Part 8

2.6K 77 0
                                        

Pagi ini aku bangun dengan kepala seperti berputar-putar. Hal ini terjadi lagi. Apakah wanita hamil sering mengalami hal ini? Aku ingin memeriksakan diri tapi takut.

Aku melirik jam. Sudah pukul lima. Aku harus bangun dan salat Subuh, tapi fisik ini tidak memungkinkan beranjak ke kamar mandi. Sejenak aku memejamkan mata berharap rasa pusing ini sedikit berkurang, tapi suara gawai di sampingku membuatku kembali membuka mata.
Tanganku meraih benda pipih persegi tersebut. Ada pesan WA rupanya. Mataku terbuka lebar ketika melihat dari siapa pesan itu. Om Arif.

[Sasha ... Perceraian saya sama Lisda diundur. Entah benar atau tidak, katanya Lisda hamil. Sebenarnya saya agak ragu, soalnya sebulan ini saya hanya satu kali berhubungan dengannya, dan itu sebelum saya berhubungan sama kamu. Orang tua saya memohon untuk tidak menceraikan Lisda, mereka sangat ingin mempunyai cucu dari kami.]

Setelah membaca pesan itu, rasa pusing dan mual ini semakin menjadi. Aku lempar ponselku jauh-jauh, tidak sudi membalas pesannya. Aku bangun, lari ke kamar mandi lalu muntah sejadi-jadinya.

Setelah muntah, rasa mual ini sedikit berkurang. Aku terduduk di kamar mandi, menelungkupkan wajahku ke atas lutut, meremas perutku sekuat tenaga dan meredakan emosiku dengan menangis.

Ya Allah, bagaimana denganku sekarang? Apa yang harus aku lakukan? Apakah benar Tante Lisda juga hamil? Kenapa ini bisa terjadi? Dulu dia sangat sulit hamil, tapi kenapa sekarang dia hamil? Apakah ini semua bagian dari rencana-Mu juga? Tapi kenapa harus seperti ini?
Aku memukul-mukul pelan perutku. Sisi burukku kembali mencuat. "Anak ini harus mati! Dia harus mati secepatnya!"

Bagaimanapun juga aku hanyalah manusia biasa yang punya emosi dan sisi gelap. Aku katakan, "Wanita berkedurung itu bukan malaikat!" Sama sekali bukan!

Aku bangun beranjak dari kamar mandi dengan langkah gontai. Luka ini yang membuat aku tak bertenaga. Tenagaku seolah tersedot semua oleh luka tersebut. Om Arif yang sudah membuatku seperti ini. Perlahan rasa cinta untuknya pun berubah benci.

"Aku benci kamu, Om! Aku benci ...!"
Aku searching google, mancari cara dan obat agar janin gugur dalam rahim. Aku sudah tidak peduli lagi apa itu dosa. Sungguh! Aku benar-benar ingin anak ini mati sekarang juga. Aku benar-benar seperti orang kesetanan, mencari dan mencari, hingga melupakan salat Subuh.

Cahaya matahari lamat-lamat masuk lewat jendela kaca. Astagfirullah ... astagfirullah ... astagfirullah. Berkali-kali aku melafazkan istigfar setelah kewarasan ini kembali.

"Aku belum solat Subuh!" Aku berlari ke kamar mandi mengambil wudhu, setelah itu cepat-cepat mengerjakan salat dua rakaat tersebut. Diterima atau tidaknya, terserah Dia.

***

Hari ini aku ingin bolos kerja, tapi tidak mungkin. Kalau bolos, aku tidak tahu bagaimana marahnya Ezar nanti, karena hari ini kami akan sangat sangat sibuk. Konsep yang kami usung ke perusahaan sepatu itu masih ada yang harus di revisi, dan rencananya tim kami dan Bos Seno akan kembali menjalani rapat internal.

Aku melihat pantulan diriku di cermin. Apakah aku sanggup bekerja dengan kondisi seperti ini? Lihat, wajahku semakin tirus dan kuyu. Kantung hitam di bawah mataku dari hari ke hari semakin terlihat. Inilah hasil dari kurang tidur dan menangis setiap malam. Aku menjelma jadi wanita yang tak terurus.

Aku mengambil lipgloss dan bedak tabur dari laci meja, berharap kedua benda itu bisa menyamarkan wajah kuyu ini.

Bismillah ... aku berangkat kerja. Semoga nanti tidak terjadi hal buruk.

***

Aku terlambat ketika sampai kantor. Ezar dan Nindi sudah duduk di kursinya sibuk dengan komputernya masing-masing. Aku menghampiri mejaku dengan hati berdebar. Ketika aku akan masuk ke partisi, tatapan Ezar terlempar padaku. Hampir saja jantung ini copot, aku sungguh takut dia marah, dan sepertinya dia memang marah.

Hasrat TerlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang