1. Awal Mula

14.9K 1.3K 519
                                    

“Semua cowok itu sama aja, berengsek! Cowok cuma ngeliat cewek dari fisiknya aja. Kalo bosen dan nemu yang lebih cantik, yang lama ditinggalin! Sampah!”

***

GITA menunjukkan ponselnya ke arah Vanya, memperlihatkan wajah seorang lelaki kepada sahabatnya itu. “Nya, menurut lo dia gimana? Cocok nggak jadi gebetan gue yang baru? Namanya Gara, Nya! Cocok kan Gita dan Gara kalau bersanding menjadi satu?”

Vanya tertawa sinis menanggapi pertanyaan Gita.

“Semua cowok itu sama aja, Git, berengsek!” jawab Vanya dengan entengnya.

“Nya, tapi dia baik, kok! Dia itu soleh, pinter, sayang juga sama Mamanya. Masa iya cowok kayak dia berengsek?” Gita mencoba untuk meyakinkan Vanya.

Vanya menghela napas berat. “Gita, berapa banyak sih cowok yang luarnya baik tapi dalemnya berengsek juga?”

“Kali ini gue yakin, kalo dia enggak berengsek! Lo tau nggak? Dia itu pernah, Nya, nyolong kucing tetangga sama ngutang mangga waktu Mamanya ngidam anak ketiga. Kurang sayang Mama gimana coba, Nya? Mamanya aja disayang, gimana gue?” Gita masih tetap  bersikeras membanggakan gebetan barunya kepada Vanya.

“Git, dia itu kriminal, dia itu bego, bukan sayang!” celetuk Vanya yang membuat Gita berdecak kesal.

“Ah, susah ngomong sama lo, Nya!”

“Intinya, Kak Gara bakalan jadi gebetan gue. Jadi, jangan lo pacarin ya, Nya?” Mata Gita yang semula menatap Vanya, kini teralihkan oleh seorang lelaki yang tengah berjalan keluar dari sebuah kafe bersama teman-temannya. Oleh karena itu, Vanya mengikuti arah pandangan Gita. Namun, langkah beberapa lelaki itu terhenti dan menoleh ke arah Vanya.

“Eh, kita diliatin sama Vanya! Mimpi apa ya gue semalem diliatin sama cewek secantik Vanya?” ujar Alister, salah satu lelaki yang ada di gerombolan itu.

Rehan, temannya menggelengkan kepalanya menatap Vanya. Matanya membola ke arah Vanya, mulutnya tampak menganga karena kecantikan Vanya.

Eleuh, eleuh, masyaAllah, Vanya teh geulis pisan. Kapan ya aku bisa jadi pacarnya Vanya?” sahut Rehan dengan logat sundanya yang sangat kental.

“Hei, Rehan! Vanya itu memang cantik, semua orang juga tahu, tapi mulut kau nggak usah nganga-nganga macam itu! Mulut kau itu bau kali lah, macam belum kau gosok gigi kau bertahun-tahun! Lalat juga malas hinggap di mulut kau!” ujar Doni seraya menabok mulut Rehan yang menganga.

Aih, Doni. Kalau mau ngingetin mah ya ngingetin aja atuh, enggak usah nabok-nabok segala. Emang kamu pikir mulut aku itu bedug masjid ditabok-tabok? Aku bilangin ke Mamaku baru tahu rasa kamu, Doni,” balas Rehan tak terima.

“Dasar anak Mama, kerjaan kau cuma ngadu-ngadu sama Mama kau itu!” dumel Doni.

“Ya emang aku anak mamaku, emang kamu pikir aku téh dilahirin sama sapi gitu? Kalo gitu mah, sekarang aku enggak jadi manusia! Aku ada di kandang sapi sekarang!”

“Maksudku bukan begitu, Rehan! Ah, susah kali ngomong sama kau ini!”

Alister menggelengkan kepalanya.

UWUPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang