Chapter 22

146 22 32
                                    

"mama, papa!" sapa Nadine berlari ke arah Laura dan Edward yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

"eh, sayang!" jawab Laura memeluk Nadine.

"pah!" sapa Daniel memberi kode kepada papanya agar menghampirinya.

Edward bertanya, "apa Nadine masih menganggap papa orang tua kandungnya?"

Daniel menganggukan kepalanya, "untuk sementara, om Marcel menitipkan Nadine terhadap kita. Papa sama mama, gak papa kan?"

"jelas papa sama mama seneng banget. Dari dulu kan, mama kamu pengen punya anak cewek. Tapi papa kasian juga sama Marcel." ujarnya.

"bagaimana lagi pa? Nadine memang kurang dekat dengan keluarganya, sampe foto keluarga aja gak ada." kata Daniel.

"mudah-mudahan Nadine segera mengingat kembali ingatannya." ujar Edward dengan iba melihat gadis itu.

***

"kak ini emang sekolah kita ya? Gede banget." tanya Nadine saat turun dari mobil, di parkiran sekolah.

Daniel mengangguk, "tuh tempat favorite kita." tunjuknya ke arah atas (rooftop).

"NAD!" teriak Bastian dari kejauhan berlari ke arah mereka.

Nadine menoleh ke sumber suara, "siapa dia kak?" tanyanya.

"dia sahabat aku." jawab Daniel.

Begitu sampai dihadapan mereka, Bastian langsung memeluk Nadine. Mata Nadine terbuka lebar-lebar, ia pikir apa pria ini kekasihnya?

"kamu pacar aku?" tanya Nadine ke Bastian.

Mulut Daniel menganga, apa ini? Mengapa Nadine menebak-nebak Bastian adalah kekasihnya?

Bastian melepaskan pelukannya, ia melihat ke arah Daniel. Danielpun menariknya menjauh dari Nadine.

"Nadine amnesia. Lo jangan ambil kesempatan dalam kesempitan! Awas lo!" ujar Daniel kepada Bastian.

Bastian tersenyum, "serius lo? Wah, bisa dong gue deketin Nadine dari awal lagi. Hahaha..." Bastian tertawa merasa puas.

Daniel mengetuk kepala sahabatnya itu, "gue bilang, jangan macem-macem!"

Bastian mengangkat satu sudut bibirnya, "tergantung lah ya."

"isshh, Bas!" kesal Daniel.

"sayang, ayo! Anter aku ke kelas!" titah Nadine kepada Bastian.

Daniel semakin kesal, ingin rasanya ia membunuh sahabatnya itu. Sedangkan Bastian? Jelas tersenyum, bahkan dalam hati ia tertawa puas sekali.

"

Dikelas, Nadine jadi akrab dengan teman-temannya. Ia bahkan yang berinisiatif menyapa teman sekelasnya duluan. Daniel yang baru masuk kelaspun heran, ia menggaruk kepalanya yang jelas tidak gatal. Nadine berkumpul dengan kawan yang lainnya, mereka tertawa, bahkan tawanya itu sangat kencang.

Daniel menghampiri kerumunan itu, " sini!" ditariklah lengan Nadine olehnya. Semua mata tertuju pada pria itu.

"kamu ngapain Nadine?" tanyanya.

"loh, kak ya aku ngobrol lah sama temen-temen. Emangnya gak boleh?"

"tapi dulu kamu gak kaya gini." bisiknya tepat ditelinga Nadine.

"eh Niel, kenapa Nadine panggil lo kakak? Terus kenapa si Bastian yang tadi nganter Nadine ke kelas?" tanya teman sekelasnya, Natalia.

"Nadine amnesia." jawab Daniel.

"HAH?" serentak semuanya kaget mendengar ucapan Daniel.

"pantesan aneh, hehe .." ujar seorang temannya, Alina, yang berfikir pantas saja Nadine mau bergaul dengan mereka.

"ada bagusnya Nadine jadi mau gaul. Lo semua baik-baikin Nadine!" titah Daniel.

"iyalah, pasti!"

"siap!"

"oke, oke!" jawab teman-temannya.

Nadine hanya diam dan tersenyum melihat mereka berbicara. Ia kemudian membawa tasnya, menghampiri Daniel yang sudah duduk di bangku belakang.

Daniel mengangkat alisnya, "ngapain?"

"sebangku sama kakak!" ujar Nadine memeluk Daniel.

Daniel membeku. Ia terharu, sudah lama ia tidak dipeluk oleh gadis itu. Ia sudah sangat merindukannya, dan kini, gadis itu yang berinisiatif memeluknya, meskipun Nadine hanya menganggapnya sebagai seorang kakak.

Nadine (COMPLETED) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang