Pikiranku berkecamuk. Aku gatau apa ini yang disebut karma karena aku egois terhadap akhir kami berdua, yang aku tau hanya rasanya sakit banget.
Satu tahun. Satu tahun aku pikir waktu yang cukup buat melupakan sosok kak Jae dan ternyata satu tahun ga membuahkan hasil apa-apa. Perasaan yang aku coba lupakan itu kembali muncul ke permukaan, menggores bagian lain hati dan dampaknya ternyata se-menyakitkan ini.
Padahal, padahal Zella bilang dia dan Kak Jaehyuk hanya berteman.
Padahal, yang kulihat tadi bukan adegan mereka pelukan atau berpegang tangan.
Padahal, ga sampai 5 menit aku sudah pergi dari hadapan mereka.
Tapi kenapa dampaknya se-dahsyat ini? Kenapa sesakit ini? Disamping rasa sakit itu, aku juga bisa lihat Kak Jaehyuk tampak lebih baik jauh dari sebelum kami putus. Disisi lain aku bersyukur bertemu dia dalam keadaan yang aku harapkan. Jauh dari yang aku harapkan, bahkan. Sialnya, perasaan ini bercampur jadi satu dan rasa sesaknya bikin aku kembali sulit bernapas dan berakhir nangis sesenggukan.
Kreet... aku lihat mama masuk ke kamarku dengan langkah pelan. Sudah kepalang ketahuan, aku memilih untuk menatap mama dengan air mata yang masih turun deras di pipi.
"Kamu kenapa Han?" mama panik, dia langsung membawa aku ke pelukannya sambil mengelus pucuk kepalaku.
"Ma... Hanna liat kak Jae tadi."
"Jae siapa? Jaemin?" aku menggeleng, "Kak Jaehyuk, ma."
"Ya ampun, Jaehyuk sekampus sama kamu?" kali ini aku mengangguk.
"Kamu nangis kenapa? Kangen sama dia?"
Aku mengangguk lagi, "Hanna kangen kak Jaehyuk, sangat."
"Mama-
"Ma, kalau kak Jaehyuk pada akhirnya ketemu pengganti Hanna, gimana?"
"Hanna ketemu Jaehyuk dimana tadi?"
"Di kampus. Pulang acara tadi."
"Terus?"
"Hanna liat dia, Ma. Beneran nyata. Kak Jaehyuknya Hanna setahun yang lalu. Itu beneran dia."
"Dia keliatan sangat baik, Ma. Hanna senang, Hanna rindu dia dan Hanna beneran bisa liat dia lagi setelah sekian lama. Hanna kira satu tahun cukup membantu tapi nyatanya ngga. Waktu melihat dia sama teman Hanna tadi, rasanya dunia yang sudah Hanna tata rapi kembali roboh, berantakan."
"Hanna sedih dia menemukan yang baru?"
"Semuanya salah Hanna, Ma. Hanna yang memulai semuanya tapi kenapa setelah tau kak Jaehyuk lebih baik ga membuat Hanna senang? Hanna egois, Ma."
"Han, hal apa yang pertama kali kamu rasakan saat liat Jaehyuk tadi?"
"Bagian yang hilang dari diri Hanna seperti kembali Hanna temukan, Ma. Walau sesaat Hanna sempet nahan napas karena terlalu kaget lihat dia."
"Mana yang lebih dominan kamu rasakan? Itu atau fakta bahwa Jaehyuk sudah menemukan yang baru?"
"Hanna ga yakin... tapi jujur, Hanna lebih merasakan kelegaan karena bisa liat dia setelah sekian lama. Rasanya, seperti akhir yang kita pilih adalah sebuah akhir yang membawa awal yang baik bagi dia."
Aku bisa liat mama senyum, "Han, cara orang-orang dalam mencintai itu berbeda. Waktu mama marah saat kamu bilang putus sama Jaehyuk, itu benar-benar bentuk kecewa mama sama kamu. Tapi, beberapa hari kemudian mama sadar, bentuk cinta kamu ke dia ya seperti itu. Kamu takut kalian berakhir dengan cara yang salah. Mama menyadari kamu bijak saat itu walaupun mama ga membenarkan keputusan kamu. Mungkin menurut kamu, itu yang terbaik bagi kalian berdua."
Aku mengangguk dan mama melanjutkan, "Hari ini mama juga melihat itu. Dibanding kamu marah sama kenyataan bahwa Jaehyuk sudah menemukan yang baru, kamu lebih merasakan perasaan lega karena akhirnya bisa liat Jaehyuk lagi. Hanna pernah bilang kalau Hanna akan mendukung terus Jaehyuk, kan?" aku mengangguk lagi, kembali masuk dalam rengkuhan yang paling menenangkan selama aku hidup di bumi.
"Mama boleh minta satu hal? Harusnya kamu kabulkan karena kamu sudah bilang ini sebelumnya."
"Apa, Ma?"
"Kalaupun kalian berakhir di jalan yang berbeda, tetap dukung dia layaknya teman baik kamu."
"Pasti, akan Hanna usahakan, Ma. Karena dia adalah 'pernah' yang ga akan pernah Hanna sesali sampai nanti."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
fix you ─jaehyuk
Fanfic☁ミ✲ jaehyuk ─wise people said, nothing last forever. time will heal the pain. so now I am, pretending to be fine until the time give me the answer why. "Walau pada akhirnya kita berjalan di jalan yang berbeda, kamu akan selalu menjadi 'pernah' yang...