Ini kisahnya yang belum berakhir. Ia yang selama ini tersembunyi dari keramaian namun selalu dipermainkan kehidupan. Ia yang akhirnya menemukan arti keluarga dan kehangatan.
Namun sepertinya waktu sedang ingin bercanda dengan alur hidupnya yang dik...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sa sarankan, habis baca part ini jangan lihat foto diatas lagi. (^_^)/~~ hehe..
. .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku akan membawamu sedikit jauh. Akan aku bawa kau ke masa dimana tubuh mungil itu mendekam ketakutan dibalik gudang jerami.
Menghindari ayahnya yang tengah membawa lecut sabut.
Tubuh mungil yang bahkan belum genap lima tahun itu menekuk lutut hingga ia tersembunyi dipojokan gudang.
"Injun-ah~ Appa nggak suka main petak umpet sayang.. "
Tangan mungilnya beralih menutup telinga. Demi apapun ia takut. Takut jika sewaktu-waktu ayahnya bisa menemukan dirinya dan menyakitinya lagi.
Kesalahan kecil yang Renjun buat.
Ia mengambil selembar uang di kotak yang Bundanya siapkan khusus untuk Yesung. Renjun tak punya maksud untuk mencuri. Ia butuh, ia juga ingin membeli mainan yang sama dengan teman sebayanya.
Uang yang ia ambil tak cukup dan akhirnya ia berikan kembali pada Halmoni.
Tapi mungkin Neneknya lupa mengembalikan uang tersebut ke tempat asalnya, alhasil Yesung marah besar padanya dan membawa lecut besar yang menyeramkan.
"Bun-da.. Hiks, Bun-da.. "
Renjun menahan isakannya sekuat tenaga. Ia lebih suka bermain petak umpet dengan Bundanya dibanding dengan Yesung. Di pikirannya, pria itu menakutkan.
Ia tak suka jika Yesung berkunjung. Dan Renjun lupa hari ini jatah pria itu mengambil uang yang sudah Bundanya siapkan.
Suara langkah kaki mendekat, Renjun kecil semakin menutup mulutnya. Takut isakannya keluar.
"Injun-ah.. Appa nggak suka ah main di gudang.. " suara Yesung menggema di gudang kosong tempat penyimpanan jerami.
Renjun berdoa sna berharap semoga bundanya cepat pulang. Semoga bundanya tau ia di gudang.
Ia hanya ingin Bunda.
Ya, sosok yang menjadi pelindung satu-satunya.
"Oh.. Appa bisa lihat rambutmu Nak.. Kalau dicabut mungkin bisa dijual? Kan bisa ganti uang yang kamu curi.. "