14. Mulai Perhatian

2.7K 530 359
                                    

Siapa yang kangen sama UWUPHOBIA, Regan, dan Vanya?

Siapa yang enggak sabar buat baca UWUPHOBIA chapter ini?

Siap untuk ramaikan komentar setiap paragraf di chapter ini? Selamat membaca ❤️

“Jangan kasih harapan tanpa kepastian, deh. Sakit tau!”

 Sakit tau!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

KEESOKAN harinya, Vanya terlambat bangun. Gadis itu segera mandi dan bersiap untuk segera ke sekolah. Ia hanya meneguk segelas air putih tanpa sarapan.

“Pak Eko! Anterin Vanya ke sekolah dong!” teriak Vanya meminta diantar ke sekolah oleh Pak Eko karena mobil milik Vanya masih dalam perbaikan sekarang.

Akhirnya, dengan cepat Vanya diantar ke sekolah dengan motor oleh Pak Eko, tetapi jalanan Ibu Kota di pagi hari begitu padat. “Aduh, Pak, macet nih! Ini orang-orang ngapain sih menuh-menuhin jalan?” dumel Vanya, tetapi Pak Eko justru tertawa.

“Ih, Pak Eko kok malah ngetawain Vanya sih?”

“Non, di Jakarta itu ada sebelas juta penduduk, bukan Non Vanya doang. Kalo Non Vanya nggak mau macet, Non Vanya pindah aja ke kutub utara.”

Vanya mendengus kesal seraya menatap jam tangan miliknya. Sekarang sudah jam tujuh kurang lima. Sedangkan, jalanan Ibu Kota masih saja padat.

Setelah setengah jam berkutat dengan kemacetan, Vanya akhirnya sampai di sekolahnya. Akan tetapi, tentu saja pintu gerbang SMA Dandelion sudah ditutup. Hal tersebut membuat Vanya berdecak kesal. “Yah elah, udah ditutup lagi. Ini gerbang tutupnya cepet banget sih kayak promo online shop.

Vanya tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya sebuah ide cemerlang terbesit di benaknya.

Gerbang belakang sekolah. Ia bisa masuk ke dalam sekolah lewat sana. Vanya segera berjalan cepat untuk menuju gerbang belakang sekolah. Ia menatap kiri dan kanan. Setelah ia merasa aman, akhirnya ia memanjat lalu melompat dari gerbang belakang sekolah yang tidak terlalu tinggi.

Vanya mengendap-endap untuk bisa lolos dari Bu Pita, guru BK yang tidak pernah bosan menghukum siswa ataupun siswi yang bermasalah. Vanya terus mengendap, hingga ia sadar jika punggungnya menabrak seseorang.

Vanya memegangi punggungnya yang terasa sakit. “Aduh, sakit tahu! Hati-hati kek kalo jalan!”

“Aih, Vanya! Kenapa pula kau ada di sini?”

Iya, sosok itu adalah Doni. Vanya menatapnya malas. “Ngapain lo nabrak-nabrak gue? Mau modus ya? Jangan coba-coba modus sama gue, nanti gue bilangin Regan baru tahu rasa!”

UWUPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang