Chapter 14

107 25 18
                                    

Toktoktok

Toktoktok

Terdengar ketukan dari pintu apartemen Nadine.

"BENTAR!!!" teriak Nadine.

"siapa sih? Pagi-pagi gini, mana weekend lagi, gue aja belum mandi." desisnya kesal karena merasa terganggu.

Dibukalah pintu itu oleh Nadine, dan ... Ternyata yang datang ialah ibunya.

"mau apa kesini? Kalau ada urusan, mending saya saja yang ke rumah." ujarnya.

Ana mencoba untuk menerobos masuk ke dalam ruangan itu, tanpa persetujuan Nadine. Namun, Nadine dengan sigap menghalanginya.

"ngobrol di tempat Ata aja!" ujar Nadine.

Ana tersenyum malas, "inget Nadine! Apartement kamu, bukan kamu yang bayar."

"memang bukan saya, tapi papa saya. Dan yang jelas, bukan anda juga." ujarnya.

"baiklah, tidak usah berlama-lama. Mamah hanya ingin menyampaikan selamat, karena kalian sudah putus."

"ckk... Huft.. Datang kesini cuma buat itu?"

"mamah mengundang keluarga Daniel untuk makan malam, dan kamu harus ikut! Tepat jam 7 malam di restoran favorite papa kamu." ujarnya.

"hah? Kalian mau dinner? Buat apa sih? Saya kan sudah bilang, berhenti mengurusi urusan saya!"

"ini bukan tentang kamu. Dan jika kamu ingin tau, kamu harus hadir! Kenakan gaun yang indah!" ujar Ana kemudian meninggalkan kediaman Nadine.

Nadine tertawa malas. Apa lagi yang akan Ana lakukan terhadapnya. Malas sekali jika ia harus mengikuti permainan kekanakan orang tuanya itu.

***

Tibalah waktunya.

Jam sudah menunjukkan pukul 18.30 dan Nadine masih belum memakai pakaiannya. Ia masih bingung, apakah ia harus hadir atau tidak.

Setelah berfikir panjang, ia mengacak-acak rambutnya. Dalam hati, masa bodo apa yang akan terjadi nanti. Yang terpenting, rasa penasarannya dapat terobati. Daripada nanti ia menyesal karena tidak mengetahui apa-apa.

Nadine kemudian mengenakan dressnya. Walaupun ia belum tahu, apakah ini akan menjadi hari baik atau buruk. Tapi setidaknya, ia harus menghormati kedua orang tua Daniel dengan berpakaian rapi.


Manis, cantik, feminine, dan natural. Itulah Nadine.

Kini, jam sudah menunjukkan pukul 18.50. Nadine harus segera menuju alamat yang sudah ibunya berikan lewat pesan.

***

Setelah sampai di resto itu. Waitress mengarahkan Nadine ke tempat duduknya. Sudah terkumpul semua disana. Mamah, papa, Ata, Daniel dan kedua orang tuanya.

"sudah sampai nak? Sini duduk!" ujar papa Nadine.

Meja itu bundar. Posisinya, Laura dekat Edward, disampingnya ada Daniel dekat Ata, lalu Ana dan Marcel.
Nadine seketika heran, mengapa Daniel duduk berdekatan dengan Ata. Sedangkan dirinya? Bersampingan di antata Laura dan papanya. Tapi sudahlah, lagian hubungan mereka sudah tidak baik seperti dulu lagi.

Daniel menatap datar wajah Nadine. Ia seperti menahan rindu, tapi ia juga masih kesal dan marah kepada Nadine.

"sayang, kok telat?" tanya Laura, mamahnya Daniel.

"tadi macet, mah." jawab Nadine.

"mah?" tanya Ana heran.

Ups, Nadine lupa kalau dia sudah putus dengan Daniel. Nadine sudah terbiasa memanggil orang tua Daniel dengan sebutan mama, papa.

"mmm ... Iya jeng, Nadine udah saya anggap sebagai anak sendiri." jawab Laura sambil tersenyum.

Mata Ata dan Ana bertemu disana. Keduanya tak menyangka, ternyata Nadine sudah sedekat itu dengan orang tua Daniel.

"permisi sebentar ya." ujar Ana sambil menarik lengan Ata.

"kenapa kamu gak bilang, kalau Nadine udah deket sama keluarga Daniel?" tanya Ana.

"lah mah, aku juga baru tau barusan. Mana ada Daniel atau Nadine cerita sama aku. Lagian kalau aku tau, aku pasti cerita kok sama mamah." jawab Ata.

"mmm ya udah, kita coba lanjutin aja rencana kita." ujar Ana.

Nadine (COMPLETED) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang