Chapter 3

208 64 35
                                    

Di hari senin ini, seperti biasa Nadine menjalankan aktivitasnya. Tak lupa Daniel menjemput Nadine lebih awal karena hari ini Upacara Bendera.

Setelah selesai upacara, Nadine di perintahkan ke ruang kepala sekolah. Sementara Daniel pergi ke kelas duluan.

Nadine mengetuk pintu ruangan itu, pak kepala pun mempersilahkannya masuk.

Saat Nadine masuk, rupanya sudah ada Ana (mamah Nadine) dan Marcel ayahnya. Nadine kaget, dan menanyakan maksud kedatangan mereka ke sekolah ada apa? Apa ada kesalahan sampai orang tua Nadine di panggil ke sekolah?

Pak kepala sekolah menjawab bahwa pihak sekolah tidak memanggil orang tua Nadine. Namun katanya ada hal penting yang ingin di bicarakan orang tuanya kepada Nadine.

"siapa yang bonceng kamu semalem?" tanya Ana dengan nada tak suka.

Rupanya karena itu mereka datang kemari, memang Ata ini aduan. Apa-apa dibilang sama mamahnya.

"teman" jawab Nadine singkat.

"tuh kan mah, Nadine itu anak baik-baik. Mungkin aja dia cuma main sebentar sama temannya" ujar Marcel meyakinkan sang istri.

Namun Ana masih tak percaya, ia terus mencari-cari kesalahan Nadine. Tanpa malunya Ana bentak Nadine di depan kepala sekolah dengan kata-kata yang meyakitkan.

Air mata terjatuh di pipi Nadine, mengapa ibu yang selama ini membencinya jadi mengatur hidupnya? Padahal apa salahnya jika Nadine mulai memiliki kekasih. Usianya juga sudah cukup dibilang dewasa. Sebentar lagi ia akan lulus, apa harus ia di atur seperti ini?

"cukup ma, dia emang pacar saya. Saya sudah mau 3 tahun pacaran sama dia. Saya pacaran dari kelas XI. Kenapa mama larang? Saya gak pernah lakuin apapun sama dia di luar batas. Saya juga udah kenal sama orang tuanya. Mereka udah ngelengkapin hidup saya. Mereka keluarga bagi saya, sedangkan mama? Bukannya mama sudah tidak menginginkan saya?" cerocos Nadine membuat ayahnya dan kepala sekolah prihatin melihatnya.

Sedangkan sang ibu masih kesal, apalagi saat anaknya menyebut dirinya tak menginginkan dia lagi. Saat ia hendak memarahi Nadine kembali, Nadine segera keluar dari ruangan kepala sekolah.

***

Nadine menghapus air matanya, ia tak ingin jika Daniel tahu bahwa ia habis menangis. Saat menduduki kursinya ia mencoba tersenyum dan berbincang seperti biasanya.

Namun, Daniel peka terhadap Nadine. Meski sudah di hapus, matanya sembab dan masih merah.

"mau eskrim?" tanya Daniel mencoba untuk mengembalikan wajah Nadine yang manis.

Dengan senyum manjanya Nadine mengangguk. Kemudian Daniel menggandengnya pergi ke kantin.

Ibu dan ayah Nadine yang hendak pulang melihat mereka bergandengan tangan. Ayahnya hanya diam maklumi saja, dalam hatinya Nadine sudah menjadi anak dewasa. Sedangkan ibu? Ia terus saja geram melihat sang anak tak bisa ia atur.

Dalam hati sang ibu, ia akan mencari tau siapa nama pria itu dan dari mana asal usulnya. Namun suaminya justru pasti akan melarang ikut campur urusan Nadine. Maka dari itu, ia akan diam-diam mencari tahu kebenarannya.

Nadine (COMPLETED) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang