Chapter 28

177 12 14
                                    

"Nad!"

Nadine sudah tertidur pulas. Daniel mendekat duduk dilantai, dekat kasur. Ia memperhatikan wajah Nadine yang tenang. Ia merindukannya, rindu akan hubungannya yang baik-baik saja.

Tak lama kemudian Nadine terbangun. Matanya terbuka lebar, mendapat Daniel yang sedang menatapnya begitu dekat. Daniel tersenyum, "udah bangun?"

Nadine segera berdiri, menjauh dari kasurnya. "ngapain?" tanyanya duduk di meja rias, membelakangi Daniel.

"ini pertama kali aku masuk ke kamar kamu, rapi, gak kayak di apartemen, berantakan."

"masalahnya?" tanya Nadine jutek karena masih kesal.

Daniel diam tak menjawab. Ia menghela nafasnya pelan. "Nad! Aku gak ada hubungan apapun sama Abil!" ujar Daniel menjelaskan.

Tangan Nadine tak henti memainkan tutup pensil alisnya, posisinya masih sama. "kamu ada hubungan sama dia juga gak papa kan? Bukannya kita udah putus? Bagus dong ada yang gantiin aku!"

Daniel berdiri, ia sedikit mendekat kepada Nadine. "tapi kita udah deket, Nad! Mama papa juga sayang banget sama kamu!"

Nadine melempar pensil alisnya. Ia beranjak dari tempat duduk, kini mereka sudah saling menatap satu sama lain.

"pacaran itu, jangan cuma karena deket! Tapi harus ada perasaan antara si pria dan wanita! Kalau kamu ngerasa deket aja cukup, pacaran aja sama si Abil. Sama deketnya kan? Mama kamu juga sayang sama dia kan? Aku bisa kok memudarkan rasa sayang kamu! Bahkan keluarga kamu!"

"Nad! Serius! Aku harus gimana lagi biar kamu percaya? Abil yang nyosor deketin aku, bukan aku!"

"TAPI BUAT APA KAMU AJAK DIA KE KAMAR KAMU, HAH? BUAT APA?" lagi-lagi Nadine menangis. Ia benar-benar merasa cemburu terhadap gadis itu.

Daniel merasa bersalah karena membuat Nadine menangis. Tapi, itu juga bukan kesalahannya.

Daniel sudah tidak ada pilihan lain. Ia berlutut dihadapan Nadine, untuk merendahkan dirinya. Sementara Nadine terdiam, bukan itu yang dia mau.

"apa yang harus aku lakuin supaya kamu maafin aku? Kasih aku kesempatan Nad! Maafin kesalahanku yang memang sudah banyak menyiksa fisik dan batin kamu." ujar Daniel dengan tulus.

"jauhi dia! Aku gak mau lihat kamu sedikitpun dekat dengannya!" titah Nadine.

Daniel berdiri. Ia memeluk Nadine sambil berbisik, "aku janji! Aku bakal denger apapun yang kamu minta."

Setelah mendengar jawaban Daniel, Nadine membalas pelukannya. Ia sudah merasa lega sekarang.

***

"pa, ma! Daniel berniat untuk tunangan dulu sama Nadine. Apa papa sama mama setuju?" tanya Daniel saat menikmati makan malamnya bersama orang tua.

Laura dan Edward tersenyum.

"kamu udah baikan sama Nadine?" tanya Laura.

"udah mah."

"Nak, papa dukung kamu dalam hal apapun selama itu positif. Setelah kuliah, kamu menikah dengan Nadine, dan papa harap kamu mau menggantikan posisi papa di perusahaan!"

"papa gak usah khawatir, Daniel akan terus berusaha biar bisa kayak papa. "

"mama juga setuju, nak!" sambung Laura tersenyum.

"makasih ma, pa!"

Daniel tersenyum bahagia. Semoga dengan cara ini, kesalahpahaman diantara mereka tidak akan ada lagi. Daniel ingin membuat Nadine semakin lebih dekat. Ia ingin Nadine menjadi penyemangat dalam hidupnya, yang selalu ada kala suka maupun duka. Semoga, mereka akan tetap saling mencintai sampai maut memisahkan.

Nadine (COMPLETED) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang