BAB 6: Sudah dimulai!

13 2 0
                                    

Marcell dan aku memeriksa perlengkapan militer serta jumlah cadangan peluru kami di barak persenjataan. Semua tentara dan para lelaki sudah siaga di pos mereka masing-masing.

Aku berkata pada Marcell,"Lebih baik jika semua peluru kita pindahkan ke daerah yang aman. Bukankah begitu?"

Marcell menjawab,"Pikiranmu sama sepertiku. Aku malah juga berikir untuk membangun barikade dalam kota. Kita bagi kota menjadi 3 bagian yaitu daerah tembok, pusat kota, dan pelabuhan." 

Aku sediki heran. Aku bertanya pada Marcell,"Cell kamu berniat memuat kita terkepung?" Marcell menggeleng lalu menatap ke arahku. 

Ia berkata,"kita lihat saja nanti." 

Akupun bertanya kembali,"Apa rencanamu?" 

Ia berkata,"Kita akan bertahan sampai Angkatan Laut sampai malam ini pukul 12 malam."

Aku merasa semangat sekali mendegar hal itu. Kami langsung mengerjakan rencana tersebut pk 06.30 malam. Aku dan para prajuritku mengerjakan sesuai apa yang Marcell instruksikan. Kami dibantu dengan para lelaki yang menjaga bagian pelabuhan kota itu. Beberapa sniper kami siapkan diantas gedung-gedung, di belakang barikade kami rempatkan meriam Krupp yg cukup bersar, serta di tempat-tempat yang strategis terdapat meriam hotwizer. 

Waktu menunjukan pk 07.00 malam. Aku sedang berada di pelabuhan bersama beberapa orang. Kami senang pekerjaan kami hampir selesai dalam waktu relatif singkat.

 DUARR!!! DUAR!!! DUAR!!!DUARR!! DUARR!! DUARR!!

Suara itu sangat terdengar di telinga kami. Bubungan asap terlihat dari arah timur. Aku berharap Marcell baik-baik saja disana. Aku melihat dari atas gedung menggunakan sebuah teropong. Aku melihat melihat kearah timur. Pertempuran dasyaat terjadi disana. Bagian machine-gun menembaki setiap mush yang berdatangan menuju parit. Semua musuh baik kalvaleri ataupun infatri ludes dihabisi. Disanalah menjadi tempat pembantaian bagi tentara kekaisaran. 

Malam itu kami semua hanya ditemani oleh cahaya lampu minyak dan lilin, bulan tertutup menyembunyikan dirinya di belakang awan. Ia mungkin merasa jijik melihat darah yang tertumpah di tanah malam hari ini. Kobaran-kobaran api terbentang luas di depan mata kami. Cahaya dari senapan peluru terlihat jelas dari sini. Aku duduk di kursi menghadap ke jendela.

"Semoga saja mereka bisa bertahan."pikirku dalam hati.

Namun sepertinya aku salah. 

Aku mendengar suara seseorang berlari menuju ruanganku. Ia ternyata adalah Franz. Ia tertatih-tatih berlarian menuju ruangankku. 

 Ia berkata,"Kapten!!! Ada kabar buruk!!! Komandan Marcel sedang terluka dan Pasukan gerbang timur terpecah-pecah!! Parit sebentar lagi akan dikuasai tentara tsar!" 

 Aku berkata pada Franz,"Suruh mereka membakar parti dan mundur ke belakang gerbang!! Lakukan segera!" aku mengambil senjataku dan trutun ke bawah."Kalian semua! ikuti aku!!!" seruku kepada pasukan yang ada. 

 Kami segera gerbang timur. Kami melihat di balai kota penuh dengan orang sakit. Aku melihat Marcell tertusuk pada bagian bahunya. 

Aku menuju ke arahnya Aku berkata,"Cell!! Kamu masih bisa bertahan?" 

Ia menjawab sambil merintih kesakitan,"Hiz... berhati-hatilah... musuh sdh menyiapkan Tsar canon, kossak maju dimpimpin oleh seseorang yang sangat cepat. Aku tidak bisa melihatnya... tolong pertahankan benteng. Kamu ambil alih semua komando." 

 Aku langsung mengangguk dan pergi menuju benteng. Aku menyuruh beberapa orang mengumpulkan pasukan yang masih kuat. Daerah luar benteng sudah dibakar habsi oleh para pasukan. Pasukan timur sudah menutup pintu gerbang. Pasukan kekaisaran tampak mundur melihat kobaran api itu. Namun, dari kejauhan aku melihat sesosok wanita. Tidak terlalu jelas, sepertinya ia bersiap untuk sesuatu. Cincin di tangan kananku tiba-tiba bersinar tepat saat. Aku bisa melihat dari kejauhan kalau meriam besar Tsar sdh di siapkan kearah kami, Ia mengangkat tangan kanannya dan aku menyadari itu adalah tanda bagi meriam untuk bersiap menembak. 

My life is yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang