—BATAS SUCI—
:: Happy Reading ::
Hyunjin membuka matanya, keringat dingin membanjiri tubuhnya. Ia menatap seisi ruangan inap, dilihatnya Haera masih memejamkan matanya. Ia mengelus dadanya, bersyukur jika itu hanyalah mimpinya saja.
Jujur, Hyunjin belum bisa melerakan Haera pergi. Haera sudah soulmate bagi Hyunjin, bahkan jika Haera kembali mencintai Guanlin, Haera tetap belahan jiwanya.
Dielusnya punggung tangan Haera dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. "Ra, cepet bangun. Hyunjin nunggu Ara bangun."
"Tapi, Ara janji... Ara gak boleh tinggalin Hyunjin sendirian, okey?" Hyunjin tersenyum lebar, jari kelingkingnya ia satukan dengan jari kelingking Haera, kemudian mencium punggung tangan gadisnya.
~~~
Wonyoung memeluk kedua lutunya dengan sangat erat. Ia menyapu seisi jeruji besi yang mengurung dirinya, takut. Itu yang ia rasakan, rasa bersalah itu kian menghantui dirinya, ia tidak kuat untuk menghadapi segala marabahaya yang akan menimpa dirinya, ia sangat takut jika kilasan-kilasan dirinya yang begitu kejam pada Haera kembali melintasi pikirannya, ia ingin meminta maaf seraya bersujud di hadapan Haera, tapi ia tidak yakin gadis itu aka memaafkannya.
"Bu, Wonyoung udah gak kuat! Wonyoung mau minta maaf!"
Rose melotot. "Apa kamu gila?! Padahal dulu kamu sendiri yang nyuruh ibu melakukan ini itu!"
Wonyoung berdecak. "Ck, ibu itu terlalu egois! Setidaknya relain Om Jaehyun! Karena bagaimana pun caranya, ibu gak akan bisa dapetin Om Jaehyun! Tante Haneul itu belahaan jiwanya! Sekarang Wonyoung sadar, siapa yang sebenarnya udah busuk dari dulu! Kalau ibu gak busuk, udah pasti Wonyoung sama Haera bakal berteman dan Haera gak bakal nindas Wonyoung saat itu!"
"Karena emang benar, perbuatan ibu udah di luar batas," tambahnya seraya menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Sedangkan Jungkook, pria itu asik membaca koran yang diberikan oleh pak polisi karena sangat gabut dan malas mendengar perdebatan antara ibu dan anak itu.
"Mau kamu apa sebenarnya?! Justru kamu juga pengen kan Om Jaehyun jadi papa?!" Wonyoung tersenyum sinis, ia mengangguk. "Iya, aku emang mau bu! Tapi, aku sadar, perbuatan kita udah jauh diluar batasan, bahkan sampai tega ngebuat nyawa Haera di ujung tanduk," balas Wonyoung.
Rose menggeram, wanita itu kembali duduk dan tidak melanjutkan berdebat argumen dengan sang anak, karena hanya akan membuat dirinya semakin muak dengan Haneul. Wonyoung benar, Rose terlalu egois dan terlalu buta akan cinta pada Jaehyun, sampai tidak pernah menganggap Jungkook ada.
"Yang diucapin anak kita benar kok, perbuatan kita udah di luar batasan. Kalau memang kamu mau mengejar cinta mati mu itu, aku sama Wonyoung mau pergi dan jangan pernah hadir kembali," kata Jungkook membuka suara.
"Aku tau, dulu aku salah karena aku menginginkan harta nya Jaehyun. Sejujurnya aku iri, aku iri sama Haneul yang bisa memanjakan dan membanggakan suaminya, sedangkan aku? Aku kerja tapi kamu malah asik ngegoda Jaehyun, iya aku akui itu emang jalan tikusnya supaya bisa mancing Jaehyun, tapi gak sampai ngubah cinta itu jadi obsesi," lanjut Jungkook.
Jungkook melirik Rose yang tengah menatap setiap ubin lantai dengan tatapan kosong. "Aku mau minta maaf sama mereka semua."
~~~
"Gimana keadaan Haera? Udah membaik?" tanya Hyewon pada Hyunjin. Lelaki itu menggeleng pelan. "Belum ada kemajuan, Ara masih kritis, bahkan udah tiga hari dia belum sadar."
Hyewon mengelus pundak Hyunjin. "Yang sabar ya, gue tau ini berat banget buat lo. Gue juga sama kayak lo, berat banget nerima kenyataan kalau Haera harus ngadepin masa-masa kritisnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
2. OUR HOME
FanfictionSebuah kehidupan dengan arti baru. Kehidupan yang berliku-liku bagaikan drama. Hidup Haneul dan Jaehyun yang telah berubah 180 derajat. Cerita ini akan membawa kalian ke masa-masa sulit, senang, dan sedih. Menceritakan tentang seorang gadis dengan...