BAB 9 : East to South War

5 1 0
                                    


Aku dan Marcell berangkat dengan kapal terpisah. Aku dan pasukanku segera mendarat di sisi timur pantai. lebih tepatnya kami mendaratpantai hutan bakau yang berada di sisi timur dan barat kota. Disitulah tempat yang aku dan marcell setujui.  Keadaan hutan bakau yang sepi dan musuh tidak akan mengira kami mendarat disitu. Kami mendarat dengan segera dan hati-hati. kami berhasil mendaratkan seluruh pasukan dan para relawan perang yang totalnya sekitar 150 orang.

Aku mengirim terlebih dahulu mata-mata untuk mengawasi daerah sekitar. Setelah itu, kami bergerak sedikit menyebar dan bergerak  ke utara, menaiki gunung di dekat kota itu supaya kami bisa memantau musuh.  Total pasukan berserta relawan sisi timur ada 350 orang, sedangkan di sisi barat ada 400 orang

Saat kami memantau dari atas, Franz datang padaku dan berkata,"Kapten, anda harus melihat ini!" aku mengikutinya ke tempat yang lebih tinggi dan melihat ada asap api yang sangat banyak berwarna hitam dari kejauhan,

"Sepertinya bantuan musuh sudah bergerak menuju kota.Semoga mereka membawa sejumlah Meriam Tsar andalan mereka. itu akan membuat perjalanan sedikit lebih lama dari semestinya. Kita harus segera merebut kota Memel sebelum mereka datang!"ucapku pada Franz

Aku segera menghubungi marcell dengan siaran radio. Setelah tersambung, aku berkata,"Marcell lapor pada komando marcell" 

ia menjawab,"sudah siap menyerang? Aku sudah di posisi."

Aku membalas,"Sudah siap, tetapi ada masalah yang akan menggangu kita." 

Ia menjawab,"masalah apa hiz?" 

aku membalas,"Sepertinya musuh sudah mengirim pasukan bantuan dari timur. Mereka sedang dalam perjalanan kemari." 

Balas marcell,"Kita harus segera merebut kota. persiapkan pasukanmu! tinggal 15 menit pesawat dan kapal datang mengebom kota itu." 

Setelah itu radio kamipun terputus. Aku memerintahkan Franz mengumpulkan sebanyak mungkin bom atau cairan pembakar untuk membakar markas musuh. Aku melihat dan memandangi kota itu. kota itu tidak memiliki tembok dan memiliki sebuah ladang yang luas di bagian luar. aku sudah membagi pasukan menjadi pasukan Profesional dan 1 pasukan Relawan sebelumnya. pasukan Profesional berisi 200 orang, sisanya akan menjadi pasukan Relawan. Pasukan relawan akan masuk melalui ladang itu dan masuk merebut kota, sedangkan pasukan profesional akan menyerang sembari menuju selatan untuk mengepung musuh.

"Kapten. sudah waktunya!" kata franz padaku.

"persiapkan pasukan relawan, masuklah ke kota dan kibarkan bendera kita disana!"ucapku padanya.

Kami mendengar suara pesawat begitu keras. suara itu datang dari arah utara. suara tembakanpun mulai terdengar. Seluruh pasukan musuh di luar kota  tunggang-langgang berlarian memasuki gedung-gedung dalam kota. Kota itu di bombardir melalui laut dan udara.  saat pesawat menjatuhkan bomnya. Banyak sekali pesawat terbang diatas kota itu dan meratakan seluruh bagian kota. kamipun segera menuruni gunung menuju ke ladang. aku bersembunyi bersama pasukan pedukung. Sedangkan pasukan utama langsung memasuki daerah musuh. Mereka di pimpin oleh Franz. Pasukan itu 

"Pasukan! menuju Selatan" ucapku pada pasukan profesional.

Aku memimpin pasukanku menuju ke selatan melewati ladang itu. Terlihat musuh sudah membuat parit  dan mereka masih selamat dari dari pengeboman. machine gun serta altileri dari dalam masih aktif menembaki kota.

"SERANG!!!!" seruku pada para pasukan

kami semua  langsung memasuki parit. musuh kami terkejut bahwa kami menyerang dari selatan tanpa ada masalah. 

"Bakar!!! Bakarr!!!" seruku lagi

mereka semua masuk ke parit dan membantai musuh-musuh. ada pula yang mengebom parit dengan granat. akupun ikut masuk dan menyerang musuh-musuhku. saat parit sudah kami kuasai, musuh dari dalam kota keluar menyerang kami.  kami semua maju memasuki kota dan kami berperang dengan pedang kami. tiap orang dari kami hanya membawa 5 peluru dan kalau habis yg tersisa hanyalah perang 1 vs 1. aku menarik pedangku kan maju bersama-sama. Tiiba-tiba cincin di tanganku bersinar terang, dan aku mulai bergerak lebih cepat dari antara yang lain. Pergerakan sekelilingku menjadi lambat. Secepat kilat aku menghunus pedangku. dan hari itu aku membunuh kira-kira 50 orang lebih.

aku berhenti menghunus pedangku, aku melihat bendera sang burung berkepala dua itu jatuh terinjak-injak di tanah.  Giliran bedera kami berkibar diatas gedung-gedung kota Memel. kota itu hancur dan yang tersisa adalah tumpukan orang mati.

"Kapten! akan kita apakan musuh yang menyerah?"seru seorang pasukan.

"Tangkap dan taruh mereka di suatu tempat. Obati luka mereka!"jawabku padanya

ia hanya terdiam dan terkejut mendengar jawabanku. 

"Cepat lasanakan!"peritahku padanya

Hari itu, entah berapapun korbannya, sudah cukup membuat kota ini dipenuhin dengan darah. Musuh yang mati sekitar 450 orang dan 75 orang ditawan, itupun baru dari sisi timur belum sisi barat yang dikomandani oleh Marcell. Di pihakku saja, tercatat ada 220 orang meniggal dan 70 orang terluka berat.


My life is yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang