4. Regan Adhitama

3.7K 698 309
                                        

“Buat apa sih lo berkorban buat orang yang bahkan sama sekali nggak peduli sama lo?”

***

SEPULANG sekolah, Vanya segera kembali ke rumahnya. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur seraya tersenyum-senyum sendiri.

Ia sudah mendapatkan nomor ponsel Regan. Ini adalah satu langkah awal untuk Vanya dapat menjadikan Regan sebagai pacarnya.

“Regan, lo nggak akan bisa lari dari gue,” kata Vanya seraya menatap layar ponselnya. Ia menatap nomor Regan yang sudah tersimpan di dalam daftar kontaknya.

Tanpa berpikir panjang, Vanya melakukan panggilan kepada nomor tersebut. Beberapa saat kemudian, Vanya berdecak kesal.

“Maaf, nomor yang anda tuju sedang sibuk. Mohon cobalah beberapa saat lagi.”

“Regan sibuk nelpon siapa sih? Padahal ada cewek cantik yang mau nelpon dia. Masa mau dia anggurin gitu aja?” dumel Vanya.

Vanya menarik napas dalam-dalam. “Nggak papa, Vanya nggak boleh nyerah! Harus semangat! Ini demi reputasi lo, Vanya!”

“Lo harus buktiin sama semua orang kalo lo emang bisa dapetin semua cowok yang lo mau! Termasuk Regan yang sok jual mahal itu,” kata Vanya sesaat sebelum ia kembali menekan panggilan pada nomor tersebut.

Beberapa saat kemudian, panggilan Vanya terhubung. Ia tersenyum puas. “Gue bilang juga apa, nggak ada yang bisa nolak pesona kecantikan gue!”

“Halo, sayang?” ujar Vanya membuka percakapan.

“Alamak, Bang! Apalagi kau? Kan aku udah bilang tadi sama kau kalo aku nggak mau sedot WC. Kenapa pula kau paksa-paksa aku? Coba kau telpon temanku si Rehan itu, kayaknya dia berminat.”

Vanya mengerutkan dahinya. “Sedot WC?”

“Loh, kau ini siapa? Pacarnya tukang sedot WC tadi? Bilang lah sama pacar kau, jangan telpon-telpon aku lagi! Jangan paksa aku buat langganan sedot WC lah. Kalau WC-ku penuh juga ku telpon dia.”

Vanya berdecak kesal. “Ini Vanya, Regan mana?”

Sosok itu langsung merubah cara bicaranya. “Vanya?”

Vanya semakin kesal. “Iya, ini Vanya. Regan mana?”

“Regan? Ini Doni. Regan ya di rumahnya, Vanya. Kenapa kau telpon aku? Aku sadar kalau aku gantengnya memang nggak beda jauh dari Regan.”

“Loh, jadi ini bukan nomor Regan?” tanya Vanya bingung.

“Ini nomor aku lah, Nya. Nomor Doni! Cem mana bisa jadi nomor Regan?"

“Tapi tadi Regan ngasih nomor ini ke gue. Harusnya ini nomor dia!” Vanya masih bersikeras.

“Yaudah deh, lo temennya Regan, kan? Lo pasti punya nomornya Regan. Minta nomornya Regan sekarang!” pinta Vanya pada Doni.

“Regan nggak mau nomor pribadinya dibagi ke sembarangan orang, Nya. Walaupun kau cantik kali bagai bidadari jatuh dari surga di hadapanku, tapi aku nggak bisa bagi nomornya Regan.”

Vanya berdecak kesal. “Cepetan bagi nomor Regan! Besok gue bakalan beliin semua jajanan di kantin buat lo!”

“Maaf, Nya. Aku ini memang bukan orang kaya, tapi aku setia kawan. Maaf ya, Nya. Kau minta lah sendiri sama Regan. Aku nggak berani, Nya. Bisa mati dieksekusi aku.”

UWUPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang