Chapter 6

157 45 21
                                    

Pagi itu, seperti biasa Nadine pergi ke sekolah bersama Daniel. Ia berdiri di parkiran sekolah menunggu Daniel yang sedang memarkirkan motor kesayangannya.

"ayo!" ujar Daniel yang menghampiri Nadine.

Nadine tersenyum dan mengikuti langkah Daniel di sampingnya. Tak lupa tangan yang selalu menempel bak perangko membuat seluruh siswa iri ingin seperti mereka.

Nadine dan Daniel memang tak begitu akrab dengan siswa lain. Namun, mereka terkenal akan hubungannya yang selalu terlihat manis. Keromantisan merekalah yang membuat semua orang iri. Tapi tenang saja, mereka iri positif. Tidak seperti drama-drama yang jikalau iri akan menyakiti.

Saat sampai di dalam kelas, Nadine pamit kepada Daniel untuk pergi ke toilet. Daniel mengiyakannya. Namun Daniel sedikit curiga. Baru kali ini Nadine ke toilet pagi-pagi. Biasanya saat jam pelajaran ia sengaja pergi ke toilet.

Daniel mengikuti Nadine di belakangnya secara diam-diam. Tiba-tiba Nadine menghentikan langkahnya di pertigaan. Sebelah kanan menuju tangga rooftop, sebelah kiri menuju toilet, dan lurus menuju kelas lain.

Nadine memutar bola matanya. Ia kemudian melangkahkan kakinya ke arah kiri (toilet).

Daniel menghela nafasnya. Ia sudah negatif thinking terhadap kekasihnya sendiri. Ia memutar badan untuk kembali melangkahkan kaki menuju kelasnya.

***

Bel masuk sudah berbunyi. Nadine masih belum kembali ke kelasnya. Daniel cemas dan khawatir. Ia takut Nadine sakit lagi.

Daniel mencoba keluar untuk mencari Nadine. Namun guru sudah datang. Ia kemudian kembali duduk di kursinya. Dalam hati ia berharap Nadine tidak kenapa-kenapa.

Setengah nama murid di kelas itu sudah guru panggil namanya untuk di absen. Detik-detik nama Nadine di panggil, Daniel semakin cemas dan takut Nadine akan kena masalah.

"Nadine?" tanya guru itu.

Semua murid menatap ke bangku Nadine yang kosong. Hanya ada sebuah tas disana.

"Nadine kemana?" tanya guru yang tidak melihat gadis itu.

"Nad.." ujar Daniel yang ingin memberi keterangan kepada sang guru terpotong saat ia melihat seorang gadis memasuki kelasnya.

"saya disini bu" ujar Nadine yang terlihat baik-baik saja.

"habis dari mana kamu?" tanya guru.

"toilet bu, dari semalam saya sakit perut. Tadi mondar-mandir ke wc" ujar Nadine.

Semua murid tertawa. Begitu polosnya Nadine sampai harus menjelaskan sedetail itu.

Sang guru yang mendengar muridnya tertawa kemudian menghentakkan tangannya di meja.

"SUDAH DIAM!!!" teriak guru tersebut.

"Ya sudah, kalau begitu kamu duduk. Lain kali ijin dulu sama guru!" lanjut sang guru.

Nadine menganggukan kepalanya tanda ia mengerti yang diperintahkan sang guru. Kemudian ia duduk di kursinya.

"kamu gak papa?" tanya Daniel.

Nadine menggelengkan kepalanya, lalu memberikan senyuman manis kepada kekasihnya itu.

***

Daniel dan Nadine sudah berada di koridor depan kelasnya. Mereka hendak pulang, namun seseorang dari arah belakang memanggil nama Nadine.

"KANAD!" teriaknya.

Nadine menoleh ke sumber suara. Rupanya itu Agatha. Siapa lagi yang berani menyebut Nadine (Kanad) selain adiknya itu.

Nadine melihat sang pacar fokus terhadap ponselnya.

"Niel, kamu duluan aja! Ntar tunggu aku di gerbang sekolah! Gak akan lama." ujar Nadine.

"mau kemana Nanadku sayang?" tanya sekaligus goda Daniel.

"aku masih mules. Mau ke toilet dulu. Cuma 10 menit. Tunggu yah!" ujar Nadine meyakinkan Daniel.

Daniel menganggukan kepalanya, kemudian ia pergi menuju parkiran tanpa rasa penasaran sedikitpun. Daniel fikir sebaiknya ia perbanyak positif thinking terhadap sang kekasih.

Nadine (COMPLETED) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang