Bab 16: Pertempuran Memel-Eblag(inti-akhir)

9 0 0
                                    



Sebuah jam saku aku keluarkan dari sakuku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah jam saku aku keluarkan dari sakuku. Kulihat jarum panjang sudah diantara angka 5 dan 6. Aku segera menutup jam itu dan berkata pada Franz yang ada di sampingku.

"Sebentar lagi perang akan dimulai. Segera persiapkan bendera Kekaisaran! Naikkan semua bendera saat lagu dimulai!""Baik kapten!"jawabnya padaku.

Aku sempat bertanya kepada Marcell mengenai hal ini tadi. "Apakah kita membawa alat musik ditengah medan perang seperti ini?" ia menjawab seolah-olah sudah merencanakan sesuatu. "aku memperbolehkan pasukan membawa seluruh alat musik yang ada di kota untuk dimainkan saat perang. Untungnya beberapa pasukan memiliki kemampuan untuk memainkannya. Jadi kita sudah siap."


Kudengar suara lagu kebangsaan mereka. Suaranya nyaring sekali. Tandanya waktu sdh menujukan pk 6.28 walau aku tak tahu dimana tepatnya pk 6.28 di jam sakuku. Aku menuju tempat yang lebih tinggi dan untuk melihat posisi mereka.  Bendera-bendera mereka sudah berkibar dan pasukan mereka mulai mengambil posisi. 

Selepas itu, kudengar suara kebangsaan kami,"Hidup Kaisar" dimainkan dengan penuh bangga. Bendera bendera kami mulai dikibarkan diantara para pasukan. Saat lagu itu selesai, pasukan muruh berteriak,

"URAAAAA! URAAAAA! URAAAAA!!!"

"Ambil posisi! Ambil posisi!!! Ambil posisi!!!" suara yang disampaikan kepada Marcell kepada seluruh pasukan. Pasukan musuh seperti sudah direncanakan. Mereka semua langsung menyerang kami. 

"BUAT FORMASIK KOTAK UNTUK SAYAP KANAN!!! CEPAT!!" 

suara itu datang bukan tanpa sebab, pasukan kalvaleri musuh maju secara langsung dan diikuti oleh pasukan berjalan dibelakangnya.  mereka mengitari fomasi kotak dan dibabat habis oleh machine gun. 

Lalu aku menuju pasukanku. kuangkat pedangku dan berkata,"Pasukan berkuda!! Maju!!!!!"

suara terompet kami bunyikan. bendera kekaisaran kami kibarkan diatas tongkat kami. Pedang kami hunus menuju posisi musuh, membantu pasukan tengah/utama kami. 

"Franz! bagi pasukan menjadi dua! cegah pasukan kossak yang menuju pasukan utama!"

kami pun berpisah. aku memejamkan mataku dan aku bisa merasakan cincinku mulai bersinar kembali. Seketika itu juga seluruh pegerakanku menjadi lebih cepat daripada yang lain. Aku mengangkat pedangku. Ku tebas semua kepala yang kulewati. Ku tebas semua punggung yang ada di hadapanku. Sampai akhirnya, kulihat pohong yang mati itu, disana ada seorang perempuan berkerudung merah dengan banyak darah ditubuhnya. Ia langsung bergerak cepat menuju ke arahku dan tebasan pedangnya membelah leher kudaku. Sentak aku terjatuh dan secepat mungkin aku bangkit kembali. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ketika aku terbangun ia langsung menyerangku. Akupun berduel dengannya. Suara tangkisan pedang, hanya itu yang terdengar di telingaku.  Sangat susah untuk mneyerang balik karena pedangnya yang runcing seperti sabit. 

Saat itu hujan langsung turun deras dan petir menyambar-nyambar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat itu hujan langsung turun deras dan petir menyambar-nyambar. Seluruh pasukan tidak peduli akan kondisi itu. Yang mereka pedulikan adalah musuh di depan mereka. Suara tembakan akan membuat telinga kami menjadi tuli. Karena begitu kerasnya, suara hujan tidak ada yang terdengar. Setelah peluru kami habis, saatnya bayonet yang berperang. 

Ia menyerang aku menghindar. Aku menyerang ia menangkis. itulah pertempuran kami. Kami saling menebas satu sama lain. Luka gores dari kepala sampai dengan kaki kami semua menerima. Kerberhasilan terbesarku adalah saat aku berhasil menebas mata kirinya.

"AAAAAAaaaaarrrrrggghh!!!!!" jeritnya dengan suara kesakitan

Aku tersenyum kepadanya dan aku meneruskan seranganku kepadanya. Aku menusuk bahu kanan lalu ku tebas lehernya. Darahnya berceceran di tanah namun tersapu oleh air hujan. Aku mengira ia akan menjadi lemah dan mundur dari pertempuran.

Aku SALAH

IA TERSEYUM DAN MEMBELOKKAN KEPALANYA YANG BERSIMBAH DARAH. MATANYA MENGHITAM SEPENUHNYA. IA SUNGGUH MENAKUTKANKU.

"DARAHMU HARUS MENJADI MILIKU!!!" Serunya kepadaku

Gerakannya tidak dapat kulihat dengan mataku. ia mengelilingiku dari segala arah dan menembasku secepat kilat. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang mendorongku maju dan tepat sekali aku menabraknya sampai jatuh. 

Aku dan dirinya mencoba untuk bangkit dan kami saling menatap. Ia maju menyerangku dan aku berusaha bertahan sekuat tenaga. Perlahan-lahan suara tangkisan pedangku mulai terdengar pelan, aku mulai kehabisan tenaga. Aku harus segera mengakhiri ini. Ketika ia mengayunkan Tombak sabitnya aku langsung bergerak cepat untuk menusukkan pedangku di perutnya lalu kutarik ke atas. Serangan itu menjadi serangan terakhirku. 

Namun, ketika aku berhasil menusukkan pedangku ke perutnya, ujung sabitnya menusuku punggungku. Aku memutar pedangku dan kutebas menyerong kanan atas. Saat aku melakukannya, pendangku tiba-tiba patah. 

"HAHAHAHA. MANUSIA TIDAK AKAN PERNAH SEBANDING DENGAN PENYIHIR!" Ia melepaskan sabitnya. Ia maju kearahku dan seketika itu juga sabitnya  mendorongku sampai terjatuh.

 Aku tidak tersadar untuk beberapa saat. Aku merasa leherku ditarik oleh sesuatu. Ternyata sebuah tali sudah diikatkan di leherku dan aku ditarik olehnya ke sebuah pohon. Tali itu diikatkan di pohon itu dan tubuhku ditariknya ke dari dahan pohon itu sampai terangkat.

"SAATNYA UNTUK MENGAKHIRI HIDUPMU!"

JGEEEEERRR!!!!! 

Suara petir menjadi suara akhir hidupku dan kulihat cincin dr Alice menghilang dr jariku.

Jadi, Aku mati ya? Maafkan aku. Alice. I could not stay beside you again.



My life is yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang