Chapter 10

148 30 21
                                    

Semua murid bergerombolan keluar dari kelas. Sementara Nadine dan Daniel hanya berdiam diri disana. Nadine kembali duduk dibangku belakang bersama Daniel.

"Nad, kita break dulu aja!" ujar Daniel saat Nadine merapikan tasnya.

"maksud kamu?" tanya Nadine dengan rasa heran dan ketakutan.

Namun Daniel terdiam tak menjawab.

"kamu tau kan, seharusnya aku yang ngambek sama kamu. Bukan kamu!" ujar Nadine mencari kesalahan Daniel.

"Nad, kenapa sih kamu jadi keras kepala gini?" tanya Daniel yang mulai emosi.

"heh! kamu yang duluan! Aku kan udah bilang jangan ikut campur soal cewek itu! Tapi kamu ngotot, kepo, pengen tau dia siapa." ujar Nadine tak kalah sewot.

"wajar kalau aku kepo, karena kamu umpetin. Wajar kalau aku ikut campur, karena kamu itu pacar aku Nadine!" ujar Daniel kesal.

Nadine mengerutkan dahinya, dan berkata "baru pacar kan? Ya udah kalau mau break. Break aja! Sekalian putus juga gak papa!" santainya.

Daniel menggelengkan kepalanya, tak mengerti mengapa Nadine bisa menjadi seperti ini. Padahal dulu ia sangat manja terhadapnya. Sekarang malah kata-kata yang menyakitkan ia lontarkan begitu saja. Apa Nadine sudah lupa, bagaimana tahun-tahun sebelumnya ia lewati bersama Daniel.

Kini Daniel sudah sangat muak melihat sikap Nadine terhadapnya. Daniel pergi meninggalkan Nadine sendirian di kelas.

Sementara Nadine melihat kepergian Daniel. Pelahan air matanya menetes. Ia sungguh sangat menyesal karena telah melontarkan kata-kata yang begitu menyakitkan bagi Daniel dan dirinya. Ia fikir Daniel akan mengerti dan mempertahankannya, seperti dulu Daniel selalu mengalah kepada Nadine. Namun sepertinya Daniel sudah tidak tahan dengan ini semua.

Bagaimanapun Nadine tidak menyalahkan Daniel sepenuhnya. Ia mengerti jika dirinya ada di posisi Daniel, mungkin ia akan lebih emosi daripada itu.

Nadine dengan berat hati menerima kenyataan ini semua. Ia sudah tidak akan mengganggu Daniel. Karena sampai kapanpun Nadine tidak akan sanggup menceritakan kehidupan yang sesungguhnya kepada Daniel.

***

Agatha kembali ke rumah untuk melaporkan apa yang sudah ia ketahui kepada ibunya. Setelah ibunya mengetahui hal itu, Agatha memaksa sang ibu agar mengembalikan ia ke sekolah asalnya.

"gak bisa. Kamu gak boleh balik ke sekolah kamu yang dulu!" ujar Ana.

Ata menolak dengan keras, "mah, tugas Ata udah selesai. Ata mau balik ke sekolah dulu. Ata gak betah di sekolah yang sekarang."

Ana tersenyum sinis, "kamu pengen balik ke sekolah asal, karena ada Andra kan?"

Agatha terdiam, dalam hatinya memang betul apa yang di ucapkan sang ibu. Ata hanya ingin lebih banyak waktu lagi bersama Andra seperti dulu.

"asal kamu tau nak, Andra itu cowok gak baik." kata Ana.

Agatha marah kepada Ana. Dulu saja Ana merestui mereka, tapi kenapa sekarang malah sebaliknya?

"mamah kenapa ngomong kayak gitu sih? Apa salah Andra sampai mamah ngomong jelek tentang dia?"

Ana meraih ponselnya yang tergeletak dimeja tamu. Kemudian Ana menunjukkan foto Andra tengah merangkul wanita lain.

Agatha kaget sekaligus tak percaya. Bagaimana mungkin kekasihnya melakukan ini terhadapnya.

"mah ini pasti Indra, bukan Andra. Mamah mungkin salah lihat." ujar Ata mencoba meyakinkan ibu dan dirinya sendiri.

"sebaiknya kamu cari tahu sendiri!" ujar Ana

Nadine (COMPLETED) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang