1

1.5K 116 14
                                    

Seorang gadis berjalan pelan di koridor sebuah sekolah. Langkahnya terhenti tepat di depan sebuah ruangan dengan tulisan 'ruang kepala sekolah'. Gadis itu mengetuk pintu dan masuk setelah mendengar suara dari dalam ruangan yang menyuruhnya untuk masuk.

"Kang Ara, ya?"

Tanya laki-laki paruh baya yang ada di ruangan itu. Perempuan yang dipanggil dengan Kang Ara itu mengangguk dan duduk di sofa yang ada disediakan di ruangan tersebut.

"Perkenalkan, saya kepala sekolah disini. Saya senang kamu mau bergabung untuk bersekolah disini."

Ara tersenyum. Kepala sekolah itu duduk di sofa tepat di hadapan Ara. Keduanya hanya dibatasi oleh sebuah meja kaca kecil.

"Saya yang terima kasih pak, karena bapak sudah mau menerima saya di kelas XI ini."

Kedua orang itu saling berbincang cukup lama. Bahkan mereka berbincang dengan santainya layaknya dua orang yang sudah lama tidak berjumpa. Tiba-tiba, sebuah suara ketukan pintu mengagetkan kedua orang itu. Obrolan asyik mereka pun terpaksa berhenti.

Sang kepala sekolah langsung bangkit dari posisi duduknya dan mempersilahkan orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam ruangannya.

"Oh? Jay? Bapak sudah menunggu kamu dari tadi."

Ara menoleh ke arah ambang pintu begitu mendengar sambutan yang cukup ramah dari laki-laki paruh baya berkepala botak itu.

Ara mendapati seorang laki-laki yang dipanggil dengan Jay masuk ke ruangan kepala sekolah sambil membawa beberapa berkas. Laki-laki itu tersenyum ke arah kepala sekolah.

"Maaf pak, tadi jalannya agak macet. Ini berkas tentang kinerja OSIS tahun lalu yang bapak minta."

Kepala sekolah itu tersenyum. Ia menerima berkas yang di berikan oleh laki-laki yang Ara tahu bernama Jay.

"Ah iya, Ara kamu saya tempatkan di kelas XI MIPA 4 ya."

Ara bangkit dari duduknya begitu sang kepala sekolah memecah lamunannya yang sedang asyik menatap Jay.

"Baik pak, terima kasih."

Ara membungkukkan tubuhnya dan berniat pergi dari ruang kepala sekolah, namun langkahnya berhenti setelah mendengar pertanyaan dari sang kepala sekolah yang membuatnya berpikir sejenak.

"Kamu tau XI MIPA 4 di mana?"

Ara berbalik dan menatap sang kepala sekolah sambil menggelengkan kepalanya pelan. Ia tersenyum malu setelahnya. Rasanya sangat kikuk saat kebodohannya ikut menjadi pusat perhatian Jay. Kepala sekolah itu terkekeh.

"Jay, kamu tolong antarkan Ara ke kelasnya ya? XI MIPA 4."

Jay langsung menganggukkan kepalanya atas perintah sang kepala sekolah. Ia langsung menarik tangan Ara keluar dan berhenti tepat di ruang kepala sekolah.

Jay mengulurkan tangannya sambil menatap dingin ke arah Ara yang masih setia menunduk.

"Park Jong Seong, biasa dipanggil Jay. XI MIPA 3."

Ara meraih tangan Jay.

"Kang Ara."

Jay berdecak kesal. Laki-laki itu terlihat menahan perasaan kesalnya dengan rahang yang terlihat menegas.

"Kalo lagi diajak ngomong sama orang tuh, jangan nunduk. Lo ngerti sopan santun gak sih? Apa orang tua lo gak pernah ngajarin lo yang namanya sopan santun?"

Ara terdiam mendengar sarkasme Jay pada dirinya. Kenapa sikap Jay berbeda sekali? Saat di depan kepala sekolah ia terlihat begitu ramah. Tapi kenapa sekarang ia terlihat sangat membenci Ara? Bahkan Jay terdengar begitu kasar.

Before The Happy Ending || Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang