Jangan lupa vote, comment ya 🥰
Nafas Ara tertahan setelah mendengar perkataan terakhir dari Hwa Min.
"Ka-kamu jangan bercanda, deh. Kalo kamu memang ngelakuin ini buat ngerusak-"
Hwa Min menepuk pelan pundak Ara. Ia menyerahkan ponsel nya kepada Ara. Mata Ara dapat melihat jelas foto seorang perempuan yang ia yakini sebagai Yoon Areum alias Areum. Wajah Ara dan Areum begitu mirip. Bagaimana Ara tidak menyadarinya? Bahkan, sekarang Ara merasa sedang menatap cerminan dirinya.
Padahal di rumah abu tadi ada foto Areum yang terpampang dengan jelas. Foto gadis kecil yang sedang Jay rangkul pun sangat mirip dengan Ara.
Ara mengembalikan ponsel Hwa Min dan membuang wajahnya ke arah samping. Sesekali ia mendongak, menahan buliran cairan bening yang siap turun kapan saja. Hwa Min bangkit dari duduknya.
"Gue balik dulu. Kalo elo mau tau cerita lengkapnya lo bisa tanya gue atau Sunghoon. Bahkan jika lo berminat lo bisa langsung tanya Jay buat ngebuktiin bahwa apa yang gue bilang bener apa adanya. Tapi gue gak yakin, dua cowok brengsek itu siap jelasin semuanya sama lo."
Hwa Min menyerahkan secarik kertas berisi nomor teleponnya kepada Ara. Hwa Min pergi meninggalkan Ara dengan buliran air mata yang masih tertahan di pelupuk matanya. Tepat saat punggung Hwa Min menghilang, air mata yang sejak tadi Ara tahan langsung turun tanpa permisi. Menyisakan sebuah tanda tanya besar di kepala Ara.
Siapa yang harus Ara mintai penjelasan sekarang?
🌠🌠🌠
"Ra? Gak mau makan dulu?"
Suara seorang perempuan membuyarkan lamunan kosong Ara. Ara bangkit dari posisi tidurnya dan duduk di atas tempat tidur. Kedua matanya menatap wanita paruh baya yang sangat ia sayangi.
"Ara gak laper."
"Kamu kenapa di kamar terus, sih? Lagi ada masalah?"
"Eomma, ini udah ke-27 kalinya eomma nanya."
"Ya tapi eomma khawatir sama kamu, Ra. Liburan gini kan biasanya appa sama eomma yang ke Seoul. Sekarang malah kamu yang ke Namyangju. Ada apa sih?"
Ara tersenyum tipis.
"Gak ada apa-apa kok."
Eomma Ara hanya menghela nafas melihat kelakuan aneh putri tunggalnya.
"Ada yang mau eomma omongin sama kamu, Ra."
"Apa itu, eomma?"
"Eomma mau jodoh in kamu sama rekan kerja eomma selama eomma kerja di Namyangju. Kamu pikir in aja dulu. Eomma pergi dulu sama appa ya. Jangan lupa makan."
Eomma Ara mengelus pelan kepala Ara dan mengecupnya singkat. Setelah eomma nya keluar, Ara kembali ke posisi semulanya. Merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menatap kosong ke arah jendela kamar yang ditembus jingganya cahaya senja.
Belum selesai memikirkan masalah tentang Jay, eomma nya malah ingin melakukan perjodohan.
Setelah bertemu dengan Hwa Min, Ara langsung memutuskan pergi ke Namyangju untuk menjernihkan pikirannya. Untung sekolahnya sedang libur setelah adanya ujian semester.
Sudah selama 2 minggu Ara di Namyangju. Tak ada seorang pun yang Ara beri tahu kecuali Eun Jung. Ara sendiri mematikan ponsel nya sejak keputusannya untuk pergi ke Namyangju. Ia juga sudah berpesan kepada Eun Jung untuk merahasiakan kepergiannya dari siapa pun.
Eun Jung sendiri awalnya bingung dengan sikap Ara. Tapi apa boleh buat. Saat itu Ara sedang terlihat tidak bisa diajak bicara. Jadi Eun Jung hanya mengiyakan permintaan Ara tanpa banyak bertanya.
Ia yakin, jika Ara sudah siap Ara pasti akan menceritakan semuanya. Ara sudah tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan hubungannya dengan Jay. Terlalu banyak teka-teki yang sebenarnya ingin Ara tahu.
Tapi Ara terlalu takut. Takut jika semua teka-teki dan rasa curiganya yang sudah mulai terbukti semakin menghujam hatinya. Tidak. Ara tidak boleh seperti ini. Jika Jay memang bukanlah yang terbaik, Ara harus melepaskannya.
