20 ; MEMBUJUK

869 189 34
                                    

+ GIMANA?! TDI PAGI AKS KAGET DAPET EMAIL DRI PENERBIT, SEMOGA OUR HOME BISA NYUSUL YA HSHSHS.

Intinya thx buat 1,54K followers + 2K voted. Big luv!!!!❤️

Happy Reading-!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading-!

Haera menepis kasar lengan Guanlin yang tengah mencengkramnya. Haera menatap Guanlin tajam, lelaki itu memaksa Haera untuk ikut pergi ke rooftop.

"Mau lo apaan sih?!" geram Haera seraya mengelus pergelangan tangannya yang sedikit memerah.

Guanlin menatap lurus Haera, matanya begitu lekat menatap manik mata hitam Haera. "Gue mau meluruskan semuanya, please. Jangan ngejauh, karena dengan ngejauh gue semakin ngincar lo."

"Coba deskripsiin, ketika seseorang kecewa sama sahabatnya sendiri, bahkan bisa dibilang berkhianat. Apa rasa kecewa itu kecil? Enggak, Lin!" balas Haera lalu hendak pergi, tapi lagi-lagi Guanlin menahannya.

"Dengerin gue dulu, gue tau gue udah bener-bener berlaku begitu keterlaluan. Tapi seenggaknya, lo bisa maafin gue. Dengan begitu gue tenang, Ra," kata Guanlin serius.

Haera menatap Guanlin dari sudut matanya yang menajam. Menatap lelaki itu sebal dan juga muak, setelah ini alasan apalagi yang akan Guanlin lontarkan dari mulutnya?

"Lo pikir dengan ngucapin kata 'maaf' semuanya bakal baik-baik aja? Dan semuanya tentram lagi? Luka yang lo kasih ke gue masih membekas!" ujar Haera menekankan kata 'maaf' seraya menunjuk diri Guanlin.

"Ra, gue mohon. Seenggaknya lo maafin gue aja, ngomong maaf. Rasanya gue udah tenang, gue janji, gue ga akan ngelakuin kesalahan lagi, please..."

Haera mendorong tubuh Guanlin yang sudah begitu dekat dengannya. Kemudian Haera berjalan menuju pintu rooftop untuk turun ke bawah dan tak memerdulikan Guanlin yang terus-menerus meminta maaf.

~~~

"Argh! Sialan!"

Jaehyun terkejut saat seluruh pot yang ada di dekat resepsionis dilempar begitu saja oleh Rose. Pria itu menggeram melihat Rose yang brutal.

"Kalau mau ngerusak jangan di kantor gue!" tegas Jaehyun membuat Rose menoleh. Wanita itu menatap Jaehyun dengan tongkat yang sedang dipegangnya.

Rose menolak menggunakan kursi roda, ia tidak mau terlihat begitu lemah di mata Jaehyun. Tapi, apa daya? Rose memang lemah bukan? Sudah diberi teguran dari Tuhan pun tetap saja tidak bertobat.

Sudah tiga hari lamanya Jaehyun di rawat, akhirnya pria itu bisa pulang. Walau luka ringan di pipi dan di sikutnya belum begitu sembuh. Tapi tidak mengapa, itu tidak terlalu mengganggu waktu kerja Jaehyun. Hanya sedikit perih.

"Gak usah sok keliatan kuat! Lo itu udah jelas-jelas dikasih teguran, tapi lo gak tobat-tobat, otak lo di mana sih?" tanya Jaehyun jengkel. Rose berjalan pincang ke arah Jaehyun, tangannya menunjuk wajah Jaehyun.

"Gue bakal pastiin, anak lo gak akan hidup dengan umur panjang," ancam Rose. Tawa Jaehyun sontak pecah dan membuat seisi kantor ikut tertawa.

"Lo siapa? Tuhan? Lo ga bisa nentuin umur Haera, anak gue bakal panjang umur," balas Jaehyun malas. Mood nya akan turun begitu saja ketika melihat Rose kembali muncul, dan sok berasa jago.

Kenapa wanita itu tidak menyerah saja? Padahal polisi sedang mengincarnya, ia juga tidak bisa langsung melaporkan begitu saja. Ia membutuh kan bukti lebih banyak lagi, satu bukti saja tidak akan membuat polisi percaya.

"Mending nyerah, dan lupain semuanya. Hidup lo kurang tenang, Ros. Kenapa sih lo tuh hobi banget gangguin keluarga gue?" tanya Jaehyun.

Rose tertawa. "Karena yang gue mau itu lo."

"Tapi lo ga harus begini juga, udah berapa tahun lamanya lo ngeganggu keluarga gue. Bahkan sampai gue kehilangan anak pertama gue," jelas Jaehyun kembali mengingat kejadian itu.

"Ck, itu salah lo. Gak usah salah-salahin gue," decak Rose kemudian berlalu tanpa pamit.

~~~

Haera berusaha bangkit dari jatuhnya ketika Wonyoung terus saja mendorongnya hingga kembali terjatuh.

"Masalah lo apa sih?!"

Wonyoung hanya tertawa, lalu menjawab. "Kapan sih lo mati? Dasar anak pembawa sial."

"Apa kata lo?!"

"Yap, anak pembawa sial. Kehadiran lo di dunia ini ngebuat papa lo sendiri celaka, bahkan ibu gue kehilangan sebelah kakinya! Itu semua gara-gara lo," sentak Wonyoung dengan kaki menginjak jari jemari Haera.

"Argh! Ja—jangan nginjek goblok!" timpal Haera dengan tangan memukul sepatu sekolah Wonyoung. Wonyoung tidak menggubris, gadis itu malah semakin-makin menginjak jari Haera dan tidak peduli jika sampai berdarah sekalipun.

"A—AWAS ANJING!" Tangan kanan Haera mendorong kaki Wonyoung hingga terjatuh ke lantai. Haera bangkit dan menginjak perut Wonyoung.

"Sekarang, mau lo apa, hm? Mau nantangin gue, ya?" tanya Haera dengan senyuman seringainya. Wonyoung menatap Haera takut, yang dihadapannya ini seperti bukan Haera yang sebenarnya.

Aura nya pun terasa jelas jika ini bukan Haera. Haera menatap Wonyoung lekat, kakinya semakin menginjak perut Wonyoung. "Ini akibatnya lo terlalu menjadi jagoan, Wonyoung."

Haera merogoh saku roknya, dan mengeluarkan sebuah benda tajam yang membuat Wonyoung membelalakan matanya. "Ra! Ja—jangan lakuin itu ke gue, plis."

"Hahaha, harusnya lo seneng dong. Karena lo kalah, terima aja atas kekalahan lo. Kenapa, hm?" tanya Haera yang masih tersenyum miring.

Tanpa aba-aba, Haera menusukan benda itu tepat di dada kiri Wonyoung hingga sedikit membuat cipratan darah mengenai mukanya.

Seakan tersadar, Haera membuang pisau itu jauh-jauh. Ia menatap tangannya yang sudah ada darah, di lihatnya jika Wonyoung sedang memegang tangannya untuk meminta tolong.

Haera menggelengkan kepalanya. "Se—sesiapapun gak boleh ada yang tau!" Setelah itu Haera pergi keluar gudang dan mengunci gudang itu.

~~~

+ NIH AKU SEGINI DULU YA.

Tq udah nunggu, maaf kali makin gaje karena aku lgi ga mudeng😭🤧💔

Semoga kalian ga keberatan okay? Aku jg lagi excited bgt, jdi agak buru"😭💔

100 voted❤️🔫

2. OUR HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang