7. Hidden Side

2.8K 590 436
                                    

Enggak ada hal yang lebih penting daripada keluarga.

***

HARI sudah malam, jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Vanya kini tengah mengatur kameranya. Setelah siap, gadis itu menekan tombol untuk merekam video seraya tersenyum.

“Hai semuanya! Jadi, hari ini gue dikirimin lotion dari @glowandbrightskincare. Di sini, ada beberapa varian wangi, ada wangi stroberi, lavender, lemon, apel, dan varian terbaru mereka, yaitu wangi sakura yang paling gue suka. Lotion ini bener-bener bagus banget dan bisa bikin kulit kita nggak kering!” ujar Vanya seraya mengoleskan lotion ke tangannya.

“Wanginya juga bener-bener enak dan tahan lama. Rasanya, kalau pake ini lo kayak pakai parfum seharian!”

Vanya kembali mengoleskan lotion itu. “Ini juga ada efek mencerahkan kulitnya loh! Nih, coba lo liat perbedaan tangan yang gue pakein dan yang nggak! Buat lo semua yang mau cepet-cepet glow up, buruan beli di sini ya. Swipe up!

Vanya melihat video yang baru selesai ia rekam. Setelah ia anggap bagus, ia segera memublikasikan video itu di akun Instagram-nya.

Vanya mencium tangannya. “Beneran wangi dan bagus juga, walaupun pasti harganya murahan sih.”

Setelahnya, Vanya meletakkan produk-produk itu di atas meja. Vanya duduk di sofa yang ada di kamarnya seraya menatap televisi. Tidak lupa, ia ditemani beberapa camilan.

Suara pintu kamar Vanya terdengar terketuk. Vanya menoleh ke arah sumber suara itu. “Siapa?”

“Ini Mama, Nya. Boleh Mama masuk?” Suara itu membuat Vanya segera berdiri sambil membawa camilannya. Ia berjalan untuk membukakan pintu kamarnya.

“Hai, Ma. Sini masuk, Ma,” kata Vanya yang mempersilakan mamanya masuk. Keduanya berjalan memasuki kamar Vanya lalu duduk di sofa yang tadi Vanya duduki. Vanya mematikan televisinya dengan remote lalu tersenyum ke arah mamanya.

Devi, mama Vanya membalasnya dengan senyuman hangat ke arah putrinya seraya mengelus lembut rambut Vanya. Vanya menatap Devi dalam-dalam.

Walaupun tersenyum, tetapi mata Devi terlihat sembap seperti habis menangis. “Ma, Mama kenapa? Mama nangis lagi?”

Devi menggelengkan kepalanya. “Enggak, Nya. Mama nggak papa.”

Vanya tahu jika mamanya berbohong, ia bisa lihat mata mamanya yang begitu sembap karena habis menangis. Vanya juga bisa merasakan jika sorot mata mamanya menunjukkan kesedihan yang mendalam.

Vanya menghela napas sejenak. “Ma, Mama bisa aja bohong sama siapa pun, tapi Mama nggak bisa bohong sama Vanya. Mata Mama ngejelasin semuanya, Ma.”

Devi tersenyum palsu seraya menarik Vanya agar bersandar di bahunya. “Mama nggak papa, yang Mama mau adalah kamu selalu bahagia, Nya.”

“Jangan capek-capek urusin Instagram kamu, jangan lupa makan dan minum air putih yang cukup.”

Vanya menatap mamanya dengan sendu. “Gimana Vanya bisa bahagia kalau misalnya Mama sedih? Mama terluka? Gimana bisa, Ma?”

“Vanya mungkin emang belum bisa jadi anak yang baik. Jadi anak yang ngebanggain Mama dengan prestasi Vanya, tapi Vanya sayang sama Mama. Vanya ada di sini buat Mama. Mama punya Vanya buat cerita apa pun yang Mama mau ceritain. Mama jangan ngerasa sendiri ya? Vanya selalu buat Mama.”

UWUPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang