Siap untuk ramaikan komentar setiap paragraf di chapter ini? Selamat membaca ❤️
“Kadang kita harus memendam masalah kita sendiri, karena enggak semua orang mau peduli tentang apa yang kita rasain.”
***
KEESOKAN harinya, Regan menjalani hari-harinya di sekolah seperti biasa. Mendengarkan materi dari guru, mengerjakan tugas, mendengarkan Doni dan Rehan yang bertengkar, mendengarkan Gara yang selalu membahas Gita, dan mendengarkan Alister yang selalu membahas segudang cewek cantik yang ada di ponselnya.
Sekarang adalah pelajaran terakhir di hari ini, yaitu pelajaran Ekonomi. Materi yang kini tengah mereka pelajari adalah Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang.
Doni menatap materi yang sedang diterangkan, membuatnya menggaruk kepalanya sendiri. “Alamak, materi apa pula ini? Kenapa otakku nggak bisa nangkep ini pelajaran?”
“Ya, atuh, kamu mah aneh, Doni. Pelajaran itu harusnya didengerin, bukannya ditangkep. Emangnya lalat ditangkep-tangkep?” tanya Rehan yang ada di sebelahnya.
“Bu, boleh diulangin lagi nggak, Bu? Saya nggak ngerti sama sekali, Bu. Ibu nggak kasian sama otak saya?” kata Alister yang berada di belakang Rehan dan Doni.
“Iya, Bu, nggak ngerti! Mendingan saya ngertiin Gita deh,” sahut Gara yang membuat Alister menggelengkan kepalanya.
“Bener kata Doni, Gar. Lama-lama otak lo yang udah nggak berfungsi itu bisa tambah gila gara-gara Gita!”
Gara yang tidak terima menoleh ke arah Alister. “Sembarangan lo! Daripada lo kerjaannya gonta-ganti pacar. Mendingan gue, setia sama Gita.”
“Setia, setia, lo aja belum tentu diterima, Gara!”
“Iya, lah, Bu. Benar apa yang dibilang sama Alister itu. Aku tak paham lah, Bu, tentang perusahaan dagang. Biasanya aku cuma ikut Mamak ke pasar buat beli gayung bentuk love di tukang dagang,” celetuk Doni. Mendengarnya, Rehan tertawa.
“Itu pun diskonan!” lanjut Doni.
“Kenapa pula kau ketawa-tawa? Gila kau? Kesambet setan duit?” tanya Doni.
“Emangnya ada gayung yang bentuknya begitu?”
“Ada, kau tanya lah nanti sama Mamak kau. Pasti Mamak kau tahu!” Doni merespons Rehan, yang membuat lelaki itu hanya mengangguk-angguk sendiri.
“Alister! Nggak usah mancing keributan! Kamu ngertiin cewek bisa, tapi ngertiin pelajaran aja nggak bisa. Padahal, cewek itu rumit loh, Al. Kamu itu harus bisa mengerti kamus bahasa cewek,” kata Bu Gina, guru ekonomi mereka.
“Kadang, kalo cewek bilang nggak papa tandanya ada apa-apa. Kalo cewek bilang terserah, itu tandanya cewek mau kamu peka.”
“Bah, kenapa pula Bu Gina jadi curhat?” tanya Doni bingung sambil menatap Bu Gina.
Tidak lama kemudian, bel pulang sekolah terdengar berbunyi dan menggembirakan. Semuanya terlihat begitu senang, tetapi tidak dengan Regan. Lelaki itu langsung berjalan ke luar kelas tanpa pamit pada teman-temannya.
Dengan wajah sangarnya, ia segera ke luar dari kelas, membuat beberapa temannya menatap Regan bingung.
Regan langsung berjalan menuju arena renang, menatap seorang gadis dengan tajam. “Ran! Gue, kan, udah bilang pokoknya semua berkas harus diurus dengan serius! Lo gimana sih? Masa gitu aja nggak becus?”
![](https://img.wattpad.com/cover/214262160-288-k719964.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UWUPHOBIA
Novela Juvenil"Emangnya bisa disebut sayang kalau cuma satu orang yang berjuang?" Vanya muak sama semua cewek yang seakan rela diperbudak oleh cinta. Seakan rela disakiti atas nama cinta. Padahal, menurut Vanya itu bukan cinta, tapi bodoh. Menurut Vanya, semua co...