Ara tidak ingin terus merasakan sakit seperti ini. Ara bangkit dari posisi tidurnya dan mengambil ponsel yang ia simpan di laci nakas kamarnya. Ia menghidupkan ponsel nya.
999+ messages from Jay 💙🦅
45 missed calls from Jay 💙🦅
7 missed calls from Sunghoon
4 missed calls from My Bestie 💫
and others
Gadis itu menghela nafas saat melihat notifikasi yang masuk ke ponsel nya. Tapi hati Ara tak akan goyah kali ini. Ara memilih untuk mengabaikan semua notifikasi itu.
Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia menekan nomor tujuannya dari sebuah kertas dan meletakkan ponsel nya di telinga.
Setelah beberapa lama mendengar nada sambung, seseorang mengangkat telepon Ara.
"Halo?"
"Ha-halo ini aku. Hm, bisa ketemu dalam waktu dekat?"
"Lo yakin? Lo siap denger semuanya dari gue? Lo percaya sama gue?"
"Ya, aku percaya sepenuhnya sama kamu dan aku terima apapun resikonya."
Ara menjauhkan ponsel nya tepat setelah Hwa Min memutuskan sambungan secara sepihak. Rasa ragu mulai menghinggapi Ara lagi.
Apa langkah yang ia ambil salah? Apa ia terlalu ingin tahu tentang masa lalu Jay? Apa Ara terlalu ikut campur? Apa Ara terlalu berpikiran buruk?
Ara mengacak rambutnya frustasi. Ia mengusap wajahnya kasar. Gadis itu sudah menyerahkan semua kepercayaannya pada Hwa Min. Seharusnya ia sudah mengambil langkah yang benar. Tidak perlu ragu, bukan?
Ara turun dari tempat tidurnya. Ia pergi ke dapur untuk mengambil segelas air karena merasa tenggorokannya sangat kering. Setelah itu, ia memilih untuk menenangkan dirinya di halaman belakang rumahnya sambil menelepon Eun Jung.
Lain dari Ara, Jay sendiri sedang kelabakan sekarang. Ara pergi meninggalkannya. Entah kapan pastinya, tapi Jay merasa Ara menghilang tepat di hari di mana Jay berkunjung ke rumah abu untuk mengunjungi Areum.
Setelah itu, Jay tidak bisa menghubungi Ara. Entah di mana gadis itu sekarang. Jay sudah mengerahkan semua tenaganya untuk mencari Ara tapi nihil.
"Argh!"
Jay mengerang frustasi dan melempar botol anggur yang ada di tangannya. Botol anggur itu langsung pecah karena menghantam dinding. Pecahan kaca berserakan dimana-mana. Tak lama, seorang wanita paruh baya memasuki kamar Jay.
"Park Jong Seong! Apa-apaan kamu?! Di bawah itu ada rekan bisnis appa kamu! Mana sopan santun kamu?!"
Jay berdecih menatap wanita paruh baya yang ada di ambang pintu kamarnya yang terbuka. Tangannya yang sejak tadi mengepal, malah semakin mengepal lebih kuat.
"Keluar."
Jay masih berusaha menahan emosinya di depan eomma nya. Jujur, sebenarnya hubungan Jay dengan kedua orang tuanya tidak terlalu baik. Jay sering ditinggalkan karena eomma dan appa nya selalu sibuk dengan pekerjaan.
"Apa? Mana sopan santunmu? Kamu mengusir eomma?! Anak tidak tau diri!"
"Aku bilang keluar!"
Seru Jay. Ia tidak bisa menahan lagi sekarang. Selama ini, hanya Ara yang menemaninya. Dan sekarang, Ara sudah pergi meninggalkannya.
"Park Jong Seong!-"
"Keluar! Tinggalkan aku sendiri! Urus saja anak-anakmu yang berwujud kertas dokumen itu. Aku tidak butuh kalian berdua!"
Jay mendorong eomma nya untuk menjauh dan menutup pintu dengan kasar. Ia semakin frustasi sekarang. Rasanya, dalam hitungan detik, ia bisa menjadi gila.
🌠🌠🌠
Hope you like it guys 💙🥺🦅
![](https://img.wattpad.com/cover/246308091-288-k306977.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Before The Happy Ending || Jay Enhypen
Fanfic[Sudah Revisi] [Completed] Kisahnya sempat terhenti karena separuh jiwanya hilang. Namun sekarang, kisah cinta itu kembali berjalan seperti semula. Menuntut sebuah akhir atas kisah cinta yang terlalu klise bagi sebagian orang. ••• Kang Ara yang akra...