52. Mere

287 50 3
                                    

DUAR

Lagi-lagi panci di apartmen Prancis Alice meledak, mengotori dapur dengan warna hitam.

Mau bikin apa sih?

Niatnya kentang goreng, tapi sama dia di goreng di panci, minyak penuh, dan pas lagi blubuk-blubuk dia malah masukin air.

Yaudalah si Clement harus telepon tukang bersih dan bangun dapur baru segera.

Kehidupan pernikahan Clement Alice cukup jauh dari kata normal.

Daripada nikah, rasanya lebih ke arah ngurus anak kecil. Anak kecil badung.

Pas Alice ngepel, apartmen banjir. Clement nyaris geger otak gara-gara kepleset air.

Kalo nyapu, nyapunya mundur, terus dibuang sampahnya ke bawah kompor.

Dan sekarang Alice coba masak setelah kesekian kalinya. Dan semua kalo ga meledak, gosong, berlendir.

Padahal dia liat resep di internet tapi hasilnya selalu gitu.

Untung si Clement udah tajir jadi dia ga gitu masalah. Yahh walaupun dia harus menghela nafas dan telen sedih kalo liat dapur item-item atau penuh minyak.

Clement segera mengeluarkan handphone dan menelpon tukang bersih-bersih, "Bonjour...tolong ya hari ini lagi..."

Wanita itu keluar dari dapur sambil terkekeh, "Meledak lagi", senyumnya penuh bekas gosong.

Pasrah lah Clement.

tok tok tok

"TING TONG!", jerit suara dari luar. Disusul teguran, "Ada bel ini nih!",

Ting Tong

Clement pun segera membuka pintu apartmennya. Ia langsung bertemu pandang dengan mertua dan ayah angkatnya.

"Oh, monsieur, pere! Silahkan masuk", ucap Clement mundur dan mempersilahkan mereka masuk. Zac dan Abqari melangkah masuk dan melepas sepatu mereka.

Clement segera memeluk Abqari, tapi giliran mau meluk si Zac, dia ngeluarin cincin beracunnya.

Thats a big no

"Clementtt itu siapa???", tanya Alice dari dapur. Saat ia mencuatkan kepalanya dari dapur, ia langsung tersenyum lebar.

"AAAAAAAAA!!!", jeritnya melengking bikin Zac ama Abqari tutup kuping.

"Dia memang ga tau malu ya", komentar Abqari.

Alice keluar dapur dan langsung memeluk kedua sosok ayahnya.

"Uwaaaa kalian ngapain ke Pranciss???", Alice melepas pelukan dan menatap keduanya dengan riang.

"Sebelom kita jawab itu~Kamu kasih tau kenapa kamu penuh...item-item gini?", senyum Zac menunjuk mata, pipi, lengan, dan paha anaknya. Alice menunduk dan melihat bekasnya.

Sambil mengibas debu itu dari badannya, ia terkekeh,"Masak"

"Ah....thats explain a lot", mata Abqari sedikit membulat, pantesan daritadi kaya ada bau gosong gitu.

"Kita kesini buat mampir, besok kita mau lanjut perjalanan ke Amerika", jawab Zac ke pertanyaan tadi.

"Ngapain?", tanya Alice menarik sesuatu dari rambutnya, arang kentang.

"Las Vegas, biasa~kaya gatau Abqari aja", ledek Zac.
"Gue ngajaknya ke Kamboja ya bukan ke Las Vegas", tukas Abqari jutek memukul lengan temannya.

Akhirnya mereka dipersilahkan duduk di sofa. Merekanya salfok sama dapur.

Kok item-item...

"Lice...kok dapur...", tanya Abqari nunjuk ke arah dapur di ujung apartment. Dapurnya memang ada di dalam ruangan namun hitamnya terlihat cukup jelas dari pintu dan sekat untuk meletakan makanan.

WE ARE TWINS : ACE & ALICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang