Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Shilpa Shirodhkar
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Armaan Kohli
__________________________________
Di asingkan, di cemooh atau di pandang hina oleh orang-orang yang gemar menghakimi seolah paling benar sendiri, itu sudah biasa bagi Armaan.
Ia memang tidak peduli dengan pandangan orang lain terhadap dirinya. Karena hal itu tak penting untuknya. Bahkan, gosip yang menyudutkan dirinya yang di katakan sebagai seorang gay pun tidak di tanggapinya. Hingga banyak yang menduga, kebungkaman Armaan adalah tanda bahwa ia memang seorang gay. Namun, Armaan tetap tidak peduli. Selama keluarganya mempercayainya, itu sudah cukup baginya.
Tapi, Armaan merasa risih saat ada beberapa pria gay yang menatapnya penuh minat. Entah kenapa, bulu kuduknya bergidik ngeri mengetahui hal tersebut. Ini lebih menyeramkan dari film-film horor yang sering di tontonnya.
Lalu, datanglah seorang gadis yang menurut Armaan gila karena mengaku sebagai istrinya dan membuat Armaan jauh dari jangkauan pria-pria gay tersebut.
"Kau ini siapa sebenarnya ?" Tanya Armaan tak mengenali gadis di hadapannya.
"Aku ?" Katanya sambil menunjuk dirinya sendiri "aku adalah masa depanmu. Bersiaplah menjadi pengantinku"
Gadis itu mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum dan pergi begitu saja tanpa memberi penjelasan yang logis untuk Armaan
"Dasar, gadis gila" bathin Armaan bergumam
Dan, sejak kejadian itu. Hampir setiap hari, Armaan bertemu si gadis aneh itu yang ternyata bernama Shilpa. Kebenaran seakan menampar Armaan saat ia tahu, bahwa kedua orang tuanya menjodohkannya dengan gadis itu untuk menghentikan isu gay yang menderanya. Armaan sudah menolak, namun kedua orang tuanya tetap bersikeras. Lalu, keputusan akhirnya Armaan di minta untuk mengenal Shilpa lebih jauh lagi selama tiga bulan. Jika, Armaan merasa tidak cocok. Maka, hubungan mereka akan berakhir. Armaan pun setuju.
Satu bulan pertama, Shilpa selalu datang ke tempat kerja Armaan untuk membawakannya bekal makan siang. Dan, pertemuan mereka semakin sering terjadi ketika Shilpa selalu mengajaknya berkencan. Armaan tidak bisa menolak, karena kedua orang tuanya ikut memaksa Armaan menuruti keinginannya. Armaan pun harus bertahan dengan kebawelan Shilpa ini.
