Chapter 25

138 14 8
                                    

Bastian dan Ata masih duduk di kantin.

"denger-denger, Kanad ngira lo sebagai pacarnya, beneran?" tanya Ata yang diberi anggukan Bastian.

"mmm, gue mau minta tolong. Lo mau bantu gak?" tanya Ata cemas takut Bastian menolak.

"apaan? Kalau gue bisa, ya gue bantu." jawab Bastian.

Ata membisikan sesuatu ke telinga Bastian, dan Bastianpun meyetujuinya.

***

Pulang sekolah, Bastian membawa Nadine pergi. Daniel sempat melarangnya, namun Nadine bersikeras pergi. Mau bagaimana lagi? Daniel harus menyetujuinya, dari pada nanti Nadine ngambek.

Setelah sampai di tempat tujuan, Bastian membukakan pintu mobilnya untuk mempersilakan Nadine keluar.

"ini kan?" tebak Nadine.

"iya, ini rumah Agatha, adik kamu!"

"dih, apasih? Aku gak mau ketemu mereka!"

"kenapa? Kamu pura-pura amnesia?" tanya Daniel membuat Nadine terdiam ketakutan.

"dari awal, gue udah curiga sama lo, Nad! Gue sekarang udah tau jelas masalah lo. Ngapain sih lo ngelakuin ini, Nad? Orang tua lo khawatir sama lo, dan lo malah anggap ini lelucon?" Bastian selaku sahabat dan orang yang menyayangi Nadine, dia ingin sekali Nadine berhenti dengan segala dramanya.

Air mata Nadine menetes dan perlahan mengalir begitu saja. "gue mau Daniel sayang kayak dulu lagi! Lo sendiri tau kan dia sama adik gue sempet deket! Kalau gue gak kecelakaan waktu itu, mana mungkin Daniel mau deket sama gue lagi. Bahkan, dia udah berani main tangan waktu itu. Apa gue salah ngelakuin ini, HAH?"

Keadaan sudah semakin rumit, Bastian kesal karena Nadine selalu mengungkit Daniel. "apa di dunia ini cuma ada dia? Apa pernah lo lirik gue? Sedikitpun, Nad! Sedikitpun lo gak pernah lirik gue!"

Nadine mengerutkan keningnya, tak mengerti. "maksud lo?" tanyanya pelan.

Bastian tersenyum malas, "iya. Gue suka sama lo dari dulu. Gue deketin lo bareng Daniel. Tapi yang ada lo malah nempel sama dia. Yang ada di otak lo itu cuma DANIEL, DANIEL, DANIEL!"

"so--sorry Bas! Gue bener-bener gak peka sama lo. Hiks.."

Bastian memang kesal dan sedikit kecewa terhadap Nadine, tapi ia tidak ingin menyakitinya, apalagi membuatnya menangis. Bastian menarik tubuh Nadine menjadi lebih dekat. Pria itu memeluknya, dan Nadine membalas pelukannya.
"lo gak salah! Gue akan selamanya sayang lo, Nadine. Tapi kali ini, gue milih lo buat jadi sahabat gue. Gue berhenti kejar lo. Dan gue bakal ngedukung hubungan lo sama Daniel." ujarnya kemudian melepaskan pelukan itu.

Keduanya kembali menaiki mobil untuk pergi ke rumah Daniel. Di dalam kendaraan itu, mereka sempat mengobrol.

"hmm.. Btw kenapa lo bawa gue ke sini?"

Bastian tersenyum, "Adik lo nyuruh gue!"

"punya rencana apa dia? Busuk lagi?" tebak Nadine.

"lo jangan gitu lah. Ibu sama adek lo udah taubat kok! Ata pengen lo lihat kamar alm. kak Rian dan barang-barang yang ada disana. Siapa tau lo inget katanya. Secara, lo kan paling deket sama dia." jelas Bastian.

"oh! kirain gue, Ata yang punya ide biar gue ngaku."

"haha.. Gak kok, dia gak tau lo pura-pura... Eh, tapi lo harus ngaku ya sekarang kalau lo gak amnesia!"

"iya, iya, bawel!"

Bastian tersenyum lega mendengar Nadine menyetujui keinginannya.

Nadine (COMPLETED) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang