Kekalahan? Big no bagi argas. Ia akan terus memperjuangkan apa yang ia inginkan. Jelas gio tau benar prinsip argas, karena mereka sudah berteman sejak lama, jauh sebelum ALESTOR terbentuk
"Gue saranin Lo ngalah" ucap Alfin setelah tau apa yang jadi permasalahan disini
Gio menggeleng "gue gak yakin bisa"
Haykal mendekat, mengelus pundak gio "gue tau ini berat, yaudah bunuh diri lebih baik kayak nya buat lo"ucap nya
Brukk,
Haykal meringis memegangi tangan nya seusai di tarik dan di dorong begitu saja oleh gio, membuat tawa semuanya lepas begitu saja
..................................................................................
Sekian.
Terimakasi
_lovestory_
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story
Teen Fictionbagaimana rasanya dicintai oleh dua anggota gengster sekaligus? dan, bagaimana rasanya harus bersaing dengan saudari tiri sendiri? KALAU KEPO MAMPIR DONG........