Happy Reading-!
Haera memeluk kedua kakinya dengan mata berkeliaran menyapu seluruh kantor polisi. Di sampingnya, ada salah satu ibu yang sedang tertidur dengan pulas.
Pukul 1 malam, Haera belum bisa tertidur karena kedinginan. Baju tahanan yang hanya berlengan pendek dan juga celana pendek membuat Haera tak dapat tidur pulas.
"Dek, kok belum tidur?" tanya ibu tersebut. Haera menoleh terkejut, gadis itu menggeleng pelan. "N—nanti aja, Bu. Saya belum mengantuk."
Ibu tersebut bangun dari tidurnya, menatap Haera. "Ibu tau, posisi kamu di sini dengan alasan tidak di sengaja. Seharusnya juga jika anak tersebut tidak membuat kamu brutal, kamu tidak akan melawan."
Mengapa ibu itu tahu? Sudah jelas Haera yang menceritakannya karena di penjara ini hanya ada dirinya dan ibu tersebut. Berdua.
Kepulangan kedua orang tuanya membuat Haera menangis tersedu-sedu selama 2 jam lamanya. Chenle sudah menenangkan anak sahabatnya itu, tapi Haera tetap menangis karena tidak bisa jauh dari bunda ataupun papanya.
"Sa—saya sudah keterlaluan, Bu." Haera menunduk. Ibu itu mengelus puncak kepala Haera. "Ibu tau, Haera. Kamu memang melakukan itu karena ada alasan tertentu," balasnya.
"Tapi kamu juga harus ingat, jika ingin balas dendam itu ada batasannya. Ibu sedikit sedih melihat anak seusia kamu sudah terjerat aksi pembunuhan," tambahnya.
"T—tapi saya lakukan itu karena saya sudah lelah ditindas, saya menindas anak itu karena ada alasan. Alasan yang membuat saya yakin, jika saya bisa menjauhkan anak dan ibu nya jauh dari keluarga saya. Mereka itu selalu mengganggu keluarga saya, papa saya pun ingin kembali direbut, saya melakukan itu karena ingin melindungi bunda dan papa," jelas Haera panjang lebar.
"Saya kira dia tidak akan memberontak begitu, bahkan sahabat saya pun sudah tidak peduli lagi karena jatuh cinta pada anak itu," lanjutnya.
Haera menundukkan kepalanya setelah bercerita panjang, gadis itu berniat untuk tidur sambil duduk. Tapi tetap saja tidak nyaman, kepalanya terasa pening.
"Ini memang berat untuk kamu, ditambah kamu mendekam di sini selama tiga tahun. Itu cukup lama dan memang terbilang benar-benar lama, kamu yang sabar ya. Kamu bisa bebas jika orang tua anak itu mencabut tuntutan," ucap ibu itu.
~~~
"Kok lo gak nemuin Haera?" tanya Hyewon pada Hyunjin. Hyunjin menghela nafasnya berat. "Haera butuh waktu, Hye. Gue gak bisa datang tiba-tiba begitu, gue rasa dia menjauh karena gak mau liat gue kecewa," balas Hyunjin.
Hyewon duduk di samping Hyunjin. Malam ini, tepat di taman bermain, mereka berdua duduk di ayunan yang terdapat di taman bermain. Menatap langit malam yang indah dan bintang yang berkelap-kelip.
"Tapi yang dilakuin Haera itu ketidaksengajaan, kita bisa minta Tante Rose buat cabut tuntutan itu, kita gak bisa biarin Haera mendekam di penjara selama tiga tahun ke depan. Kita selama tiga tahun ini tanpa Haera," usul Hyewon membuat Hyunjin menoleh.
"Lo tau gimana liciknya Tante Rose kan? Yang ada dia gak bakal ngebiarin Haera bebas, dan dibiarkan gitu aja di penjara, lo tau kan? Papa nya aja bilang kalau Tante Rose pake aksi penyamaran, begitu aja udah licik," lontar Hyunjin sembari membuang nafas.
"Atau gak, kita bisa buat rencana sama Guanlin?"
"Apa maksud bawa Guanlin?" tanga Hyunjin yang sensitif ketika mendengar nama 'Guanlin.'
"Kita bisa buat rencana, kita bisa bebasin Haera. Kita bisa buat rencana kayak ngajak Haera bebas tapi dengan cara kita sendiri, gimana?"
"Hmm, kayaknya boleh. Tapi kita harus kerja sama sama Guanlin, dia gak boleh berkhianat," balas Hyunjin dan diangguki Hyewon.
"Gue bakal urus itu, sekarang kita pulang aja. Besok kita harus sekolah, Jin."
~~~
"HAHAHAHA! Mau aja kena tipu," gelak Rose.
"Ibu pinter banget sih!" puji Wonyoung. Dadanya memang tertusuk tapi tidak sampai membuat Wonyoung mati, gadis itu hanya berpura-pura mati hanya untuk menjebak Haera.
Ia senang jika Haera tidak ada di sekolah, ia senang karena Haera masuk penjara atas kesalahannya. Kini, Wonyoung bisa berkuasa di sekolah milik Om nya Haera.
"Pinter dong, kalau gak pinter gak mungkin kita begini," ujar Rose seraya tersenyum lebar. Wonyoung mengangguk mantap, ia mengacungkan kedua jempolnya. "Sip! Ibu Wonyoung pintar banget, kayak Papa Jaehyun!"
"Soal Jaehyun, kita harus semakin cepat rebut dia! Semakin sini semakin sulit karena Haneul yang mulai perhatian dan ngertiin kondisi Jaehyun," ucap Rose dengan raut wajah tiba-tiba menjadi datar.
"Kita harus cepat rebut Papa Jaehyun, Bu! Kita bawa aja pergi jauh, ke luar negeri gitu! Kita kuras hartanya, kita ancam dia! Kalau dia gak mau turutin kemauan kita, terpaksa kita harus bunuh anak sama istri kesayangannya itu," saran Wonyoung membuat Rose tertawa kencang.
"Benar! Kamu pintar! Tapi kita juga harus bawa pergi di saat Haneul gak ada di rumah, kita butuh obat bius, tapi ibu gak tau cara buatnya," ucap Rose sedikit kecewa.
"Kita bisa beli."
"Ohh ya, Bu."
"Hm?"
"Kalau ada orang yang minta buat cabut tuntutan Haera gimana? Ibu bakal cabut?" tanya Wonyoung. Rose melirik putrinya dengan tatapan bingung, kemudian menjawab. "Gak, gak akan ibu cabut. Buat apa juga ibu cabut, mending suruh dia mati karena mendekam di penjara. Terus depresi, stress, gila, mati deh."
"Lagipula kalau ada yang berani bawa kabur Haera, ibu udah punya rencana, haha."
~~~
+ HAI AKU UPDATE NIH.
Maa makin gaje😭
Tiba" mood aku nurun bgt buat update story, paling mau hiat dulu ya!Tunggu Home juga! Tq
110 voted, naik ya💗🔫
KAMU SEDANG MEMBACA
2. OUR HOME
FanfictionSebuah kehidupan dengan arti baru. Kehidupan yang berliku-liku bagaikan drama. Hidup Haneul dan Jaehyun yang telah berubah 180 derajat. Cerita ini akan membawa kalian ke masa-masa sulit, senang, dan sedih. Menceritakan tentang seorang gadis dengan...