12: "kenapa dia dibunuh?"

360 58 17
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

minggu, 16 februari


iii; tujuh kesaksian

kedua manik hitam itu menatap lurus pada gumpalan kelabu yang kian pekat. angin yang berhembus rupanya jauh dari kata tenang. temperatur udara yang eunwoo rasakan kian menurun menjadi pertanda datangnya hujan. benar saja, tak sampai lima menit, konblok halaman kantor polisi yang pemuda itu pandangi dari tadi telah basah.

hujan. entah kenapa eunwoo mulai tidak menyukai peristiwa alam yang satu itu sejak kemarin—hari dimana salah seorang temannya ditemukan tanpa nyawa. dan sekarang, hujan lagi. dingin dan berisik, itulah dua hal dari sekian banyak hal yang tak eunwoo suka.

setelah beberapa saat dirinya asyik merutuki kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini, eunwoo dikejutkan dengan tepukan pelan yang mendarat di bahu kanannya. dengan sedikit ekspresi kikuk, pemuda itu menoleh dan mendapati sang ayah yang membawa dua buah kantong plastik berwarna hitam yang tak dapat eunwoo tebak apa isinya.

"baju ganti sama makanan. dari mama." pria itu memberikan kedua kantong plastik kepada eunwoo.

pemuda itu mengangguk pelan, mengambil kedua plastik, mengecek isinya, kemudian setelah mendapati baju gantinya, eunwoo bangkit, dan pergi ke toilet untuk berganti pakaian.

setelah mengganti pakaian hitam-hitamnya dengan pakaian kasual, eunwoo kembali ke ruang tunggu—tempat dimana ia sudah menghabiskan waktu hampir dua jam dengan tertidur dan kemudian terbangun karena dingin dan kelaparan. ayah eunwoo yang selama dua jam harus mengerjakan hal yang lain akhirnya bisa kembali kepada kasus jihyo. karena tak lebih dari sepuluh menit lagi, tujuh orang teman eunwoo yang hadir malam itu akan datang untuk dimintai keterangan. ya, hanya tujuh karena jaehyun sudah diinterogasi cukup lama kemarin.

"ayah sudah minta teman ayah mencari pisau lipat itu, kita tunggu hasilnya nanti." ujar pria itu membuka percakapan. eunwoo mengangguk, kemudian berterimakasih.

"kalau menurut kamu ini kasus pembunuhan yang direncanakan, lalu gimana dengan pernyataan kamu tadi yang tentang kalian selalu bareng-bareng di dalam rumah itu?" jeda, dipandangnya sang putra yang tengah melahap makan siang yang terlambat itu. ayah eunwoo melanjutkan,

"bukannya menginterogasi mereka hanya akan sia-sia? kecuali ada waktu... waktu di rentang perkiraan kematian korban, ketika kalian nggak bare—"

"UHUK! AKH—" sialnya, eunwoo tersedak.

"minum! minum dulu!" ayah eunwoo yang panik buru-buru menyodorkan sebotol air mineral.

pemuda itu membuka tutupnya dengan cepat dan langsung menenggak setengah isinya.

sial, kenapa gue bisa lupa? apa gara-gara omongan eunha kemaren yang bilang kalau kita semua barengan terus?

eunwoo menatap balik sang ayah. katanya,

[1] WE DON'T KNOW WHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang