Chapter 27

164 13 17
                                    

Ata merasa bersalah, "sorry yah kak! Gue gak seharusnya jauhin lo sama Daniel."

"no problem. Gue juga gak yakin hubungan gue sama dia gimana kedepannya." jawab Nadine putus asa.

"lo gak boleh gitu! Itu cuma salah paham! Percaya sama gue!" ujar Bastian yang diberi senyuman oleh Nadine.

Ketiganya sedang duduk, makan di kantin.

"udahlah! Gue mau cerita nih soal kemarin pas gue amnesia, eh pura-pura. Hahaha ... "

Obrolan mereka kini menjadi ringan dan santai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Obrolan mereka kini menjadi ringan dan santai. Nadine juga banyak perubahan, ia sudah tidak ada dendam terhadap siapa-siapa lagi sekarang.

***

Laura memasuki rumahnya, ia melihat seorang gadis memakai baju seragam duduk di kursinya.

"Ata?"

"eh tante!"

"udah lama?"

"nggak tante, aku cuma nungguin kanad."

"padahal tante suka Nadine tinggal disini. Nanti sering-sering main jenguk tante sama kakak kamu yah!"

"iya dong tante, Ata usahain!"

Nadine menghampiri keduanya dengan membawa koper dan tas miliknya.

"Mah, Nadine pamit pulang!"

Laura menangis, "mamah sayang kamu nak. Semoga suatu hari kamu bisa tinggal sama mama lagi!"

"mah, aku kan masih bisa jenguk sesekali. Aku juga pasti kangen mama papa. Makasih banget karena kalian udah ngejaga aku kayak anak sendiri. Aku bener-bener gak tau harus bilang apa selain bilang makasih dan maaf udah ngerepotin kalian selama ini." Dalam hati, Nadine sedih. Ia tidak yakin jika akan kembali menginjak rumah ini lagi. Hubungannya dengan Danielpun masih belum jelas.

"kamu memang anak mama!" kata Laura memeluk Nadine.

"Nad!" panggilan itu membuat keduanya melepaskan pelukan. Tanpa melihatnya, Nadine sudah tau itu Daniel. Ia segera menarik kopernya dan pergi.

Nadine melewati Daniel yang sedang berdiri dekat pintu. Daniel menarik tangannya, "aku gak ada hubungan apa-apa sama dia. Aku cuma sayang kamu!"

"sepatutnya, kamu malu sama mama!" balas Nadine menghempaskannya dan pergi. Ata menyusulnya.

"DANIEL!" teriak Laura

"KENAPA LAGI KAMU, HAH?"

"salah paham mah! Abil yang mulai!"

"Abil?"

"kemarin Abil masuk kamar. Mama udah tau kan dia suka nyelonong gitu aja. Nadine lihat kita berduaan dikamar, dan.." Daniel berheti berbicara. Ia takut jika cerita akan mempersulit keadaan.

"dan apa?" tanya Laura yang dihiraukan sang anak.

"DANIEL!" teriaknya kesal.

"Abil bilang sayang aku, mah. Dia mau cium aku!" Daniel menunduk.

"ya ampun, Daniel!" Laura meraih bantal sofa, lalu mendekati anaknya dan ia memukulnya karena sudah terlanjur marah.

"mah, ampun! Salah Daniel apa, mah?"

Laura menghentikan aksinya, " salah kamu ngasih harapan sama Abil!"

Daniel menolak, "NGGAK, mah!"

"perempuan itu selalu memakai perasaan. Apa yang kamu kasih ke Abil? KENYAMANAN? Iya! Mana ada persahabatan murni diantara pria dan wanita! Ngaco kamu!"

"mama gak mau tau, kamu pergi bujuk Nadine! Kalau dia gak maafin kamu, jangan harap kamu bisa pulang ke rumah!" lanjutnya pergi meninggalkan.

"yah, mah. Jangan gitu dong mah! Arghh!!"

Daniel akhirnya pergi menuju rumah Nadine.

Sesampainya, ia menekan tombol bel dan mengetuk rumah itu. "tante, om!"

Seorang asisten rumah tangga membukanya, "masuk den!"

"makasih bi!" Daniel nyelonong masuk.

"eh, ngapain lo kesini?" tanya Ata.

"kakak lo mana?"

"naik aja ke atas! Di pintu ada gantungan tulisan Nama Nadine. Gak akan ketuker!"

"thanks!" Daniel berjalan dengan cepat menuju kamar Nadine.

Tidak mengetuk pintu, tidak permisi, Daniel membuka pintu itu.

"Nad!"

Nadine (COMPLETED) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang